20 Tahun reformasi, PAN sebut demokrasi saat ini sudah kebablasan
Merdeka.com - Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno menilai pasca-20 tahun reformasi, demokrasi saat ini sudah kebablasan. Menurut dia, jurang ketimpangan sosial dan ekonomi menjadi penyebabnya.
"Ada hal yang belum kita capai dan malah kebablasan, misal sampai hari ini kami masih lihat jurang ketimpangan, dan masalah terbesar adalah masalah kesenjangan, apa itu ekonomi, sosial, dan lainnya seperti kesenjangan digital di tengah perkembangan teknologi," kata Eddy di Kantor DPP PAN, Jalan Senopati, Jakarta Selatan, Jumat (18/5).
Eddy menjelaskan, reformasi sebagai pembuka jalan demokrasi membuat siapa pun kini bebas bersuara. Namun celakanya, dengan pesatnya kemajuan teknologi malah berimplikasi pada merebaknya pemberitaan hoaks.
-
Apa itu perkembangan teknologi? Perkembangan teknologi adalah fenomena yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan manusia.
-
Sistem demokrasi apa yang diterapkan di Indonesia sekarang? Demokrasi pada masa reformasi di Indonesia menunjukkan beberapa karakteristik yang penting. Salah satunya adalah kebebasan pers yang semakin berkembang seiring dengan reformasi politik yang terjadi.
-
Kapan teknologi informasi berkembang pesat? Dari berbagi informasi hingga membentuk komunitas online, internet telah mengatur revolusi industri 4.0.
-
Bagaimana Kemenkominfo menghilangkan kesenjangan digital? 'Saya kira semua berkomitmen menghilangkan yang namanya digital devide sehingga tidak ada yang tertinggal, no one left behind,' tandasnya.
-
Kenapa Front Penyelamat Demokrasi dan Reformasi dibentuk? Front Penyelamat Demokrasi dan Reformasi ini dibentuk untuk menyikapi Pemilu 2024 yang diduga berjalan dengan penuh kecurangan.
-
Siapa yang terlibat di Front Penyelamat Demokrasi dan Reformasi? Deklarasi dihadiri sejumlah tokoh antara lain Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin, Marsekal TNI (Purn) Agus Supriatna, Laksamana TNI (Purn) Bernard Kent Sondakh, pengamat militer Connie Bakrie, budayawan M Sobary, Laksdya TNI (Purn) Agus Setiadji, serta tokoh muda seperti Seno Bagaskoro dan Anggi Pasaribu.
"Jadi Ada hal kebablasan misalnya, terkait keterbukaan. Hari ini sangat bebas, bahkan media sosial berkembang pesat itu sudah memberi pemberitaan di luar konteks dan di luar rambu kebenaran, sehingga melahirkan hoaks," kritik Eddy.
Karenanya, lewat refleksi 20 tahun reformasi, PAN ingin mengajak segenap masyarakat mendiskusikan bersama sejauh mana hal tersebut sudah masuk dm berkembang dalam kehidupan berbangsa.
Reporter: Muhammad RadityoSumber: Liputan6.com
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dan sekarang ujiannya adalah besok bisakah Pemilu diselenggarakan secara netralitas dengan adil
Baca SelengkapnyaBerikut ini sejarah awal Pilkada di Indonesia yang mencerminkan transformasi
Baca SelengkapnyaIndonesia telah menerapkan empat jenis demokrasi menurut sejarah.
Baca SelengkapnyaSituasi panas yang terjadi di ruang publik berpotensi disusupi agenda politik tertentu
Baca SelengkapnyaPadahal, kata Titi, demokrasi sejatinya sistem nilai yang harus ditegakkan dengan prinsip kebebasan dan kesetaraan untuk semua.
Baca SelengkapnyaDaftar platform ini paling banyak sebar hoaks terlebih jelang pemilu.
Baca SelengkapnyaHoaks masih menjadi ancaman nyata jelang pemilu. Masyarakat pun masih banyak yang "terjangkit" hoaks.
Baca SelengkapnyaHakim Konstitusi Arief Hidayat menilai, Indonesia tidak dalam kondisi yang baik-baik saja.
Baca Selengkapnya