Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Hikayat kereta penyelamat Soekarno

Hikayat kereta penyelamat Soekarno kereta uap 1892. ©2015 merdeka.com/arie sunaryo

Merdeka.com - Di penghujung tahun 1945 situasi kota Jakarta dalam keadaan genting. Tepat malam pergantian tahun, suasana di ibu kota Jakarta pada malam itu terjadi ketegangan. Saban hari terdengar suara rentetan tembakan. Kabar banyak orang tewas di jalan-jalan juga makin membuat suasana dalam ketakutan.

Empat bulan setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, Belanda makin berulah mereka datang kembali ke Jakarta dengan membonceng tentara sekutu. Sementara di jalan-jalan Jakarta, Barisan Keamanan Rakyat dalam posisi siaga. Mereka menghadang musuh dengan berbagai pertempuran. Di saat-saat genting itulah, Ibu kota sempat dipindahkan ke Jogjakarta. Tujuannya tak lain menjaga kedaulatan atas kemerdekaan Indonesia.

Selepas malam pergantian tahun dirayakan tentara Belanda dan Sekutu dengan letusan meriam serta tembakan, tepat tanggal 1 Januari 1946, Presiden Soekarno memanggil Kepala Eksploitasi Barat, Soegandi di kediamannya, Jalan Pegangsaan Timur No 56, Cikini, Jakarta Pusat. Saat itu dia meminta Soegandi mempersiapkan sebuah perjalanan paling bersejarah. Soekarno bersama Bung Hatta dan para menterinya bakal dipindahkan ke Jogjakarta, daerah yang mendukung kemerdekaan Indonesia.

"Saat itu hanya kereta api alat transportasi yang paling aman," ujar Pemerhati sejarah Kereta Api, Aditya Dwi Laksana saat berbincang dengan merdeka.com semalam.

Tanggal 2 Januari, setelah Soekarno memanggil Soegandi, unit Balaiyasa Manggarai mempersiapkan gerbong khusus untuk memberangkatkan Soekarno bersama para menterinya menuju Jogjakarta. Ada delapan gerbong saat itu. Untuk memuluskan perjalanan, Dipo Lokomotif stasiun Jati Negara menyiapkan lokomotif C2849.

Lokomotif itu merupakan kereta uap tercepat pada masa itu. Lokomotif itu juga mampu berlari dengan kecepatan 120 kilometer per jam. "Lokomotifnya dipilih yang terbaik dengan kecepatan terbaik pada saat itu," ujar Aditya.

Hingga saat hari bersejarah itu tiba. Tepat tanggal 3 Januari 1946, para pegawai kereta api dikenal militan membantu para pejuang melawan penjajah itu mulai mengelabui tentara Belanda. Sejak siang hari, mereka melakukan strategi. Beberapa kereta melakukan lansiran-lansiran. Hingga tepat pukul enam sore, Lokomotif C2849 itu bergerak dari Stasiun Jatinegara.

Di Jalur tiga Stasiun Manggarai sudah berjejer gerbong kereta untuk membawa Presiden Soekarno bertolak menuju Jogjakarta. Lokomotif C2849 berjalan perlahan menuju jalur tiga. Sementara tentara Belanda sudah siap berjaga di seberang stasiun mengawasi pergerakan mencurigakan. Namun mereka berhasil di kelabui.

Gerbong-gerbong kereta telah diparkir di jalur lima Stasiun Manggarai untuk memuluskan aksi penyelamatan Bung Karno. Kereta berjalan mundur dari Stasiun Manggarai. Sang masinis dan juru api (Asisten Masinis) telah siaga dengan mesin lokomotifnya. Mereka bergerak menuju arah Stasiun Cikini.

Tepat di sana, Presiden Soekarno dan Wakilnya, Mohammad Hatta telah menunggu dengan keluarga mereka. Tidak ada yang boleh bersuara saat itu. Semua dilakukan secara hati-hati. "Bahkan menyalahkan rokok saja tidak boleh, karena menyebabkan cahaya," tutur Aditya.

Perjalanan dimulai. Kereta pembawa Soekarno berjalan lambat. Kecepatannya hanya lima kilometer per jam. Untuk memuluskan misi penyelamatan Bung Karno, semua lampu kereta di matikan dan jendela dalam keadaan tertutup. Hingga akhirnya Stasiun Manggarai bisa di lewati tanpa halangan, kereta kemudian menambah laju kecepatan menuju stasiun Jatinegara.

Di jalur tiga, stasiun dikenal dulunya daerah kekuasaan Cornelis itu sudah berjejer gerbong kereta. Lokomotif membawa rombongan Presiden Soekarno melaju dengan kecepatan 25 kilometer per jam. Semua berjalan lancar hingga akhirnya sampai di Stasiun Bekasi.

"Di Bekasi, karena sudah masuk daerah republik Indonesia, lampu dinyalakan," kata Aditya. Rombongan Presiden Soekarno pun berhasil selamat menuju Jogjakarta untuk menjalankan pemerintahan. Selama 15 jam Kereta Luar Biasa pembawa Bung Karno dan Bung Hatta itu sampai di Jogjakarta.

