5 Murid SD asal Palu di Makassar enggan dipisah belajar di kelas berbeda
Merdeka.com - Lima murid SD kelas VI asal Palu korban gempa yang mengungsi ke Makassar dan saat ini bersekolah di SDN Minasa Upa, Kelurahan Gunung Sari, Kecamatan Rappocini, Makassar enggan dipisahkan belajar di kelas berbeda.
Kelimanya yang masih kerabat itu awalnya ditempatkan di kelas berbeda yakni kelas VI A dan kelas VI B. Namun karena permintaan mereka akhirnya pihak sekolah menempatkannya di kelas yang sama yakni kelas VI B yang berada di lantai dua gedung sekolah dibimbing ibu guru Mintarsiah, (56) selaku wali kelas.
Kelima murid ini adalah Muhammad Dirga Farhan, (11), Zafir Rizqul Ramadhan (12), Wini Auliyah onagaya, (11), Zaskiyah Melani Putri, (11) dan Ranum Cahaya Muslimah, (12). Sebenarnya, di Palu, Sulawesi Tengah, ada yang belajar di sekolah yang sama namun ada pula di sekolah yang berbeda. Tapi satu sama lain masih saling kenal karena masih tergolong kerabat. Mereka kini berdiam di salah satu rumah kosong yang dipinjamkan warga setempat di blok AB, BTN Minasa Upa.
-
Apa yang muncul di halaman sekolah setelah gempa? Lebih dari satu sumber mata air tampak muncul dari sela-sela lantai paving.
-
Bagaimana kondisi mereka setelah gempa? Saat gempa usai, anak perempuan dan ibunya itu ditemukan warga sedang menangis histeris. Wajah dan sekujur tubuhnya dipenuhi dengan debu yang sangat tebal karena kondisi rumah mereka yang sudah hancur.
-
Dimana sekolah itu berada? Peristiwa itu terjadi di Sekolah Al-Awda di Abasan al-kabira, bagian selatan Jalur Gaza dekat Khan Younis.
-
Apa yang siswa SMP itu lakukan? 'Korban langsung melompat ke luar jendela, saat melompat korban sempat tersangkut di genteng lantai 2 Gedung SMPN 73, kkemudian jatuh ke lantai 1,' sambungnya.
-
Siapa saja yang diizinkan sekolah di SMPN 5 Bandung? Berdasarkan kisah sejarah, sekolah ini dulunya berstatus sebagai tempat belajar di jenjang dasar. Anak-anak pribumi terpilih, serta dari kalangan Belanda dan Tionghoa lah yang diperbolehkan sekolah di sini.
-
Kenapa siswa di SDN Ambon belajar di lantai? Tidak ada bangku membuat para siswa harus duduk di lantai dan menunduk saat menulis materi pelajaran.
Wali kelas, Mintarsiah mengatakan, lima anak ini tidak mau dipisahkan. Katanya harus belajar di satu kelas sehingga mereka pun didudukkan di kelas yang sama. Namun agar mereka tetap konsentrasi belajar, duduknya di bangku yang terpisah. Masing-masing disisipkan duduk di antara murid-murid lama.
"Awalnya duduk berdampingan tapi karena kerap terlihat berbisik-bisik, kemungkinan saling cerita mengenai peristiwa yang pernah mereka alami maka kami pisahkan tempat duduknya. Mereka kita sisipkan di antara murid-murid lama. Ini salah satu cara untuk memulihkan traumanya sekaligus agar mereka tetap fokus belajar," tutur Mintarsiah saat ditemui di SDN Minasa Upa, Rabu, (10/10).
Zafir Rizqul Ramadhan mengakui mereka takut berpisah. Harus selalu bersama karena mereka pun tiba di Makassar bersama-sama. Saat dicoba tanya kisahnya bagaimana mereka semuanya selamat dari bencana gempa dan menginjakkan kaki di Makassar, Zafir enggan bicara.
"Harus sama-sama, jangan pisah," tuturnya.
Jumlah murid asal Palu yang belajar di SDN Minasa Upa ada 11 orang masing-masing ada yang duduk di kelas I hingga kelas VI. Dan hari ini, Rabu, (10/10), ada lagi melapor empat orang tapi belum masuk belajar. Yang sudah masuk belajar dari pekan depan hingga hari ini, kata Mintarsiah, mereka tidak berseragam, hanya baju biasa. Juga tidak bawa buku pelajaran dan peralatan tulis.
"Yang mereka kenakan saat ini adalah bantuan dari sekolah dan para orang tua murid yang menyumbang kemudian kita belikan beberapa pasang baju seragam baru. Demikian juga dengan buku-bukunya. Yang belum ada saat ini adalah baju muslim hitam putih dan baju olah raga tapi sudah ada warga yang menyatakan akan menyiapkan kebutuhan itu," kata Mintarsiah.
Disebutkan, jumlah murid asal Palu yang belajar di SDN Minasa Upa ada 11 orang masing-masing ada yang duduk di kelas I hingga kelas VI. Dan hari ini, Rabu, (10/10), ada lagi melapor empat orang tapi belum masuk belajar. Kesemuanya ini adalah pengungsi Palu yang kini ditampung warga di kompleks BTN Minasa Upa, dekat dengan sekolah.
Hingga mereka belajar di SDN Minasa Upa, tambah wali kelas VI B ini, berasal saat pihak sekolah menyambangi pengungsi untuk memberi bantuan. Saat itulah orang tua dan kerabat dekat anak-anak pengungsi ini menyampaikan maksud untuk belajar di SDN Minasa Upa.
"Kita langsung terima saja karena memang juga telah keluar surat edaran dari Dinas Pendidikan yang meminta sekolah tidak menolak anak-anak asal Palu yang ingin belajar," pungkas Mintarsiah.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Korban mengalami perundungan sejak pertama kali masuk SMPN 4 Makassar.
Baca SelengkapnyaBangunan yang rusak adalah Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bungbulang 5. Lokasi sekolah yang rusak berada di Desa Bungbulang.
Baca SelengkapnyaSebanyak 18 siswa kelas 1 di SDN 02 Desa Tanjung, Kecamatan Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar, Riau belajar di ruangan bekas water closet (WC).
Baca SelengkapnyaBangunan Sekolah Dasar (SD) Negeri Pandansari 1, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang ambruk akibat dihantam hujan dan angin kencang.
Baca SelengkapnyaDi Garut, getaran gempa memang sangat terasa kencang dan lama.
Baca SelengkapnyaLima siswa sekolah dasar (SD) terseret ombak saat bermain bola di Pantai Bosowa Metro Tanjung Bunga Makassar pada libur Hari Kemerdekaan , Kamis (17/8) sore.
Baca SelengkapnyaTidak ada bangku membuat para siswa harus duduk di lantai dan menunduk saat menulis materi pelajaran.
Baca SelengkapnyaSiswa dipulangkan pukul 10.00 yang seharusnya pukul 12.00
Baca SelengkapnyaSejumlah bangunan tampak rusak diterjang gempa darat tersebut
Baca SelengkapnyaBeberapa sekolah kekurangan siswa. Namun kegiatan belajar mengajar tetap berjalan.
Baca SelengkapnyaPada PPDB 2022 terdapat 12 siswa baru dan 2021 ada 7 siswa baru.
Baca SelengkapnyaBudi mengatakan pihaknya telah mengumpulkan sebanyak 57 kepala sekolah untuk melakukan pertemuan.
Baca Selengkapnya