Penasihat e-commerce, penunjukan Jack Ma masih sebatas wacana
Merdeka.com - Dua minggu berlalu sejak pemerintah melayangkan permintaan kepada Jack Ma, pendiri Alibaba, untuk menjadi penasihat e-commerce Indonesia. Namun, kegamangan masih menghantui sebagian pelaku perdagangan via internet di Tanah Air.
Sebab, posisi penasihat dinilai hanya akan menguatkan cengkeraman raksasa e-commerce China terhadap pasar Indonesia. Mengingat, pada April lalu, Alibaba berhasil mengambil alih Lazada yang merupakan salah satu raksasa e-commerce Tanah Air.
Kegamangan itu ditangkap Edy Putra Irawady, Deputi Bidang Perniagaan dan Industri Kementerian Koordinator Perekonomian. Meskipun, menurutnya, penunjukan Jack Ma masih sebatas wacana.
-
Bagaimana meminimalisir risiko di awal membangun bisnis? Dia berpesan, dalam video tersebut, memulai bisnis dari hal yang kecil membantu untuk meminimalisir risiko dan bisa lebih fleksibel untuk melakukan trial and error.
-
Apa yang dialami startup di Indonesia? Laporan terbaru yang dikeluarkan oleh Glints dan Monk's Hill Ventures (MHV) mengenai performa perusahaan startup di Asia Tenggara (ASEAN) pada tahun 2024 menunjukkan adanya penurunan gaji bagi karyawan startup, khususnya di Indonesia.
-
Apa yang harus dipertimbangkan saat memulai bisnis? Dia juga berpesan agar memperhatikan ketersediaan dana, setidaknya bisa mencakupi Pengeluaran tetap seperti gaji, sewa dan lain-lain.
-
Mengapa klaim tersebut diragukan? Dalam artikel juga tidak ditemukan adanya narasi yang menyebut Jokowi dan Listyo SIgit mencopot Polda Jabar karena membatalkan sidang tersangka Pegi.
-
Kenapa masyarakat diimbau agar tidak panic buying? 'Kami mengimbau kepada masyarakat untuk tidak melakukan panic buying BBM dan gas menjelang Pemilu 2024. Stok BBM dan gas di Inhu aman,' kata Kapolres Inhu AKBP Dody Wirawijaya.
-
Mengapa rating bagus di e-commerce belum menjamin keaslian ulasan? Menurut laporan setidaknya terdapat 31 persen ulasan palsu yang ditemukan dalam situs belanja online ternama seperti Amazon, Walmart, dan Best Buy. Melihat hal tersebut, sangat memungkinkan bahwa seberapa bagus rating produk dalam suatu e-commerce tidak menjamin keaslian testimoni itu sendiri.
"Saya dengar ada kekhawatiran, tapi jangan berlebihan. Nggak apa-apa lah itu karena baru sebatas ide. Belum dibahas, belum diformalkan," katanya saat ditemui di kantornya, Selasa (20/9).
Sejujurnya, menurut Edy, pihaknya tak mengetahui soal rencana penunjukan Jack Ma. Sepengetahuannya, hal tersebut tak pernah dibahas dalam rapat terkait petajalan e-commerce di Kementerian Koordinator Perekonomian.
"Saya sendiri nggak tahu munculnya, tapi yang jelas nggak formal-lah itu. Biasanya kan kami ada rapat koordinasi," katanya. "Idenya bisa jadi dari Kementerian Komunikasi dan Informasi, tapi nggak lewat kami."
Saat ini, petajalan pengembangan e-commerce Indonesia menanti untuk disahkan menjadi Peraturan Presiden. Agar berjalan maksimal, petajalan bertujuan untuk memuluskan pencapaian target peningkatan transaksi e-commerce sebesar US$130 miliar pada 2020 itu menuntut pembentukan struktur organisasi.
Di antaranya, komite pengarah terdiri dari sepuluh menteri, dipimpin oleh Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution. Kemudian, tim pelaksana terdiri dari pejabat eselon satu Kementerian Koordinator dan Project Management Officer (PMO) petajalan e-commerce.
Selain itu, ada juga tim penasihat. Kalaupun disepakati bakal merekrut pihak asing, kata Edy, itu tak hanya ditawarkan ke satu orang.
"Jika ada Jack Ma, harus ada yang lain juga dari asingnya. Sebagai wacana ini sudah dimunculkan, tapi pak menko (Darmin Nasution) belum mau. Belum dibicarakan secara formal."
Terpisah, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita enggan mengungkapkan lebih jauh terkait penunjukan Jack Ma sebagai penasihat e-commerce
Indonesia. Sekedar informasi, Enggartiasto merupakan salah satu menteri ikut mendampingi Presiden Jokowi saat mengunjungi markas Alibaba Group di Hangzhou, Provinsi Zhejiang, China, Awal September lalu.
"Kami masih belum membicarakan itu," katanya usai mengikuti rapat di Kementerian Koordinator Perekonomian, Jumat (16/9).
Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informasi, memang menegaskan ingin merangkul nama besar di bidang ekonomi digital guna mendukung pemerintah mengembangkan e-commerce Indonesia hingga level internasional.
Kepada Nikkei, Maret lalu, mantan komisaris independen Indosat itu mengaku mengincar Masayoshi Son, Chief Executive Officer SoftBank Group, untuk dijadikan penasehat e-commerce Indonesia. The Telegraph menjuluki pria 59 tahun tersebut sebagai Bill Gates-nya Jepang lantaran keberhasilannya membangun konglomerasi bisnis teknologi komunikasi senilai sekitar 6,5 triliun yen.
Orang terkaya kedua di Jepang itu memimpin Softbank melebarkan sayap bisnis. Termasuk diantaranya, menjadi pemegang saham mayoritas Alibaba yang kini mencapai 28 persen.
Sayang, rencana Rudiantara menjadikan Masayoshi sebagai penasehat gugur di tengah jalan tanpa alasan jelas. (mdk/yud)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jack Ma membuka startup bisnis makanan bernama Hangzhou Ma's Kitchen Food.
Baca SelengkapnyaBerikut penjelasan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terkait rencana merger XL dan Smartfren.
Baca SelengkapnyaTikTok dikabarkan akan bertemu Jokowi untuk membahas e-commerce.
Baca Selengkapnya