Kewalahan mengurus yang sakit jiwa
Merdeka.com - Dari balik jeruji besi, wajah-wajah dengan tatapan kosong menyambut setiap tamu yang berkunjung ke Panti Bina Laras III. Ada yang memandang dengan tatapan tajam, ada yang tersenyum dan tertawa sendiri. Ada pula yang hanya tidur-tiduran, dan ada yang asyik berbicara sendiri.
Barak dengan pintu jeruji besi itu penuh dengan pasien penderita gangguan jiwa. Mereka sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, tidak saling berbicara satu dengan yang lain. Mereka hanya diawasi satu petugas untuk satu barak. Dengan berat hati Kasubag TU Panti Laras III, Ida Farida harus menolak jika ada pendatang baru.
"Itu terpaksa karena memang kondisinya begini," jelas Ida saat berbincang dengan merdeka.com, akhir pekan lalu.
-
Apa masalah kesehatan mental di Indonesia? Masalah kesehatan mental merupakan salah satu momok yang bisa sangat menakutkan.
-
Dimana layanan kesehatan mental? Ardantya mengungkapkan Malang Health Tourism telah resmi sebagai kawasan health tourism keempat di Indonesia setelah Sumatera Utara dengan Medan Medical Tourism Board, Bali dengan Bali Medical Tourism Association, dan Sulawesi Utara dengan North Sulawesi Health Tourism, oleh Menteri Pariwisata pada April 2023 lalu.
-
Siapa yang paling banyak mengalami masalah kesehatan mental? Sebanyak 15,5 juta remaja Indonesia, atau sekitar 34,9 persen dari populasi mereka, mengalami setidaknya satu masalah kesehatan mental dalam periode 12 bulan terakhir.
-
Siapa yang rentan alami gangguan mental? Sebuah studi juga menyebutkan masalah kesehatan mental pada remaja berhubungan dengan tingkat pendidikan dan wilayah tempat tinggal
-
Apa saja tanda gangguan kesehatan mental? Berikut ini adalah beberapa tanda atau gejala yang bisa menjadi indikasi bahwa kita perlu memeriksakan kesehatan mental kita: Perubahan suasana hati yang ekstrem atau tidak stabil. Misalnya, merasa sangat sedih, marah, cemas, takut, atau bahagia tanpa alasan yang jelas. Perubahan perilaku yang signifikan atau tidak biasa. Misalnya, menjadi penyendiri, agresif, impulsif, atau tidak peduli dengan orang lain. Perubahan pola tidur atau nafsu makan yang drastis. Misalnya, sulit tidur atau tidur terlalu banyak; tidak nafsu makan atau makan terlalu banyak. Perubahan kinerja atau produktivitas di sekolah atau tempat kerja. Misalnya, sulit berkonsentrasi, sering lupa, kurang motivasi, atau sering absen. Perubahan minat atau kesenangan terhadap aktivitas yang biasa dilakukan. Misalnya, tidak lagi menikmati hobi, olahraga, atau bersosialisasi dengan teman. Perasaan tidak berharga, bersalah, putus asa, atau ingin bunuh diri. Mengalami halusinasi (melihat atau mendengar sesuatu yang tidak ada) atau delusi (percaya pada sesuatu yang tidak nyata). Mengonsumsi alkohol atau obat-obatan secara berlebihan untuk mengatasi masalah. Mengalami gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan secara medis. Misalnya, sakit kepala, nyeri dada, mual, atau sesak napas.
-
Siapa yang mengalami gangguan kesehatan? Dalam salinan DKPP, Pengadu (CAT) disebut mengalami gangguan kesehatan usai menjalani hubungan badan yang dipaksa oleh Teradu (Hasyim Asyari) dalam hal ini Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari.
Panti sosial khusus pasien gangguan jiwa ringan itu kini dihuni 476 ODMK. Ida menyebut angka itu sudah di luar batas normal alias kelebihan kapasitas. Idealnya, kata dia pasien penghuni Panti Laras III berjumlah 271 jiwa. Dibanding dengan dua panti Laras lainnya, gedung Panti Laras III memang terbilang lebih kecil untuk menampung ratusan ODMK. "Overload, ODMK di Jakarta memang naik dari tahun ke tahun," ucapnya.
