Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kita dan Bara Laut China Selatan

Kita dan Bara Laut China Selatan Kapal perang Rusia dan China latihan militer di Laut China Timur pada Mei 2014. ©Reuters

Merdeka.com - Suhu Laut China Selatan terasa makin panas akhir-akhir ini dengan makin agresifnya AS mempertahankan pengaruh dan wibawanya di kawasan itu dengan pengiriman pesawat pengintai P8-A Poseidon di atas Kepulauan Spratly pada pertengahan Mei lalu yang telah memancing kemarahan China.

Tak hanya berhenti di situ, Menhan AS, Ash Carter telah secara tegas meminta China menghentikan reklamasi di kawasan itu dan bahkan Senator John McCain juga telah mengusulkan penyaluran dana pembangunan infrastruktur militer AS kepada negara-negara yang wilayahnya bersinggungan dengan Laut China Selatan, termasuk Indonesia, sebesar 425 juta USD sebagai penggentar (deterrent) untuk menahan ekspansi China. Ini telah disambut disambut dengan kesiapan untuk berperang oleh China, sebagaimana terungkap dari editorial Koran Global Times milik partai Komunis China (30/5).

Bara sengketa wilayah (batas laut dan fitur daratan lainnya) di Laut China Selatan antara China dan negara-negara claimant di Asia Tenggara yang telah berlangsung lama memang sudah saatnya memerlukan solusi segera dengan ASEAN seharusnya mengambil peran utama di driving seat (kursi kemudi) meski China selalu berusaha menggiring penyelesaian secara bilateral karena lebih menitikberatkan isunya pada persoalan sengketa wilayah.

Orang lain juga bertanya?

Ini karena ada persoalan besar tentang keamanan dan perdamaian kawasan yang tak bisa didekati secara bilateral semata, terlebih ada faktor AS dan juga kemudian Jepang yang ingin melakukan containment ekspansi militer dan pengaruh China di kawasan Asia Pasifik seiring dengan makin perkasanya ekonomi dan kekuatan militer China.

Pemadaman bara itu tidak mudah karena banyak persoalan tak ringan. Pertama, jika ASEAN diharapkan menjadi aktor utama, masalah kesatuan dan koherensi di antara sesama anggota menjadi pertanyaan besar. Hal ini telah terbukti dengan kegagalan ASEAN menghasilkan komunike bersama KTT ASEAN di Phnom Penh tahun 2012 gara-gara tuan rumah Kamboja yang dituduh mau ditunggangi China menolak komunike bersama karena referensi tentang Laut China Selatan dapat memojokkan China. Tak lahirnya komunike bersama itu sungguh sebuah preseden langka yang menguji prinsip konsensus dan persatuan ASEAN.

Kedua, makin meningkatnya rasa percaya diri China sebagai salah satu kekuatan multi polar saat ini membuat China mampu bersikap assertive dan cukup mudah menjalankan politik pecah belah di antara anggota ASEAN. Pernyataan para pemimpin ASEAN di KTT ASEAN ke-26 April lalu di Kuala Lumpur tentang perlunya segera merespon kegiatan reklamasi yang dilakukan China di Laut China Selatan telah ditanggapi dengan peringatan dari China agar ASEAN tidak mengeluarkan pernyataan semacam itu karena tidak semua anggota ASEAN terlibat dalam sengketa.

Di KTT itu Malaysia pun sebagai tuan rumah, seperti Kamboja, nampak jelas berusaha menghindari tersinggungnya China dan memimpin ASEAN ke arah yang netral sembari mempertahankan hubungan ekonomi yang erat antara Kuala Lumpur dan Beijing, meski Filipina dan Vietnam meminta ASEAN lebih tegas karena isu Laut China Selatan dipandangnya sebagai isu regional dengan berbagai ramifikasi seperti kebebasan navigasi dan ancaman kerusakan lingkungan hidup. Filipina bahkan meminta diselesaikannya masalah ini di mahkamah internasional.

Ketiga, DOC (Declaration on the Conduct Parties in the South China Sea) yang digagas ASEAN dan diharapkan sebagai pedoman berperilaku di kawasan Laut China Selatan guna upaya membangun kepercayaan (trust building measures) untuk meredakan ketegangan juga mempunyai banyak kelemahan antara lain karena tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dan tak ada mekanisme monitor apalagi memaksakan kepatuhan isi DOC. DOC juga tidak jelas merinci kawasan yang diatur.

China nampak jelas ogah-ogahan mengikuti DOC ini, dan sejak awal dalam proses penyusunannnya selalu menolak kondisi 'ASEAN Unity' sehingga pada akhirnya DOC yang ada saat ini merupakan DOC hasil kompromi yang sangat lemah dan tidak mengikat secara hukum. Kepatuhan pada DOC akhirnya hanya berdasarkan pada political goodwill yang bisa hilang karena kepentingan nasional para pihak. Kelemahan dalam DOC ini dapat diduga akan juga melemahkan COC (Code of Conduct) yang saat ini masih dalam proses penyusunan.

