Mengejar asa hingga Benua Eropa
Merdeka.com - "Mereka adalah anak-anak muda Timor Leste yang akan bekerja ke Eropa," ujar Fernandes, salah seorang warga asli Timor Leste saat berbincang dengan merdeka.com di halaman Bandara Internasional Presidente Nicolau Lobato, Dili, Timor Leste, Jumat pekan lalu. Saban hari ratusan anak muda Timor Leste berangkat menuju Benua Eropa untuk mencari pekerjaan.
"Hampir setiap hari di bandara banyak orang yang akan bekerja ke sana. Kalau di Indonesia namanya TKI (Tenaga Kerja Indonesia)," ujar Fernandes.
Menurut Fernades, banyaknya para pencari asal Timor Leste itu menuju Benua Eropa memang bukan tanpa alasan. Masalahnya adalah minimnya lapangan pekerjaan bagi anak-anak muda di Timor Leste menjadi satu faktor penting ketika negara Bumi Matahari Terbit itu merdeka. Untuk menjadi tenaga kerja itu pun kata Fernandes tidak mudah, setiap pekerja harus mengeluarkan uang sebesar USD 800 sampai USD 1000 untuk mendapat pekerjaan di negara-negara Eropa.
-
Kenapa banyak laki-laki di Dusun Tonjong merantau? Bu Wiwin, salah seorang warga Dusun Tonjong, mengatakan bahwa desa itu hampir sulit dijumpai warga yang laki-laki karena mereka kebanyakan merantau. Suami Bu Wiwin sendiri merantau ke luar kota dan bekerja pada sebuah proyek di sana.
-
Dimana anak ini bekerja? Tiga anak berdiri di persimpangan sudut Jalan Taman Siswa, Yogyakarta.
-
Di mana pekerja Indonesia bekerja? Haygrove, sebuah perkebunan di Hereford yang memasok buah beri ke supermarket Inggris, memberikan surat peringatan kepada pria tersebut dan empat pekerja Indonesia lainnya tentang kecepatan mereka memetik buah sebelum memecat mereka lima dan enam pekan setelah mereka mulai bekerja.
-
Bagaimana cara anak-anak di Tangerang mendapatkan telolet? Mereka berlari secara bergelombol dengan posisi yang amat dekat dengan badan bus yang tengah melaju.
-
Di mana seorang anak berdomisili? Tempat tinggal anak mengikuti tempat tinggal orang tua (pasal 47 UU No.1 tahun 1974).
-
Bagaimana kenakalan remaja di Sumut? Kenakalan remaja merupakan fenomena sosial yang kian mengkhawatirkan di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia.
Uang itu kata Fernandes digunakan buat mengurus persyaratan termasuk membeli kewarganegaraan agar bisa bekerja di negara-negara Eropa. "Mereka tidak bisa pakai warga negara Timor Leste, tetapi mereka membeli untuk menjadi warga negara Portugal. Eropa memang tidak menerima tenaga kerja lain yang tidak ada dalam satu benua dengan mereka," katanya menuturkan.
Butuh waktu sekitar dua tahun bagi warga Timor Leste memenuhi persyaratan administrasi hingga akhirnya mereka terbang menuju Benua Eropa untuk mencari pekerjaan. Fatima Ramos, salah seorang warga Timor Leste pun menuturkan proses buat mencari kewarganegaraan Portugal demi menjadi tenaga kerja di Eropa. Menurut dia, aktivitas jual beli kewarganegaraan itu dilakukan melalui seorang perantara.
Fatimah menyebut ada satu perantara tak jauh dari kediamannya di Kota Dili, Timor Leste. Buat mengurus surat-surat itu, warga harus mengeluarkan uang sebesar USD 800. Itu pun kata dia masih harus menunggu selama dua tahun untuk mendapatkan kewarganegaraan Portugis.
Mudahnya warga Timor Leste buat membeli kewarganegaraan Portugis memang didasari ada sejarah kedekatan Timor Leste. Penjajahan dilakukan hampir 450 tahun di Bumi Lorosae itu pun menjadi salah satu indikator bagi Warga Timor Leste untuk membeli kewarganegaraan. "Karena memang mudah. Di sini ada perantara yang mengurus itu," ujarnya.
