Kekuatan dari Alam Baduy
Merdeka.com - Langit di Desa Adat Baduy Luar, Lebak, Banten, siang itu sedang kelabu. Rintik hujan masih membasahi sebagian rumah dan tanah leluhur warga. Dari kejauhan, tampak tiga lelaki Baduy berjalan menuju rumah. Menenteng hasil bumi buah dan sayuran. Tidak langsung masuk ke dalam, mereka antre di depan kran bambu setinggi hampir 2 meter. Bergantian mencuci tangan dan kaki setelah seharian di ladang.
Setelah dirasa sudah bersih, tiga pria itu meletakkan hasil bumi di teras rumah. Kemudian beristirahat sambil bersenda gurau. Rona bahagia begitu terpancar. Tidak terlihat rasa lelah dari wajah mereka. Padahal siang itu hasil didapat belum sebaik hari sebelumnya. Semua tetap disyukuri.
-
Bagaimana desa ini aman? Tidak hanya rumah yang tanpa pintu, kantor polisi pun dibangun tanpa pintu atau kunci. Ini mencerminkan tingkat kejahatan yang sangat rendah, bahkan hampir tidak ada. Bahkan setelah pembukaan kantor polisi, tidak ada kasus kejahatan yang dilaporkan.
-
Bagaimana masyarakat Baduy menjaga keasrian alam di kampung mereka? Salah satu upaya menjaga keasrian alam adalah melalui kegiatan bertaninya dengan sistem huma. Warga hanya boleh panen satu kali dalam satu tahun, dan merawat tanaman hasil buminya dengan tidak menggunakan pupuk kimia.
-
Kenapa Indonesia dianggap aman? Seperti negara-negara lain yang terdapat dalam daftar ini, Indonesia termasuk di dalamnya karena sikap netralnya terhadap berbagai isu politik global.
-
Mengapa Desa Bantarkuning viral? Pemandangan alam di sini sempat menjadi sorotan, karena memiliki keindahan pemandangan sawah dan deretan pegunungan yang menyejukkan mata.
-
Apa alasan Baduy tidak dijajah? 'Jadi ngapain menjajah kalau cuma ada 40 orang, nggak dapat apa-apa, kata orang Belandanya,' terang Pulung.
-
Bagaimana warga Baduy menghindari konflik akibat kambing? Berdasarkan cerita itu, warga setempat akhirnya memilih untuk tidak memelihara kambing.
Kampung Baduy kala pandemi ©2021 Merdeka.com/Arie Basuki
Hasil hari itu memang untuk dinikmati bersama keluarga di rumah. Mereka ingin menjaga seluruh anggota keluarga tetap sehat. Apalagi cuaca sedang tak menentu dan dalam situasi pandemi Covid-19. Upaya menjalani protokol kesehatan memang menjadi prioritas yang harus dilakukan.
Semenjak pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada Maret 2020 lalu, Desa Adat Baduy termasuk paling aman. Bahkan bisa dikatakan 'Zero Covid-19' hingga sekarang.
Sebanyak 11.600 jiwa penduduk Baduy tinggal di Pegunungan Kendeng dengan luas 5.100 Ha. Mereka terbagi ke dalam 65 perkampungan. Meski begitu, upaya mencegah virus corona masuk ke dalam desa memang sudah terasa sejak di Tugu Selamat Datang daerah Ciboleger.
Bermacam peringatan bahaya corona itu terus disampaikan hingga ke Kampung Belilmbing, Kampung Morango sampai Kampung Gazebo. Selain itu, masyarakat Baduy memang ketat dalam menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan (3M) guna mencegah penularan virus corona.
Kampung Baduy kala pandemi ©2021 Merdeka.com/Arie Basuki
Para tetua adat setempat bahkan turun tangan mengimbau masyarakat Baduy tidak ke luar daerah, terutama daerah zona merah penyebaran Covid-19. Kondisi ini berdampak besar sehingga menjadikan Baduy nol kasus Covid-19. Memang selama ini masyarakat Baduy lebih banyak di rumah dan ladang untuk mengembangkan pertanian.
Berada di tengah Desa Adat Baduy saat pandemi corona, suasana seakan masih normal. Hilir mudik warga masih beraktivitas biasa. Banyak warga adat berjalan dan berinteraksi sesama. Tidak ada rasa takut maupun canggung. Mereka tetap nyaman bersama meski sebagian besar tidak menggunakan masker.
Walau terlihat aman, masyarakat Baduy tetap sangat waspada. Apalagi di luar pemukiman Baduy Luar wilayah Ciboleger, terdapat warga positif covid-19. Jaraknya hanya sekitar 300 meter dekat pintu masuk desa adat. Tentu kondisi ini membuat mereka menjadi sangat berhati-hati.
Warga adat Baduy memang dikenal sebagai pekerja keras. Segala aktivitas mereka selalu selaras dengan alam sekitar. Semua selalu mengacu pada pada tradisi dari para leluhur. Sehingga menjadikan mereka orang yang sehat dan memiliki kekuatan fisik terbilang prima.