Indonesia dapat memainkan peran penting sebagai penengah (honest broker) dalam isu ini. Investasi politik telah banyak ditanam Indonesia dalam upaya pembangunan rasa saling percaya di kawasan ini seperti yang telah dilakukan dalam ASEAN Regional Forum, dalam perumusan DOC, dan juga yang

masih hangat dalam ingatan adalah shuttle diplomacy Menlu Marty Natalegawa pasca kegagalan keluarnya komunike bersama ASEAN di Phnom Penh tahun 2012 yang berhasil memperoleh kesepakatan bulat ASEAN dalam hal prinsip-prinsip berperilaku di Laut China Selatan dan meningkatkan semangat berdialog negara-negara pihak.

Dengan makin panasnya suhu di atas Laut China Selatan, saat ini adalah saat yang tepat dividen yang dihasilkan dari investasi politik itu dipanen dan digunakan untuk memperkokoh status dan peran Indonesia sebagai penengah dan fasilitator dialog para pihak untuk duduk bersama menyelesaikan persoalan di Laut China Selatan dengan tetap menempatkan ASEAN sebagai juru mudi di kawasan menuju kawasan yang damai dan maju. (mdk/ian)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
China Geram, Amerika Serikat Beri Dana Bantuan Militer Rp8,1 Triliun ke Filipina
China Geram, Amerika Serikat Beri Dana Bantuan Militer Rp8,1 Triliun ke Filipina

Aksi Manila ini sering memicu konflik terbuka dengan penjaga pantai China.

Baca Selengkapnya
FOTO: Panas! Ini Momen Kapal China Serang dan Blokade Kapal Filipina di Laut China Selatan
FOTO: Panas! Ini Momen Kapal China Serang dan Blokade Kapal Filipina di Laut China Selatan

Konflik Laut China Selatan kembali memanas. Kapal China Coast Guard menembakkan meriam air dan memblokade kapal Filipina.

Baca Selengkapnya
Satelit Ungkap China Nekat Bangun Pangkalan Udara di Pulau Sengketa Laut China Selatan, Ini Buktinya
Satelit Ungkap China Nekat Bangun Pangkalan Udara di Pulau Sengketa Laut China Selatan, Ini Buktinya

China benar-benar nekat membangun pangkalan udara di sana.

Baca Selengkapnya
FOTO: Laut China Selatan Memanas, Kapal Penjaga Pantai China Cegat Kapal Sewaan Militer Filipina, AS-Jepang-Australia Mau Kirim Kapal Perang
FOTO: Laut China Selatan Memanas, Kapal Penjaga Pantai China Cegat Kapal Sewaan Militer Filipina, AS-Jepang-Australia Mau Kirim Kapal Perang

Militer Filipina dan China kembali memanas di Laut China Selatan.

Baca Selengkapnya
Begini Cara China Persiapkan ‘Pertempuran’ Teknologi dengan AS
Begini Cara China Persiapkan ‘Pertempuran’ Teknologi dengan AS

Persaingan teknologi antar kedua negara makin sengit.

Baca Selengkapnya
China Salip AS, Jadi Negara dengan Kekuatan Diplomatik Nomor 1 di Dunia
China Salip AS, Jadi Negara dengan Kekuatan Diplomatik Nomor 1 di Dunia

China Salip AS, Jadi Negara dengan Kekuatan Diplomatik Nomor 1 di Dunia

Baca Selengkapnya
Survei ISDS dan Litbang Kompas: Publik Anggap China Ancaman Bagi Asean di Laut China Selatan
Survei ISDS dan Litbang Kompas: Publik Anggap China Ancaman Bagi Asean di Laut China Selatan

Responden mengharapkan bentuk kerja sama dengan negara Asean sebanyak 47,0 persen untuk membuat aliansi Pertahanan.

Baca Selengkapnya
Makin Panas! Penampakan Militer China Kepung Pulau Taiwan, dari Tentara Hingga Armada Siap Tempur
Makin Panas! Penampakan Militer China Kepung Pulau Taiwan, dari Tentara Hingga Armada Siap Tempur

Penampakan pasukan militer China kepung wilayah perairan dekat Taiwan.

Baca Selengkapnya
Perang China Vs AS Makin Panas, Kini Memulai Pertempuran di Planet Mars
Perang China Vs AS Makin Panas, Kini Memulai Pertempuran di Planet Mars

Persaingan China dan Amerika Serikat (AS) makin meluas hingga dulu-duluan ke planet Mars.

Baca Selengkapnya
Ambisi Tak Terbendung China Saingi AS di Antariksa, Pelan-pelan Mulai Terbukti
Ambisi Tak Terbendung China Saingi AS di Antariksa, Pelan-pelan Mulai Terbukti

China telah berinvestasi secara besar-besaran dalam kemampuan luar angkasanya beberapa tahun terakhir.

Baca Selengkapnya
FOTO: Panas! Korut Tembakkan 200 Peluru Artileri, Korsel Murka Langsung Beri Balasan
FOTO: Panas! Korut Tembakkan 200 Peluru Artileri, Korsel Murka Langsung Beri Balasan

Ketegangan ini membuat Korsel memerintahkan seluruh warganya di dua pulau terpencil untuk mengungsi ke tempat perlindungan bom.

Baca Selengkapnya
FBI Peringatkan Perusahaan Antariksa AS Waspada dengan China dan Rusia
FBI Peringatkan Perusahaan Antariksa AS Waspada dengan China dan Rusia

Tudingan ini cukup serius karena FBI menilai dua negara itu ingin mencuri data-data rahasia AS.

Baca Selengkapnya