8 Kecamatan di Wonogiri dilanda kemarau, 60 ribu warga kekurangan air bersih
Merdeka.com - Delapan kecamatan di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, kekeringan akibat musim kemarau. Delapan kecamatan tersebut yakni, Pracimantoro, Paranggupito, Giritontro, Nguntoronadi, Giriwoyo, Eromoko, Manyaran, dan Selogiri.
Sedikitnya 60 ribu warga yang berdomisili di delapan kecamatan tersebut terancam tak mendapatkan pasokan air bersih. Berbagai upaya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Selain dropping air, upaya lain dengan pembangunan bak penampungan serta mengangkat air dari gua bawah tanah.
Bupati Wonogiri Joko Sutopo mengatakan, dibutuhkan anggaran besar untuk mengatasi krisis air bersih bagi warganya. Upaya dropping saat ini dianggap tak relevan lagi. Dibutuhkan solusi permanen agar kekeringan tak terjadi lagi di masa mendatang.
-
Bagaimana warga mengatasi kesulitan air di Jawa Tengah? Warga pun terpaksa mencari air di dalam hutan yang jaraknya mencapai satu kilometer dari desa mereka.'Kondisinya sudah berlangsung sebulan ini. Padahal kebutuhan air ini untuk memasak dan mandi,' kata Suratmi, salah seorang warga Desa Garangan yang terdampak kekeringan, dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Rabu (18/9).
-
Dimana warga terdampak kekeringan? BPBD Kabupaten Cilacap mencatat jumlah warga yang terdampak kekeringan di wilayah tersebut mencapai 9.153 jiwa dari 3.011 keluarga.
-
Bagaimana warga Desa Gempolrejo mengatasi krisis air bersih? Dengan begitu warga tak perlu jauh-jauh mengambil air bersih.
-
Mengapa warga Desa Gempolrejo kekurangan air bersih? Musim kemarau panjang yang tak kunjung usai membuat krisis air di beberapa daerah di Jateng bertambah parah.
-
Apa yang dilakukan warga Majalengka untuk mengatasi kekeringan? Selain Abibah, warga lain juga turut memanfaatkan air sungai di desanya itu, salah satunya dengan membuat bendungan sederhana dari bebatuan.
-
Kenapa warga kesulitan air bersih? Kekeringan tahun ini disebabkan oleh fenomena El Nino yang membuat curah hujan sangat rendah.
"Tahun ini kami mengalokasikan anggaran sebesar Rp 2 miliar untuk mengatasi kekurangan air bersih. Anggaran tersebut untuk mengangkat air dari gua bawah tanah di Kecamatan Paranggupito, bukan untuk dropping air," ujar Jekek, sapaan akrab bupati, Rabu (23/8).
Jekek mengatakan, anggaran tersebut Rp 1,8 miliar digunakan untuk mengangkat air, sisanya membangun infrastruktur seperti jalan dan bak penampungan.
"Dropping air bersih sekarang ini sudah tidak relevan lagi. Yang kita butuhkan solusi yang permanen," kata dia.
Jekek menambahkan, masalah krisis air di Wonogiri bisa dicarikan solusi. Sebab, di wilayah selatan Kota Gaplek tersebut banyak terdapat saluran air bawah tanah (luweng) yang bisa dimanfaatkan. Minimnya anggaran, lanjut Jekek, menjadi kendala utama.
"Dananya sangat besar untuk mengangkat air luweng ke atas. Kemudian baru kita salurkan ke permukiman. Kalau ditaksir ya sampai Rp 165 miliar," kata Jekek.
Menurut Bupati, saat ini terdapat 180 luweng di empat kecamatan di Wonogiri, yaitu di Giriwoyo, Giritontro, Paranggupito, dan Pracimantoro. Ia memperkirakan, rata-rata saluran air bawah tanah itu memiliki debit antara 500 hingga 800 liter perdetik.
Jekek menambahkan, pihaknya berencana mengajukan bantuan dana ke pemerintah pusat untuk rencana kelanjutan proyek pengolahan sumber air bawah, terutama Luweng Banyutowo di Paranggupito. Proyek tersebut dibangun pada 2013, namun macet karena membutuhkan dana besar.
"Tahun ini Pemkab mulai menyusun pengajuan dana ke Pemerintah Pusat. Krisis air bersih di Wonogiri harus diselesaikan secara permanen agar tidak terus terulang setiap tahun,” tegas Jekek.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, Bambang Haryanto, mengungkapkan kebutuhan air bersih 38 desa di 8 kecamatan yang terkena dampak bencana kekeringan sekitar 488 tangki air atau senilai Rp 81 juta per hari.
Pihaknya bersama PMI, swasta, TNI dan Polri, mulai awal Agustus sudah melakukan droping air bersih hingga Oktober nanti.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemerintah Kabupaten Bekasi mengajukan permohonan bantuan modifikasi cuaca kepada pemerintah pusat dan provinsi untuk mengatasi kekeringan yang semakin meluas.
Baca SelengkapnyaSudah tiga bulan puluhah desa di Ngawi dilanda kekeringan, warga harus berjalan jauh demi mendapatkan air untuk mencuci dan mandi.
Baca SelengkapnyaWarga Desa Prigi di Grobogan, Jawa Tengah, mengalami krisis air bersih akibat kemarau panjang yang membuat sumur mereka mengering.
Baca SelengkapnyaWarga terpaksa mengais kubangan air di sungai demi mencukupi kebutuhan sehari-hari
Baca SelengkapnyaWarga di berbagai daerah terpaksa mencari air di dalam hutan yang jaraknya mencapai satu kilometer dari desa mereka.
Baca SelengkapnyaKondisi musim kemarau yang panjang membuat warga dilanda krisis air bersih.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data yang dihimpun BPBD, dari 14 kapanewon terdapat 55 kelurahan yang berpotensi terdampak.
Baca SelengkapnyaWilayah Kabupaten Demak yang mengalami krisis air bersih semakin luas. Tidak kurang 62 desa telah mengalami kondisi itu.
Baca SelengkapnyaBPBD Jateng bersama BPBD kabupaten kota setempat telah mendistribusikan sebanyak 6.346.000 liter air bersih untuk 33.871 keluarga.
Baca SelengkapnyaBantuan air bersih sudah dibagikan pada beberapa desa yang terdampak kekeringan.
Baca SelengkapnyaBupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani telah memerintahkan semua dinas untuk membuat langkah antisipatif terkait dampak El Nino
Baca SelengkapnyaSudah dua bulan, ratusan kepala keluarga di wilayah Desa Sukagalih, Jonggol mengalami krisis air bersih.
Baca Selengkapnya