Sayang, lokomotif kereta pembawa presiden Soekarno saat itu tidak diketahui keberadaannya. Lokomotif sejenis hanya tinggal satu dan berada di Museum Ambarawa. Sementara tiga gerbong kereta berada di Museum Transportasi Taman Mini Indonesia Indah. Meski kondisinya masih tetap pada aslinya, namun karena umur, beberapa bagian gerbong ada yang mengalami kerusakan. (mdk/arb)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kisah Presiden Soekarno Menyatakan Cinta pada Siti Oetari di Jembatan Peneleh Surabaya, Sederhana tapi Romantis
Kisah Presiden Soekarno Menyatakan Cinta pada Siti Oetari di Jembatan Peneleh Surabaya, Sederhana tapi Romantis

Kota Surabaya menjadi tempat pertama kali belajar agama, menikah, dan bekerja.

Baca Selengkapnya
Kisah Heroik 'Bang Nolly' Letjen Tjokropranolo, dari Ajudan Pribadi Soedirman hingga Jadi Gubernur DKI Jakarta
Kisah Heroik 'Bang Nolly' Letjen Tjokropranolo, dari Ajudan Pribadi Soedirman hingga Jadi Gubernur DKI Jakarta

Kerap disapa Bang Nolly, pria asal Temanggung ini merupakan salah satu tokoh militer dan politik yang patut untuk dikenang jasa-jasanya.

Baca Selengkapnya
Jakarta Mencekam & Penuh Teror, Begini Sejarahnya Ibu Kota Pindah ke Yogyakarta
Jakarta Mencekam & Penuh Teror, Begini Sejarahnya Ibu Kota Pindah ke Yogyakarta

Ada peristiwa kelam di balik sejarah pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta. Simak selengkapnya.

Baca Selengkapnya
Saat Soeharto Merasa Masa Depannya Gelap dan Memilih Jadi Tentara Belanda
Saat Soeharto Merasa Masa Depannya Gelap dan Memilih Jadi Tentara Belanda

Soeharto memilih menjadi serdadu kolonial adalah pilihan realistis untuk lepas dari kemelaratan.

Baca Selengkapnya
Potret Mobil Kenegaraan Soekarno, Mewah di Zamannya & Saksi Peristiwa Bersejarah
Potret Mobil Kenegaraan Soekarno, Mewah di Zamannya & Saksi Peristiwa Bersejarah

Bangunan bersejarah di Jakarta simpan mobil kepresidenan pertama Soekarno. Seperti apa wujudnya?

Baca Selengkapnya
Sisi Lain Mayjen Sungkono Pertaruhkan Nyawa Demi Surabaya, Sebelum Perang Selalu Jahit Pakaiannya Sendiri
Sisi Lain Mayjen Sungkono Pertaruhkan Nyawa Demi Surabaya, Sebelum Perang Selalu Jahit Pakaiannya Sendiri

Keterampilannya menjahit tak bisa dipisahkan dari masa kecilnya

Baca Selengkapnya
Ternyata Begini Pembangunan Jakarta di Tahun 1940-an, Sudah Pakai Alat Berat Raksasa
Ternyata Begini Pembangunan Jakarta di Tahun 1940-an, Sudah Pakai Alat Berat Raksasa

Saat itu pembangunan dilakukan untuk menunjang Jakarta sebagai ibu kota negara. Kota satelit kemudian dirancang, salah satunya Kebayoran Baru dengan alat modern

Baca Selengkapnya
Rekaman Video Detik-Detik Soekarno Tinggalkan Istana Tahun 1967, Hanya Pakai Kaos Oblong lalu Bagi-Bagi Dasi ke Wartawan
Rekaman Video Detik-Detik Soekarno Tinggalkan Istana Tahun 1967, Hanya Pakai Kaos Oblong lalu Bagi-Bagi Dasi ke Wartawan

Momen saat Presiden pertama RI Soekarno akan meninggalkan Istana Merdeka.

Baca Selengkapnya
Begini Sejarah Lengkap Pemindahan Ibu Kota Negara dari Jakarta, Digagas Era Soekarno dan Soeharto
Begini Sejarah Lengkap Pemindahan Ibu Kota Negara dari Jakarta, Digagas Era Soekarno dan Soeharto

Rencana untuk memindahkan ibu kota negara dari Jakarta tersebut urung terwujud di era Presiden Soekarno.

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Pesanggrahan Kotanopan Mandailing, Saksi Bisu Presiden Soekarno Persatukan Rakyat Sumatra
Mengunjungi Pesanggrahan Kotanopan Mandailing, Saksi Bisu Presiden Soekarno Persatukan Rakyat Sumatra

Di pesanggrahan ini terpajang bingkai foto Presiden Soekarno saat melakukan pidato di tangga pintu masuk.

Baca Selengkapnya
Membaca Filosofi Jembatan Semanggi yang Melegenda di Jakarta, Hasil Pemikiran Soekarno dari Sebuah Daun
Membaca Filosofi Jembatan Semanggi yang Melegenda di Jakarta, Hasil Pemikiran Soekarno dari Sebuah Daun

Soekarno menciptakan jembatan tersebut karena terinspirasi oleh sebuah daun dengan nama sama. Dari daun itu, ia melihat pola kesamaan yang ada di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Intip Kehidupan Pekerja Proyek IKN, Bangga Jadi Saksi Ibu Kota Baru hingga Rindu Berat pada Keluarga
Intip Kehidupan Pekerja Proyek IKN, Bangga Jadi Saksi Ibu Kota Baru hingga Rindu Berat pada Keluarga

Mega proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) tak akan ada artinya tanpa kerja keras para pekerja konstruksi. Intip suka duka mereka selama bekerja.

Baca Selengkapnya