©2021 Merdeka.com/Arie BasukiBerjalan kaki naik turun bukit untuk bercocok tanam di ladang menjadi hal biasa mereka lakukan. Jarak dari rumah ke ladang bisa lebih dari 3 kilometer. Semua ditempuh dengan jalan kaki. Kebiasaan ini merupakan salah satu yang membuat imunitas warga Baduy tergolong kuat.
"Imun mereka terbentuk dari kebiasaan sehari-hari, Satu keluarga (ibu, ayah, anak) setiap hari mereka berjalan lebih dari dua hingga tiga kilometer naik turun bukit untuk bekerja di ladang," ujar Bidan Pita dari Puskemas Cisimeut kepada merdeka.com, pekan lalu.
Kisah Ibu Bidan Pita
Sudah enam tahun Bidan Pita keluar masuk Kampung Baduy Luar dan Dalam. Dalam sehari dia bisa berjalan sampai 14 kilometer untuk berkeliling kampung untuk memantau kesehatan warga Baduy.
Selama musim corona, Bidan Prita selalu taat protokol kesehatan dalam menjalankan tugas. Dia tidak mau menjadi pembawa virus dan membuat warga Baduy terpapar. Sehingga mencoreng nama harum Baduy yang kini berpredikat nol kasus.
Posyandu keliling di Baduy Luar ©2021 Merdeka.com/Arie Basuki
Membawa beragam keperluan medis, dia kerap berjalan sendiri menyusuri banyak kampung di Baduy. Bertemu dengan ibu dan balita. Memastikan kesehatan mereka selalu dalam keadaan prima meski di tengah pandemi corona. Bersyukur sudah hampir setahun corona di Indonesia, semua pasiennya dalam keadaan sehat.
Harus diakui Bidan Prita, hutan di Pegunungan Kendeng memberi bermacam manfaat bagi kehidupan warga. Bukan hanya untuk tempat tinggal, kekayaan alam di sana diyakini mampu mengobati berbagai macam penyakit. Mulai dari madu, tanaman lokal tuak akar randu, kayu kigeulis, daun sirih, bunga koreje, tuak akar randu dan lain sebagainya. Semua hasil alam itu mereka memanfaatkan untuk mengobati beragam macam penyakit.
Para masyarakat Baduy pun tidak pernah khawatir kekurangan bahan pangan. Tradisi memakai lumbung untuk menyimpan padi dirasakan betul manfaatnya. Mereka mampu bertahan hidup panjang ke depan dengan pangan yang cukup. Ini juga menjadi bagian dari kearifan lokal di Desa Adat Baduy untuk menjaga ketahanan pangan.
Posyandu keliling di Baduy Luar ©2021 Merdeka.com/Arie Basuki
Walau nol kasus covid-19, secara ekonomi masyarakat Baduy mulai terdampak. Sepinya wisatawan membuat mereka harus bersabar ekstra. Tentu ini posisi yang dilema. Tapi kesehatan menjadi paling utama bagi mereka sekarang.
Penurunan jumlah wisatawan menyebabkan penjualan produk budaya warga Baduy anjlok drastis. Seperti kain tenun, madu, tas baduy, dan beragam hasil karya dan alam warga Baduy lainnya. Kini sebagian besar warga Baduy justru lebih fokus kembali mengolah ladang untuk pemenuhan kebutuhan pangan mereka.
©2021 Merdeka.com/Arie Basuki
(mdk/ang)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perpaduan pepohonan rindang dengan jalan setapak di perkampungan Baduy menghasilkan pemandangan yang indah dan estetik terutama saat pagi hari.
Baca SelengkapnyaPara leluhur Baduy di masa silam mengelabui Belanda dengan mengatakan bahwa di kampung tersebut hanya ada sedikit penduduk.
Baca SelengkapnyaSuku Baduy Dalam berusaha kuat menjaga tradisi dan aturan budaya yang telah dijalankan leluhur mereka.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaDesa yang satu ini merupakan ikon dari Kabupaten Ogan Ilir yang sudah menyabet penghargaan kategori Kampung Ekowisata.
Baca SelengkapnyaSuasana ruang digital yang sejuk selama momen Ramadan hingga Lebaran 2024
Baca SelengkapnyaNyamuk mengandung bakteri wolbachia mulai disebar ke lima kota di Indonesia.
Baca SelengkapnyaRumah milik warga Baduy ini unik dan beda dari yang lain.
Baca SelengkapnyaHingga saat ini kasus cacar monyet di Indonesia masih tercatat 88 sejak tahun 2022 dan di tahun 2023 sempat naik, kemudian turun lagi pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaBanyak yang menduga, kenaikan kasus DBD ini akibat penyebaran nyamuk mengandung wolbachia.
Baca SelengkapnyaKepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Banyuwangi, 23-24 Agustus 2023.
Baca SelengkapnyaSementara kasus cacar monyet di wilayah Ibu Kota sudah mencapai 25 orang yang sedang menjalani perawatan.
Baca Selengkapnya