Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mati satu, tumbuh seribu

Mati satu, tumbuh seribu Teror bom di Pertamina. ©2016 Merdeka.com/Muhammad Luthfi Rahman

Merdeka.com - Terorisme masih menjadi persoalan yang tak kunjung selesai dalam waktu dekat. Satu kelompok ditumpas, muncul kelompok baru, tapi dengan menggunakan jaringan lama. Belum lagi simpatisan baru hasil perekrutan dan pengkaderan. Ibarat mati satu, tumbuh seribu.

Saat menjabat Kapolri, Jenderal Badrodin Haiti di hadapan Komisi III DPR pernah memaparkan kelompok teroris yang tersisa saat ini berasal dari sisa-sisa dua gembong teroris yang sudah ditembak mati yakni Dr Azahari dan Noordin M Top saat tragedi bom Bali I. Setelah keduanya tewas, konsolidasi dilakukan dengan melakukan latihan militer di Aceh yang menyeret Ustaz Abu Bakar Ba'asyir ke penjara karena divonis sebagai donatur.

"Selanjutnya dipelopori Abu bakar Ba'asyir. Mereka memproklamirkan diri sebagai Tanzim Al Qaeda. Mereka melakukan fa'i, mereka melakukan perampokan," ungkapnya di Gedung DPR RI, Jakarta Senin 15 Februari silam.

Dari yang awalnya menyerang simbol barat yakni Amerika Serikat, sasaran teroris berubah menjadi polisi karena polisi dianggap penghalang aksinya. Teror itu yang dilakukan Santoso dan kelompok Mujahidin Indonesia Timur di Poso.

"Beberapa kelompok radikal yang setia kepada ISIS yakni kelompok JAD (Jamaah Ansharut Daulah), Abu Bakar Ba'asyir, kelompok Mujahidin Indonesia Timur, Santoso, Oman Abdurahman, Banten, ISIS faksi Rois. Ada sembilan kelompok Indonesia yang mendukung ISIS dan 21 kelompok di Singapura yang dukung ISIS," tuturnya.

Direktur Bidang Pencegahan BNPT Brigjen Pol Hamidin menyatakan, apapun nama kelompok teroris kini, pihaknya selalu mewaspadai gerakan radikal dan terorisme.

"Bisa dia JAD sama dengan JI (Jamaah Islamiyah) dulu. Misalnya dulu namanya mantiki sekarang namanya bitonah. Jadi itu senantiasa tetap ada dan kita waspadai," kata Hamidin di Bogor, Kamis (24/11).

Menurut Hamidin, kelompok JAD bukan yang paling eksis melakukan serangan teror di Indonesia. "Kita tidak bisa mengatakan kelompok mana yang eksis. Yang penting semua kelompok yang potensi untuk melakukan serangan itu kita waspadai," tutur dia.

Meski ada beberapa mantan napi masih melakukan teror, Hamidin menolak jika BNPT dinilai gagal dalam melaksanakan program deradikalisasi. Menurut dia, faktor ekonomi yang membuat mantan teroris bergabung kembali dengan kelompok-kelompok teroris.

"Kalau gagal, di dunia itu napi teroris yang mau gabung sama negara, kemudian dia mau ikut pencerahan di negara mana saya tanya? Hayo mana? Hanya Indonesia, mana ada, dan itu banyak. Yang menyatakan gagal dia tidak paham tentang psikologi teroris," kata Hamidin.

Dia mengatakan program deradikalisasi yang dilakukan BNPT targetnya di dalam lapas dan di luar lapas. Di mana para napi teroris memberikan informasi jaringan terorisnya dan pencerahan terhadap pandangan nasionalisme. Jika di luar lapas, mantan napi terus mendapatkan pembinaan hingga pihak keluarga.

Sebab, pihak keluarga mempunyai peran penting untuk menyadarkan mantan napi teroris. Setelah bebas, Balai Pemasyarakatan (Bapas) tugasnya yang mengawasi mereka di lingkungan masyarakat, namun BNPT terus memantau pergerakannya.

"Ada (napi teroris) dia yang mengaku bersalah tapi enggak mau memberikan informasi karena takut jaringan. Dan itu ada kategorinya. Yang kita sebut hardcore itu, dia sangat keras dia tidak NKRI tapi masih tetap pada pendiriannya itu kita sebut hardcore. Ada middle ada softcore. Kalau softcore itu setelah kembali dia jadi masyarakat normal," jelas Hamidin.

Pengamat terorisme Noor Huda Ismail mengatakan, jika ada anggota kelompok teroris yang keluar dari kelompok awalnya, mereka harus diwaspadai. Karena, mereka yang 'menyempal' biasanya melakukan aksi teror.

"Ya yang keluar dari organisasi utama itu. JI, JAT dan JAD itu hanya wadah sementara," kata Noor Huda saat dihubungi merdeka.com.

