Mati satu, tumbuh seribu
Merdeka.com - Terorisme masih menjadi persoalan yang tak kunjung selesai dalam waktu dekat. Satu kelompok ditumpas, muncul kelompok baru, tapi dengan menggunakan jaringan lama. Belum lagi simpatisan baru hasil perekrutan dan pengkaderan. Ibarat mati satu, tumbuh seribu.
Saat menjabat Kapolri, Jenderal Badrodin Haiti di hadapan Komisi III DPR pernah memaparkan kelompok teroris yang tersisa saat ini berasal dari sisa-sisa dua gembong teroris yang sudah ditembak mati yakni Dr Azahari dan Noordin M Top saat tragedi bom Bali I. Setelah keduanya tewas, konsolidasi dilakukan dengan melakukan latihan militer di Aceh yang menyeret Ustaz Abu Bakar Ba'asyir ke penjara karena divonis sebagai donatur.
"Selanjutnya dipelopori Abu bakar Ba'asyir. Mereka memproklamirkan diri sebagai Tanzim Al Qaeda. Mereka melakukan fa'i, mereka melakukan perampokan," ungkapnya di Gedung DPR RI, Jakarta Senin 15 Februari silam.
-
Siapa yang terkena dampak terorisme di Indonesia? Di Indonesia, aksi terorisme telah menyebabkan banyak kerugian dan korban. Mereka menjadi korban terorisme mengalami disabilitas seumur hidupnya, bahkan tak sedikit juga yang harus meregang nyawa.
-
Apa yang menjadi tren dari nama kelompok nyeleneh? Memberikan nama kelompok nyeleneh dapat membuat suasana kian ramai dan menyenangkan.
-
Siapa yang terlibat dalam kerusuhan ini? Pada saat itu Maroko adalah protektorat Prancis, dan komisaris Prancis untuk Oujda, René Brunel, menyalahkan kekerasan yang terjadi pada orang-orang Yahudi karena meninggalkan Oujda dan bersimpati dengan gerakan Zionis.
-
Dimana nama-nama ini? Dikutip dari berbagai sumber, berikut kumpulan nama bayi laki-laki Islam 2 kata dalam Al-Quran yang telah kami rangkum secara khusus hanya untuk Anda.
-
Siapa yang berperan penting dalam mencegah terorisme di Indonesia? Ary mengatakan tantangan tersebut semakin kompleks dengan adanya bonus demografi 2045. Hal itu, ucapnya, menjadi salah satu tugas utama BNPT.
-
Apa yang terjadi di Indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan dalam sepekan ke depan hampir seluruh wilayah di Indonesia akan dilanda suhu panas.
Dari yang awalnya menyerang simbol barat yakni Amerika Serikat, sasaran teroris berubah menjadi polisi karena polisi dianggap penghalang aksinya. Teror itu yang dilakukan Santoso dan kelompok Mujahidin Indonesia Timur di Poso.
"Beberapa kelompok radikal yang setia kepada ISIS yakni kelompok JAD (Jamaah Ansharut Daulah), Abu Bakar Ba'asyir, kelompok Mujahidin Indonesia Timur, Santoso, Oman Abdurahman, Banten, ISIS faksi Rois. Ada sembilan kelompok Indonesia yang mendukung ISIS dan 21 kelompok di Singapura yang dukung ISIS," tuturnya.
Direktur Bidang Pencegahan BNPT Brigjen Pol Hamidin menyatakan, apapun nama kelompok teroris kini, pihaknya selalu mewaspadai gerakan radikal dan terorisme.
"Bisa dia JAD sama dengan JI (Jamaah Islamiyah) dulu. Misalnya dulu namanya mantiki sekarang namanya bitonah. Jadi itu senantiasa tetap ada dan kita waspadai," kata Hamidin di Bogor, Kamis (24/11).
Menurut Hamidin, kelompok JAD bukan yang paling eksis melakukan serangan teror di Indonesia. "Kita tidak bisa mengatakan kelompok mana yang eksis. Yang penting semua kelompok yang potensi untuk melakukan serangan itu kita waspadai," tutur dia.
Meski ada beberapa mantan napi masih melakukan teror, Hamidin menolak jika BNPT dinilai gagal dalam melaksanakan program deradikalisasi. Menurut dia, faktor ekonomi yang membuat mantan teroris bergabung kembali dengan kelompok-kelompok teroris.