Minimnya lapangan pekerjaan di Timor Leste bagi lulusan sekolah tinggi maupun menengah memang menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi pemerintah Bumi Lorosae. Kebanyakan kata Fatimah, para pekerja asal Timor Leste itu dihadapkan pada minimnya keterampilan ketika memasuki dunia kerja selepas lulus sekolah. "Banyak memang yang keterampilannya minim," kata Fatimah.
Selain minimnya lapangan pekerjaan bagi penduduk Timor Leste, faktor lain kemudian banyak yang akhirnya menjadi tenaga kerja di Benua Eropa adalah karena pendapatan sebagai karyawan di negara itu juga masih sangat minim. Misalnya seperti Baduarte Batista, sejak kepulangannya ke Timor Leste dari Atambua sebagai pengungsian pada tahun 2005, dia baru mendapatkan pekerjaan lima tahun setelahnya. Itu pun dengan gaji perbulan terbilang sangat minim untuk hidup di Timor Leste. Hanya sebesar USD 115 saban bulan.
"Pembangunan memang belum begitu terlihat. Saya pun baru bekerja di tahun 2010," kata Baduarte yang kini menjadi penjaga tempat wisata rohani Cristo Rei Dili. "Itu gaji minimum di sini," ujarnya.
Lain cerita dengan Baduarte hanya mendapatkan uang sebesar USD 115 untuk memenuhi kebutuhan hidup di Timor Leste, bagi pekerja lain misalkan seperti penjaga toko, gaji diperoleh saban bulan justru jauh lebih rendah dari gaji minimum. Abio salah seorang warga asli Timor Leste mengatakan, untuk pekerjaan sebagai penjaga toko, paling besar setiap bulan hanya dibayar USD 90. "Untuk penjaga toko hanya 90 Dollar," ujarnya.
Fatimah pun mengatakan, dengan alasan gaji setiap bulan terbilang jauh untuk memenuhi kebutuhan hidup di Timor Leste, dia pun memilih untuk berdagang. Karena menurut dia, untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji besar perlu keterampilan mumpuni untuk siap diterima dalam berbagai sektor industri di Timor Leste. "Sementara saya berdagang burger, lumayan setiap hari bisa dapat 40 Dollar. Itu menjadi alasan kenapa banyak warga Timor Leste bekerja di Benua Eropa, karena di sana gajinya juga besar dan dibayar menggunakan Pound Sterling," katanya. (mdk/arb)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mereka tak menyangka akan ditipu tetangganya sendiri
Baca SelengkapnyaUni Eropa terancam kehilangan satu generasi karena banyak perusahaan yang menghentikan perekrutan sejak Pandemi Covid-19.
Baca SelengkapnyaTingginya animo masyarakat untuk menjadi TKI salah satunya karena upah kerja di negara asing sangat tinggi.
Baca SelengkapnyaPria asli Batak ini memilih untuk merantau hingga ke negeri orang untuk bekerja hingga meraih kesuksesan.
Baca SelengkapnyaRibuan orang di Cianjur, Jawa Barat. tampak mengantre untuk mengirim berkas lamaran pekerjaan.
Baca SelengkapnyaUntuk itu, Timor Leste ingin bergabung menjadi anggota penuh dalam Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
Baca SelengkapnyaBanyak diaspora mengenyam pendidikan bahkan bekerja di luar negeri dalam bidang teknologi, industri dan ilmu pengetahuan.
Baca SelengkapnyaDinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) DKI Jakarta mencatat 7.243 warga pendatang baru yang masuk ke Jakarta setelah Lebaran 2024.
Baca SelengkapnyaSalah satu upaya yang dilakukan saat ini adalah melakukan edukasi dan sosialisasi ke sekolah.
Baca SelengkapnyaMereka berharap, pemerintah membantu untuk meningkatkan kualitas lingkungan di Muara Angke.
Baca SelengkapnyaPerhelatan yang berlangsung di Gedung Serba Guna kampus itu dikuti 30 perusahaan yang menyediakan 1.374 lowongan dengan 160 jabatan.
Baca Selengkapnya