Dia juga menyebutkan banyak mantan napi teroris yang sudah bebas, namun mayoritas tak membahayakan. Hanya segelintir yang masih aktif anggota kelompok-kelompok itu.

Mereka juga bisa bergerak dan melakukan ancaman teror jika ada pemantiknya. "Pemantik itu bisa dari luar seperti konflik di Suriah atau Moro dan lainnya. Dari dalam seperti kondisi politik dalam negeri," kata dia.

Noor Huda yang juga pendiri Yayasan Prasasti, mengatakan, aparat keamanan harus berintegrasi dengan lingkungan sosial untuk memantau pergerakan para mantan napi teroris. "Baru setelah bebas kita terus bantu mereka diterima masyarakat dengan pelan-pelan dilepas dari jaringan sosial lama dia. Masalah resividisme itu lebih karena jaringan sosial dari pada ideologi," tutupnya.

(mdk/bal)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Densus 88 Kembali Tangkap 2 Terduga Teroris di Lombok NTB
Densus 88 Kembali Tangkap 2 Terduga Teroris di Lombok NTB

Sampai saat ini penyidik masih memeriksa keduanya secara intensif.

Baca Selengkapnya
Densus 88 Ungkap Peran Tangkapan Baru Teroris Jaringan Solo Raya dan Banten
Densus 88 Ungkap Peran Tangkapan Baru Teroris Jaringan Solo Raya dan Banten

Densus 88 juga berhasil menangkap satu tersangka teroris lainnya inisial NK yang diduga terafiliasi kelompok Jaringan Anshor Daulah (JAD) di Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya
Jemaah Islamiyah Umumkan Bubarkan Diri, Janji Akan Patuh Pada NKRI
Jemaah Islamiyah Umumkan Bubarkan Diri, Janji Akan Patuh Pada NKRI

Jamaah Islamiyah Umumkan Bubarkan Diri, Akan Patuh Pada NKRI

Baca Selengkapnya
Tiga Terduga Teroris Ditangkap di Jateng Jaringan Anshor Daulah
Tiga Terduga Teroris Ditangkap di Jateng Jaringan Anshor Daulah

Ketiga terduga teroris ditangkap berinisial BI, ST dan SQ.

Baca Selengkapnya
Sepanjang 2023, Densus 88 Tangkap 142 Teroris dan 2 Ditembak Mati
Sepanjang 2023, Densus 88 Tangkap 142 Teroris dan 2 Ditembak Mati

Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri, Kombes Aswin Siregar menjelaskan terkait dua tersangka yang tewas adalah teroris di Lampung, pada 12 April 2023.

Baca Selengkapnya
Peran 3 Terduga Teroris Ditangkap di Jateng, Rencanakan Aksi Teror hingga Provokasi di Media Sosial
Peran 3 Terduga Teroris Ditangkap di Jateng, Rencanakan Aksi Teror hingga Provokasi di Media Sosial

Ketiga terduga pelaku teroris merupakan jaringan Anshor Daulah yang beroperasi di Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya
5 Tersangka Teroris Foreign Terrorist Fighters Tertangkap Selama 2023, Begini Perannya
5 Tersangka Teroris Foreign Terrorist Fighters Tertangkap Selama 2023, Begini Perannya

Penangkapan dilakukan setelah mereka berangkat mengikuti program jihad global dan telah kembali ke Indonesia.

Baca Selengkapnya
Densus 88 Ringkus 40 Terduga Teroris Kelompok JAD Berencana Gagalkan Pemilu 2024
Densus 88 Ringkus 40 Terduga Teroris Kelompok JAD Berencana Gagalkan Pemilu 2024

Berencana akan beroperasi untuk menggagalkan Pemilu 2024 yang akan datang.

Baca Selengkapnya
Sepanjang 2023, Kepala BNPT: 148 Teroris Ditangkap
Sepanjang 2023, Kepala BNPT: 148 Teroris Ditangkap

Penangkapan teroris itu berjalan linier dengan menurunnya aksi terorisme di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Dalam Sebulan, 18 Orang Tersangka Teroris Diamankan di Enam Kota
Dalam Sebulan, 18 Orang Tersangka Teroris Diamankan di Enam Kota

Ramadhan belum bisa mengungkap terkait detail penangkapan dan kronologi belasan tersangka teroris.

Baca Selengkapnya
Kapolri Minta Jajarannya Waspada Bangkitnya Teroris Imbas Konflik Israel-Palestina
Kapolri Minta Jajarannya Waspada Bangkitnya Teroris Imbas Konflik Israel-Palestina

"Dampak perang Israel-Palestina tentunya juga membangkitkan sel-sel yang terafiliasi dengan teroris,

Baca Selengkapnya
Densus Tangkap Dua Terduga Teroris Jaringan JAD di Lombok
Densus Tangkap Dua Terduga Teroris Jaringan JAD di Lombok

Penangkapan dilakukan pada Jumat (14/7) lalu. Kedua terduga teroris tersebut berinisial HSN alias UL dan OS alias O.

Baca Selengkapnya