"Kalau gagal, di dunia itu napi teroris yang mau gabung sama negara, kemudian dia mau ikut pencerahan di negara mana saya tanya? Hayo mana? Hanya Indonesia, mana ada, dan itu banyak. Yang menyatakan gagal dia tidak paham tentang psikologi teroris," kata Hamidin.
Dia mengatakan program deradikalisasi yang dilakukan BNPT targetnya di dalam lapas dan di luar lapas. Di mana para napi teroris memberikan informasi jaringan terorisnya dan pencerahan terhadap pandangan nasionalisme. Jika di luar lapas, mantan napi terus mendapatkan pembinaan hingga pihak keluarga.
Sebab, pihak keluarga mempunyai peran penting untuk menyadarkan mantan napi teroris. Setelah bebas, Balai Pemasyarakatan (Bapas) tugasnya yang mengawasi mereka di lingkungan masyarakat, namun BNPT terus memantau pergerakannya.
"Ada (napi teroris) dia yang mengaku bersalah tapi enggak mau memberikan informasi karena takut jaringan. Dan itu ada kategorinya. Yang kita sebut hardcore itu, dia sangat keras dia tidak NKRI tapi masih tetap pada pendiriannya itu kita sebut hardcore. Ada middle ada softcore. Kalau softcore itu setelah kembali dia jadi masyarakat normal," jelas Hamidin.
Pengamat terorisme Noor Huda Ismail mengatakan, jika ada anggota kelompok teroris yang keluar dari kelompok awalnya, mereka harus diwaspadai. Karena, mereka yang 'menyempal' biasanya melakukan aksi teror.
"Ya yang keluar dari organisasi utama itu. JI, JAT dan JAD itu hanya wadah sementara," kata Noor Huda saat dihubungi merdeka.com.
Dia juga menyebutkan banyak mantan napi teroris yang sudah bebas, namun mayoritas tak membahayakan. Hanya segelintir yang masih aktif anggota kelompok-kelompok itu.
Mereka juga bisa bergerak dan melakukan ancaman teror jika ada pemantiknya. "Pemantik itu bisa dari luar seperti konflik di Suriah atau Moro dan lainnya. Dari dalam seperti kondisi politik dalam negeri," kata dia.
Noor Huda yang juga pendiri Yayasan Prasasti, mengatakan, aparat keamanan harus berintegrasi dengan lingkungan sosial untuk memantau pergerakan para mantan napi teroris. "Baru setelah bebas kita terus bantu mereka diterima masyarakat dengan pelan-pelan dilepas dari jaringan sosial lama dia. Masalah resividisme itu lebih karena jaringan sosial dari pada ideologi," tutupnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sampai saat ini penyidik masih memeriksa keduanya secara intensif.
Baca SelengkapnyaDensus 88 juga berhasil menangkap satu tersangka teroris lainnya inisial NK yang diduga terafiliasi kelompok Jaringan Anshor Daulah (JAD) di Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaJamaah Islamiyah Umumkan Bubarkan Diri, Akan Patuh Pada NKRI
Baca SelengkapnyaKetiga terduga teroris ditangkap berinisial BI, ST dan SQ.
Baca SelengkapnyaJuru Bicara Densus 88 Antiteror Polri, Kombes Aswin Siregar menjelaskan terkait dua tersangka yang tewas adalah teroris di Lampung, pada 12 April 2023.
Baca SelengkapnyaKetiga terduga pelaku teroris merupakan jaringan Anshor Daulah yang beroperasi di Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaPenangkapan dilakukan setelah mereka berangkat mengikuti program jihad global dan telah kembali ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaBerencana akan beroperasi untuk menggagalkan Pemilu 2024 yang akan datang.
Baca SelengkapnyaPenangkapan teroris itu berjalan linier dengan menurunnya aksi terorisme di Indonesia.
Baca SelengkapnyaRamadhan belum bisa mengungkap terkait detail penangkapan dan kronologi belasan tersangka teroris.
Baca Selengkapnya"Dampak perang Israel-Palestina tentunya juga membangkitkan sel-sel yang terafiliasi dengan teroris,
Baca SelengkapnyaPenangkapan dilakukan pada Jumat (14/7) lalu. Kedua terduga teroris tersebut berinisial HSN alias UL dan OS alias O.
Baca Selengkapnya