Bukti Tren Ekspor Mobil Indonesia Terus Naik
Jika dilihat secara historis dari tahun 2021 hingga 2023, nilai ekspor mobil dari Indonesia terus mengalami peningkatan
Selama periode 2021 hingga 2023, terdapat peningkatan yang konsisten dalam nilai ekspor mobil dari Indonesia jika dilihat secara historis.
Tren naiknya ekspor mobil Indonesia terus terbukti
Selama tiga tahun terakhir, terjadi peningkatan yang signifikan dalam ekspor mobil dari Indonesia, menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS). Komoditas dengan kode HS 8702 dan HS 8703 adalah yang mengalami pertumbuhan ekspor yang paling mencolok.
Meskipun pada Janauri sampai dengan Juni 2024 sedikit lebih rendah peningkatannya dibandingkan periode yang sama tahun lalu, nilai ekspor mobil dari Indonesia terus mengalami peningkatan jika dilihat secara historis dari tahun 2021 hingga 2023, demikian menurut Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti.
Filipina menjadi negara tujuan utama ekspor mobil dari Indonesia dengan persentase 27,64 persen dari total pangsa pasar ekspor mobil pada periode Januari-Juni tahun 2021 hingga 2024.
Sekitar 27,64 persen dari total ekspor mobil Indonesia, atau sekitar 1 dari 4 mobil yang diekspor, dikirim ke Filipina sebagai negara tujuan utama
"Pada konferensi pers BPS, Senin (15/7/2024), Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti mengatakan,"
BPS Mengungkap Biang Keroknya, Ekspor Indonesia Semester I 2024 Turun 2,76%
Pada Semester I-2024, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan sebesar 2,76 persen dalam total nilai ekspor dibanding periode yang sama tahun lalu.
"Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti menyatakan bahwa total ekspor pada periode Januari hingga Juni 2024 mencapai USD125,09 miliar, mengalami penurunan sebesar 2,76 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Amalia juga menambahkan bahwa penurunan tersebut disebabkan oleh turunnya ekspor non migas yang mencapai USD117,19 miliar, mengalami penurunan sebesar 2,99 persen. Sementara itu, ekspor migas mencapai USD7,9 miliar, mengalami kenaikan sebesar 0,77 persen."
Pada sektor penurunan ekspor non migas, terjadi penurunan kinerja ekspor non migas Januari-Juni 2024 yang disebabkan oleh sektor pertambangan dan lainnya dengan andil penurunan sebesar 3,21 persen. Jika melihat negara dan kawasan tujuan utama ekspor, tercatat bahwa ekspor nonmigas ke Tiongkok mengalami penurunan sebesar 9,72 persen dari USD29,93 miliar menjadi USD27,02 miliar dalam periode yang sama tahun sebelumnya.
Dalam periode Januari-Juni 2024, ekspor non migas ke kawasan ASEAN dan Uni Eropa juga mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu secara kumulatif.
Pada Januari-Juni 2024, ekspor non migas ke ASEAN mencapai USD21,01 miliar, sedangkan pada periode tahun 2023 sebesar USD22,84 miliar. Di sisi lain, ekspor ke Uni Eropa mencapai USD8,34 miliar pada Januari-Juni 2024, dibandingkan dengan periode sebelumnya sebesar USD8,76 miliar.
Namun, ekspor Indonesia ke Amerika Serikat dan India mengalami peningkatan. Ekspor non migas ke Amerika Serikat mencapai USD12,19 miliar pada periode ini, dibandingkan dengan USD11,40 miliar pada periode tahun lalu. Sementara itu, ekspor ke India mencapai USD10,69 miliar, meningkat dari USD9,40 miliar pada periode tahun sebelumnya.
Ekspor Juni 2024 menurun 6,65% dan mencapai USD 20,84 miliar menurut data BPS
Pada Juni 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa nilai ekspor mengalami penurunan. Dalam bulan tersebut, tercatat nilai ekspor sebesar USD 20,84 miliar, yang menunjukkan penurunan dari bulan sebelumnya.
Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti menyatakan bahwa nilai ekspor pada bulan Mei 2024 mencapai USD20,84 miliar, mengalami penurunan sebesar 6,65%. Dia juga mencatat bahwa penurunan tersebut disebabkan oleh nilai ekspor migas yang turun 13,24% menjadi USD1,23 miliar, serta ekspor nonmigas yang turun 6,20% menjadi USD19,61 miliar.
Pada bulan Juni, terjadi penurunan nilai ekspor yang signifikan. Penurunan terbesar terjadi pada ekspor non migas bijih logam dan abu dalam kelompok HS 26, dengan penurunan sebesar 98,32% dan andilnya terhadap ekspor non migas sebesar 4,57%. Selain itu, terdapat penurunan juga pada ekspor logam mulia dan perhiasan Permata dalam kelompok HS 71 sebesar 45,76% dengan andil sebesar 1,97%, serta nikel dan barang daripadanya dalam kategori HS 75 sebesar 25,20% dengan andilnya terhadap ekspor non migas sebesar 0,96%.
Penurunan ekspor migas terutama disebabkan oleh penurunan nilai ekspor produk minyak yang berkontribusi sebesar 0,94%.
Menurut Amalia, nilai ekspor Juni 2024 mengalami kenaikan sebesar 1,17% setiap tahun. Peningkatan ini dipicu oleh ekspor non migas yang meningkat terutama pada barang-barang dari besi dan baja, nikel, serta tembaga.