Beralasan terbiasa kena banjir, 600 warga Bantul enggan dievakuasi
Merdeka.com - Ratusan warga dari lima kampung di Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul masih enggan dievakuasi ke tempat yang aman meskipun rumah mereka sudah tergenang air setinggi satu meter, Rabu (29/11). Ajakan dan bujukan dari tim evakuasi untuk mengajak mengungsi tak digubris warga.
Ketua Regu SAR Semesta Utama, Heri Purwanto saat ditemui di pos penyelamatan, Kretek, Bantul mengatakan tim evakuasi sudah berulang kali mengajak warga untuk mengungsi. Warga, lanjut Heri, tetap memilih tinggal di rumahnya masing-masing.
"Berdasarkan pendataan ada kurang lebih 600 warga terdampak banjir yang belum mau dievakuasi. Warga lebih memilih bertahan di rumah daripada mengungsi," ujar Heri, Rabu (29/11) malam.
-
Bagaimana cara warga Bantul mengatasi dampak gempa? Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan bahwa masyarakat bersama pemerintah kabupaten setempat mengatasi dampak gempa bumi bermagnitudo 6,0 pada Jumat (30/6) dengan saling bergotong-royong di lokasi terdampak.
-
Bagaimana kondisi warga Ganting setelah banjir? Sejumlah warga kini terpaksa tinggal sementara di tenda darurat setelah banjir bandang menghancurkan rumah mereka.
-
Di mana banjir merendam permukiman warga di Braga? Dalam unggahan di akun lain, ditampilkan kondisi air banjir dari luapan Sungai Cikapundung juga merendam permukiman warga di wilayah Braga.
-
Dimana warga terdampak kekeringan? BPBD Kabupaten Cilacap mencatat jumlah warga yang terdampak kekeringan di wilayah tersebut mencapai 9.153 jiwa dari 3.011 keluarga.
-
Apa yang membuat warga Klaten antre air bersih? Warga rela antre untuk mendapatkan air demi memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka Antrean warga terlihat di Kantor Desa Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten. Dengan membawa sejumlah jeriken, warga mendatangi sumur bor sedalam 240 meter milik pemerintah desa setempat. Warga harus antre berjam-jam dan bergantian dengan warga lain untuk dapat memenuhi kebutuhan air bersih.
-
Kenapa warga Klaten kekurangan air bersih? Sarmini, salah seorang warga menjelaskan bahwa dampak kekeringan sudah terjadi dua bulan lamanya. Demi memperoleh air bersih, warga harus antre dengan warga lain. Mereka juga harus rela menempuh jarak 1,5 km dari rumah. Air bersih digunakan untuk kebutuhan memasak, mandi, dan mencuci. Setiap harinya ia membutuhkan sekitar 4-6 jeriken air. “Dari air hujan. Pakai tandon. Kalau saat ini kering tandon saya. Untuk air saya ambil di sini. Antre paling kadang setengah sampai satu jam,“ kata Sarmini dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Senin (7/8).
Heri menuturkan warga enggan dievakuasi karena beralasan sudah terbiasa terkena banjir. Padahal, lanjut Heri, banjir susulan masih bisa terjadi karena hujan masih terus turun di wilayah DIY.
"Sejak tadi pagi tim sudah bolak-balik ke warga yang belum mau dievakuasi. Tim mengantarkan logistik berupa makanan dengan menggunakan perahu karet," urai Heri.
Heri menambahkan untuk tetap bertahan di rumah, warga menggunakan meja maupun tempat tinggi lainnya untuk menghindari genangan air. Bahkan hewan ternak pun diangkut ke tempat yang tinggi.
"Ya kami berharap warga mau dievakuasi agar lebih aman kondisinya. Mudah-mudahan saja banjir bisa segera surut dan tidak ada banjir susulan," tutup Heri.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kampung Bulak Barat sempat direndam banjir hingga menutupi rumah-rumah warga
Baca SelengkapnyaSebanyak 26 warga Kabupaten Luwu terpaksa jalan kaki 6 jam menuju ke pengungsian setelah desanya terisolasi akibat banjir dan longsor.
Baca SelengkapnyaWarga lebih memilih tinggal di tenda yang dibangun secara swadaya.
Baca SelengkapnyaLebih dari 320 KK menjadi korban banjir setelah sebuah tanggul di kawasan Perumahan Taman Mangu, Tangerang Selatan tak kuat menahan debit air hujan.
Baca SelengkapnyaBanjir ini terjadi akibat luapan Kali Ciliwung seiring tingginya intensitas hujan di wilayah Depok dan Bogor, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaBanjir berasal dari luapan air Kali Pesanggarahan. Ini disebabkan tumpukan sampah di TPA Cipayung yang longsor ke kali.
Baca SelengkapnyaTingginya air berdampak pula pada ruas jalan sehingga akses lalulintas terganggu.
Baca SelengkapnyaMereka membangun tenda darurat tersebut karena wilayah pemukiman mereka kerap dilanda banjir hingga ketinggian 1,5 meter.
Baca SelengkapnyaBanjir di Kudus karena hujan lebat yang mengguyur sejak Sabtu (10/3) lalu.
Baca SelengkapnyaBanjir masih menggenangi enam kecamatan, yakni Genuk, Pedurungan, Gayamsari, Tugu, Semarang Timur dan Semarang Utara.
Baca SelengkapnyaDulu Dusun Simonet merupakan kampung yang ramai. Tapi kini tak ada satupun warga yanga bermukim di sana.
Baca SelengkapnyaSebanyak 500 keluarga menjadi korban banjir di Bekasi
Baca Selengkapnya