Pelepah pisang, pengantar kabur dari Nusakambangan
Merdeka.com - "Dari atas bukit saya lihat air laut sedang turun. Tapi ke selat. Kalau kami menyeberang bakal terbawa arus," kata Timong bercerita bagaimana saat itu dia bisa menyeberang ke daratan Cilacap untuk bisa kabur dari penjara Nusa Kambangan, 33 tahun lalu itu. Sebelum menyeberang laut, dia menunggu air pasang karena saat itu arus air laut menuju pantai Cilacap.
Dia bercerita, Timong, Budi, Amri dan Tasman mempersiapkan alat untuk menyeberang Laut Cilacap. Berbekal mandau dibuat Timong, ke empat sahabat itu lantas membuat rakit dari pelepah pisang dan batang pohon waru. Malam ketika air pasang, keempat narapidana itu mulai menyeberangi lautan. Mereka bergandengan tangan sambil mendorong rakit untuk berenang hingga menuju daratan.
Namun sayang, dalam penyeberangan itu Tasman terbawa arus. Tangannya tak bisa menggapai Timong. Dia hilang hingga saat ini tak diketahui nasibnya. "Sampai sekarang saya tidak tahu keberadaan Tasman," katanya mengenang.
-
Di mana nelayan Kebumen tenggelam? Sodiran tenggelam di laut dan akhirnya hilang. Sedangkan Parwono berhasil diselamatkan oleh nelayan lain yang berada di sekitar lokasi kejadian.
-
Dimana para bajak laut bermukim? Mereka banyak bermukim di perairan dekat Gorontalo.
-
Dimana nelayan menemukan hewan laut itu? Hewan laut aneh dan misterius ini tidak sengaja ditangkap kapal nelayan Jepang; Zuiyo Maru yang sedang berlayar disebelah timur Christchurch, Selandia Baru.
-
Kapan nelayan Kebumen tenggelam? Musibah yang dialami Sodiran terjadi pada Senin (10/7) sekitar pukul 06.30 WIB.
-
Kenapa nelayan Kebumen tenggelam? Saat itu korban bersama rekannya, Parwono (42), hendak berangkat dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pasir menuju ke tengah laut menggunakan “perahu katir“ untuk menangkap ikan. Namun dalam perjalanan perahu tersebut dihantam gelombang hingga terbalik. Sodiran tenggelam di laut dan akhirnya hilang.
-
Kenapa nelayan di Brebes melakukan sedekah laut? Sedekah laut merupakan bentuk rasa syukur masyarakat nelayan kepada Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan rejeki berupa tangkapan ikan.
Penyeberangan malam itu mengantarkan Timong, Budi dan Amri menuju Segara Anakan, sebuah pulau kecil di antara Pulau Nusakambangan dengan daratan Cilacap. Timong masih ingat betul kejadian malam itu. Dia mengingat saat berada di Segera Anakan ada patroli tentara mencarinya. Budi berteriak. Peluru senapan pun ditembakan bertubi-tubi.
Namun mereka berhasil selamat karena tentara yang mencari para narapidana itu salah tembak. Tentara itu menembaki hutan mangrove di sekitar Segera Anakan. "Karena suaranya bergeming, mereka salah tembak," kata Timong.
Pelarian malam itu kian mencekam, buntutnya ketiga sahabat itu harus berada di dalam air dalam waktu lama. Mereka terpaksa menyelam di laut untuk menghindari patroli. Kejadian itu mengantarkan mereka menuju laut dangkal. Tempat itu juga dijadikan nelayan untuk menaruh perangkap ikan. Selama dua hari mereka di dalam laut, akhirnya sampai juga menjajaki lautan berkat keramba milik nelayan.
Timong mengukur kedalaman laut menggunakan bambu. Laut dangkal itu diingat Timong hanya sebatas leher. Timong, Budi dan Amri berjalan kiloan meter untuk sampai ke daratan. Saban ada patroli, mereka menyelam selama 15 menit di dalam air. Rupanya perjalanan itu membuahkan hasil, ketiganya selamat menuju daratan di Kali Muncang, Cilacap. "Saya menyeberangi laut dalamnya seleher," tutur Timong.
Namun sayang, pelarian itu harus berakhir ketika Budi dan Amri diberi makan oleh warga. Rupanya, warga melaporkan gelagat mereka seperti narapidana disebut-sebut melarikan diri dari Nusakambangan. "Dulu ada hadiah bagi warga yang melihat dan melaporkan narapidana yang lari dari Nusakambangan. Kalau enggak salah hadiahnya uang Rp 10 ribu sama beras," ujarnya.
Dari hasil pengepungan, akhirnya mereka ditangkap. Mereka tak ditembak mati, namun ketiganya dijebloskan kembali ke Penjara Nusakambangan. Hingga saat ini saksi hidup pelarian itu hanya tinggal Timong dan Budi. Timong berada di Jakarta sedangkan Budi tinggal dan usaha di Pekalongan, Jawa Tengah.
"Amri sudah meninggal, tinggal saya dengan Budi," kata Timong.
(mdk/mtf)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kapal nelayan pencari teripang asal Sulawesi Tenggara, terombang-ambing dua hari akibat patah kemudi di dekat perbatasan Indonesia-Australia.
Baca SelengkapnyaPotret kehidupan nelayan di tengah laut saat mencari ikan. Terombang-ambing saat hujan badai.
Baca SelengkapnyaTradisi warisan nenek moyang ini masih dipertahankan oleh masyarakat nelayan Jepara.
Baca Selengkapnya12 survivor tersebut ditemukan dan kemudian diselamatkan Tugboat Kharisma Bahari 168 yang melintas dari rute pelayaran dari Saumlaki Maluku menuju Gresik.
Baca SelengkapnyaMereka terdampar di pulau yang sangat terpencil di Samudra Pasifik.
Baca SelengkapnyaPetugas sampai melompat ke atas perahu motor, mengambil alih kemudi, dan mengamankan dua pelaku di atas perahu.
Baca SelengkapnyaMereka diduga hendak diselundupkan ke Australia melalui perairan laut Kabupaten Sukabumi.
Baca SelengkapnyaMomen kru kapal evakuasi enam nelayan yang terombang-ambing di lautan karena kapalnya tenggelam ini bikin warganet terharu.
Baca SelengkapnyaProses evakuasi nelayan dari dermaga yang berada di Kecamatan Tegalbuleud ini membutuhkan waktu yang cukup lama yakni dari pagi dan baru selesai sore.
Baca SelengkapnyaKapal pengangkut barang, KM Lintang Timur Selatan, karam di Selat Malaka, Senin (31/7) sekitar pukul 07.30 WIB. Sebelas awaknya pun hilang.
Baca SelengkapnyaDengan perahu rakit yang ia buat dari drum, Ibu Pasijah mengarungi perairan hutan mangrove untuk menanam bibit pohon tersebut.
Baca SelengkapnyaUpaya pencurian itu terjadi saat kapal lego jangkar di perairan Dumai
Baca Selengkapnya