Penculik Online Makin Marak Sasar Anak dan Remaja, Begini Cara Kerja Mereka
Kasus penculikan online terdengar aneh, tapi ini nyata. Tebusannya uang miliaran rupiah.
Kasus penculikan online terdengar aneh, tapi ini nyata. Tebusannya uang miliaran rupiah.
Penculik Online Makin Marak Sasar Anak dan Remaja, Begini Cara Kerja Mereka
Akhir bulan lalu, pelajar Tiongkok berusia 17 tahun, Kai Zhuang, dilaporkan hilang di dekat Salt Lake City di negara bagian Utah, Amerika Serikat.
Mengutip VOA, Jumat (19/1), dia ditemukan beberapa hari kemudian, sendirian dan kedinginan di tenda di pegunungan utara kota.
Para pejabat mengatakan kasus ini adalah bagian dari rencana siber atau online yang dilakukan para penjahat. Para penjahat mencoba mendapatkan uang tebusan sebesar USD80.000 atau setara Rp 1,2 miliar dengan meyakinkan keluarga Zhuang percaya bahwa dia telah diculik.
Kasus Zhuang adalah salah satu dari banyak kasus di mana penjahat tak dikenal menargetkan pelajar Tiongkok di seluruh dunia dan berpura-pura menculik mereka. Para penjahat sering berpura-pura menjadi polisi Tiongkok atau pejabat pemerintah.
Cara Kerja Penculik Online
Han Jiang Du Diao Seng, seorang yang mengetahui cara kerja penculik online itu bercerita bagaimana mereka melancarkan aksinya.
Seng telah membantu empat mahasiswa Tiongkok yang terjebak dalam penculikan dunia maya.
Mereka mungkin memberi tahu mereka bahwa uang tersebut dikirim secara ilegal atau mereka mungkin memberi tahu bahwa keluarga mereka menjadi sasaran penjahat.
Kemudian mereka menyuruh para siswa tersebut untuk berhenti berkomunikasi dengan keluarga mereka sementara para pejabat menyelidiki masalahnya.
Hal ini segera membuat keluarga tersebut percaya bahwa putra atau putri mereka telah diculik.
Dalam kasus yang ditangani Seng, katanya, para penjahat memaksa seluruh mahasiswanya meninggalkan tempat tinggalnya dan menginap di hotel. Hal ini membuat keluarga mereka percaya bahwa siswa tersebut benar-benar diculik.
Seng mengatakan orang tua di Tiongkok cenderung tidak melaporkan kasus mereka ke polisi Amerika.
Dia mencatat bahwa ada ketidakpercayaan di kalangan masyarakat Tiongkok terhadap polisi di sana.
Media pemerintah Tiongkok sering menampilkan polisi Amerika sebagai polisi yang kejam dan tidak bertanggung jawab.
Penggunaan Teknologi
Joseph Steinberg adalah pakar keamanan siber yang berbasis di New York City. Dia mengatakan kemajuan dalam AI berarti bahwa penjahat bahkan tidak perlu berbicara dalam bahasa yang sama dengan korbannya.
Februari lalu di Kanada, polisi mengatakan pelajar Tiongkok telah ditipu hingga ratusan ribu dolar oleh penipu yang mengaku sebagai pejabat pemerintah Tiongkok.
Di Jepang pada musim panas lalu, setidaknya enam pelajar Tiongkok menjadi sasaran rencana penculikan dunia maya, kata polisi setempat. Kedutaan Besar Tiongkok di Tokyo mengeluarkan peringatan tentang penipuan ini pada bulan Agustus.
Polisi di Inggris mengeluarkan peringatan tentang penipuan dunia maya yang menargetkan pelajar Tiongkok pada bulan September. Dan pada bulan Oktober, pemerintah Australia mengeluarkan peringatan serupa.
Pakar keamanan siber menyarankan setiap keluarga menyiapkan kata sandi untuk memeriksa identitas satu sama lain melalui telepon dalam situasi seperti ini.
“Penipuan penculikan dunia maya bisa terjadi pada siapa saja dan itulah yang perlu diwaspadai,” ujar dia.