Hal serupa juga terjadi di Panti Bina Laras I. Panti ini menyiapkan tiga barak untuk ODMK, baik untuk laki-laki dan perempuan. Satu barak diisi oleh 40 orang atau lebih. Untuk keseluruhan, panti ini ditangani oleh dua Pekerja Harian Lepas (PHL) dan dua orang koordinator. Tidak mudah membimbing mereka.
"Kalau orang baik saja masih susah, apalagi mereka yang sakit seperti ODMK ini," kata Abdul Hakim, salah satu petugas di panti Bina Laras I.
Dinas Sosial Pemprov DKI memiliki lebih dari 20 panti sosial di lima wilayah ibu kota. Panti-panti tersebut dikelompokkan sesuai persoalan yang ditangani. Mulai dari panti untuk balita, anak, remaja dan usia lanjut terlantar, panti anak jalanan, panti penyandang cacat tubuh, panti bina grahita, panti penyandang psikotik (gangguan kejiwaan), panti untuk gelandangan dan pengemis, panti untuk mantan wanita tuna susila, serta panti untuk mantan pengguna narkoba. Hampir 70 persen dari seluruh penghuni panti sosial di Jakarta adalah orang-orang dengan gangguan kejiwaan.
Khusus untuk penderita psikotik atau gangguan kejiwaan di Jakarta, Dinsos menyiapkan tiga panti sosial. Panti Sosial Bina Laras I Cengkareng untuk gangguan jiwa berat, Panti Sosial Bina Laras II Cipayung untuk pendampingan pasien gangguan jiwa sedang, dan Panti Sosial Bina Laras III Cipayung untuk mereka yang mengalami gangguan jiwa ringan.
Meski sudah memiliki tiga panti sosial khusus pasien gangguan kejiwaan, namun nyatanya Dinsos masih kewalahan. Sebab, jumlah pasien psikotik di ibu kota semakin banyak, dan 90 persennya masuk kategori stadium sedang sampai berat.
"Jumlah pasien sekarang sekitar 2.600 di semua panti," ujar Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta Masrokhan saat berbincang dengan merdeka.com, pekan lalu.
Jakarta surplus orang-orang tidak waras. Terlihat dari jumlah pasien gangguan kejiwaan sudah melebihi kemampuan daya tampung panti sosial. Idealnya, satu panti sosial maksimal menampung 600 pasien gangguan jiwa. Kenyataannya, saat ini ada salah satu panti sosial menampung hampir 800 pasien gangguan jiwa.
Meski kelebihan jumlah pasien, Dinsos DKI tak bisa berbuat banyak. Sebab tidak mungkin membiarkan mereka berkeliaran di jalanan ibu kota atau 'dilepas' ke daerah lain. "Ini sudah over kapasitas. DKI akhirnya jadi tempat penampungan," ucapnya.
Jakarta terbuka untuk orang yang waras dan tidak waras. Ini sesuai janji Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disapa Ahok. Pemprov DKI akan menampung penderita gangguan jiwa, sekalipun bukan warga DKI Jakarta. Tapi dia menyadari persoalan yang ada di depan mata yakni terbatasnya fasilitas penampungan milik Dinsos DKI.
"Kenapa kita tampung, karena namanya juga orang gangguan jiwa, dia enggak tahu alamatnya lagi, dia pun enggak tahu dia mau pulang ke mana," kata Ahok beberapa waktu lalu.
Masih mengganjal di benak Masrokhan dan anak buahnya, bagaimana menyiasati agar panti sosial tidak kelebihan kapasitas. Salah satu caranya, mempercepat proses pemulihan pasien gangguan kejiwaan. Terutama mereka yang masih dalam tahap gangguan jiwa ringan. Biasanya, mereka yang mengalami gangguan jiwa ringan karena tekanan dan stress, lebih mudah untuk pulih meski tidak 100 persen. Jika sudah bisa mengendalikan diri sendiri, maka mereka akan dikembalikan ke keluarga.
Sementara bagi mereka yang mengalami gangguan jiwa berat terutama karena faktor keturunan, sulit dipulihkan. Dinsos DKI pun angkat tangan. Mereka meminta bantuan Kementerian Kesehatan untuk proses pendampingan. Kemenkes siap menampung 40 pasien gangguan kejiwaan dari Jakarta untuk kemudian dialihkan ke panti milik Kemenkes di Malang.
