Blak-Blakan Mantan CEO Nissan Terkait Merger dengan Honda
Carlos Ghosn, mantan pemimpin Nissan, menyatakan bahwa kolaborasi strategis yang dijalankan oleh Nissan merupakan tindakan yang sangat berisiko.
Industri otomotif dikejutkan dengan berita bahwa Nissan dan Honda akan melakukan merger pada tahun 2026. Kabar ini diperkuat dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara kedua perusahaan yang berlangsung pada Agustus 2024.
Mantan CEO Nissan, Carlos Ghosn, menyatakan bahwa kolaborasi strategis yang diambil oleh Nissan merupakan langkah yang berani. Dia menambahkan bahwa kesepakatan ini adalah keputusan pragmatis yang diambil oleh Nissan untuk menyelamatkan perusahaan dari situasi sulit. "Itu adalah langkah yang nekat. Itu bukan kesepakatan yang pragmatis karena sejujurnya, sinergi antara kedua perusahaan itu sulit ditemukan," ungkap Carlos seperti yang dikutip oleh Paultan pada Kamis, (26/12/2024).
Di balik penggabungan kedua perusahaan ini, terungkap bahwa bukan hanya keinginan dari Honda dan Nissan, melainkan juga adanya campur tangan dari pemerintah Jepang. "Dengan langkah tersebut dan menyatakan bahwa Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang yang berpengaruh, adalah pendorong utama kesepakatan tersebut, yang berupaya 'menggabungkan masalah jangka pendek Nissan dengan visi jangka panjang Honda,'" jelas Ghosn.
Mitsubishi bergabung dalam merger antara Honda dan Nissan
Nissan, yang memiliki sebagian saham Mitsubishi, kemungkinan akan melibatkan perusahaan tersebut dalam kesepakatan merger yang sedang dibahas. Namun, Mitsubishi masih mempertimbangkan keputusan ini dan berencana untuk memberikan kepastian hingga akhir bulan ini. Jika Mitsubishi memutuskan untuk bergabung, maka merger ini akan melibatkan tiga perusahaan. Carlos juga menambahkan bahwa sebelumnya Mitsubishi merasa ragu untuk bekerja sama dengan Nissan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan pandangan dan ideologi yang dimiliki oleh para teknisi masing-masing terkait pengembangan produk, yang dapat menyulitkan proses integrasi.
"Saya ingat ketika kami mengambil alih Mitsubishi, Mitsubishi tidak takut berkolaborasi dengan Renault; mereka takut berkolaborasi dengan Nissan, karena mereka tahu betapa sulitnya saat para insinyur bertemu dan selalu menjadi hambatan untuk mengembangkan sinergi yang serius demi masa depan," ungkap Carlos. Ia juga mencatat bahwa kolaborasi antara dua perusahaan Jepang ini dapat menjadi strategi untuk menghadapi kompetisi dari produsen asal China yang terus berkembang. Selain itu, sinergi ini diharapkan dapat memperkuat posisi produsen Jepang di pasar global.
"Tidak diragukan lagi, ini adalah 'cara bertahan' untuk menghindari bencana sosial di Jepang dan untuk memperkuat (Nissan dan Honda) di pasar luar negeri," tutupnya. Dengan langkah ini, diharapkan Nissan dan Mitsubishi dapat bersaing lebih baik di pasaran global dan menghadapi tantangan dari berbagai perusahaan otomotif lainnya.