"Mereka yang enggak bisa disembuhkan ya itu tanggung jawab negara (Kemenkes). Kita ngeluh ke kemenkes, mereka mau menampung."
Selain bekerja sama dengan Kemenkes, Dinsos juga menggandeng RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan Grogol, Jakarta Barat. Orang dengan gangguan jiwa yang diamankan Dinsos dari jalanan Jakarta, terlebih dulu dibawa ke RS Jiwa Grogol untuk dilakukan proses pengobatan secara medis sebelum dibawa ke panti sosial. Di RS Jiwa, mereka diberi obat agar lebih tenang dan tidak membahayakan. Mereka ditempatkan di ruangan khusus. Setelah mendapat perawatan medis, mereka bisa dikembalikan ke keluarga atau ditampung di Dinas Sosial.
"Jadi tidak selamanya dirawat di RS Jiwa. Dirawat hanya kalau sekiranya membahayakan orang lain. Kalau memang sudah kondusif kondisinya ya disuruh pulang," jelas psikiater yang juga ahli penyakit kejiwaan RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan Grogol, dr Surya Widya.
Surya tidak menampik ada pasien yang cukup lama dirawat di RS Jiwa. Alasannya, mereka lebih betah berada di RS Jiwa dibanding di rumah sendiri. Sebab, mereka tidak mendapat perlakuan baik dari keluarga. Mereka menjadi tidak nyaman sehingga memilih bertahan di RS Jiwa.
"Ada pasien yang mengeluh keluarganya galak. Tidak semua keluarga bisa menerima mereka. Kadang ada yang malu dengan kehadiran mereka (pasien gangguan jiwa) di rumah."
RS Jiwa Grogol memiliki daya tampung maksimal 350 pasien. Saat ini jumlah pasien yang dirawat sekitar 200 orang. Dia menceritakan, beberapa tahun lalu RS Jiwa memang kebanjiran pasien. Namun pihak RS memiliki kebijakan secara tegas membatasi pengobatan pasien agar tidak membludak. Surya tidak heran jika panti sosial milik Dinsos DKI over kapasitas. Salah satunya karena DKI menampung orang dengan gangguan kejiwaan yang datang dari daerah lain.
"Pasti kelebihan kapasitas karena yang datang makin banyak, yang ditampung juga akhirnya makin banyak. Apalagi daerah-daerah belum tentu punya RS Jiwa," tegasnya. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jarak rumah ke kantor yang jauh membuat seseorang rentan mengalami masalah fisik.
Baca SelengkapnyaDi Rumah Sakit Jiwa Amino Gondohutomo Semarang memiliki fasilitas 10-20 kamar tidur. Sementara untuk jumlah dokter spesialis kejiwaannya sebanyak 11 orang.
Baca SelengkapnyaPPKS yang terjangkau dirujuk ke Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya (PSBI BD) 1 atau 2 terlebih dahulu.
Baca SelengkapnyaPemprov Sulut menggelontorkan anggaran hingga 30 persen untuk memberikan akses kesehatan seluas-luasnya kepada publik.
Baca SelengkapnyaKemenkes membuat pelatihan-pelatihan agar semakin banyak puskesmas yang dapat menangani masalah-masalah mental.
Baca SelengkapnyaTerdiri dari 101 puskesmas plus 31 rumah sakit milik pemerintah dan swasta.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data bantuan sosial stunting.jakarta.go.id, ada 39.793 balita yang tercatat memiliki permasalahan gizi, 22.823 di antaranya tergolong stunting.
Baca SelengkapnyaJateng Siapkan Tujuh Rumah Sakit buat Tampung Caleg Stres Gagal Nyalon
Baca Selengkapnyaian juga menyoroti persoalan pendistribusian tenaga kesehatan.
Baca SelengkapnyaBhabinkamtibnas bekerja sama dengan petugas Dinas Sosial Kecamatan Cengkareng, Ibu Purwani, langsung mendatangi tempat kejadian perkara
Baca SelengkapnyaPelayanan kepada caleg yang mengalami ganguan kejiwaan pasca gagal dalam pemilu sama dengan pasien lainnya.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data BPS pada 2023, rata-rata kepadatan penduduk di Jakarta mencapai 16.146 per km persegi. Sementara, Jakarta Pusat menjadi wilayah paling padat.
Baca Selengkapnya