Blak-blakan Komika Singgih Sahara Jawab Isu Viral Pakai Uang Donasi Ibu dan Anak Sakit buat Judi
Dia menepis uang donasi digunakan untuk judi online sebagaimana ditudingkan netizen di media sosial. Dia juga membantah memiliki akun judi online.
Dia menyebut donasi itu untuk membiayai ibu dan anaknya yang sakit.
Blak-blakan Komika Singgih Sahara Jawab Isu Viral Pakai Uang Donasi Ibu dan Anak Sakit buat Judi
Viral komika asal Semarang, Singgih Sahara, sempat membuka donasi dengan nilai Rp200 juta lewat laman X untuk membiayai pengobatan ibu dan anaknya yang sedang sakit.
Dia menepis uang donasi digunakan untuk judi online sebagaimana ditudingkan netizen di media sosial. Dia juga membantah memiliki akun judi online.
"Dua akun saya di facebook Singgih Sahara. Kalau yang di screenshoot (tangkap layar) itu kan Sahara Singgih bukan akun saya," kata Singgih saat ditemui, Kamis (21/3).
Diklaimnya, uang yang terkumpul Rp200 juta membiayai pengobatan ibu dan anaknya. Meski pengobatan pakai BPJS, menurutnya uang itu buat beli obat dan lain-lain.
"Ibu saya mengalami gagal ginjal dan hypertensi. Kalau anak saya didiagnosa speech delay (terlambat berbicara) dan mengarah autis," ungkapnya.
Semenjak itulah kondisinya serba sulit. Apalagi dia hanya pekerja serabutan di mana penghasilannya tidak bisa diandalkan setiap bulan. Sementara job stan up comedy hanya sesekali.
"Bingung, ibu seminggu harus cuci darah dua kali. Belum anak saya kedua sudah empat tahun kalau dipanggil tidak merespons. Diagnosa dokter ada tiga, saya tidak paham yang tahunya terlambat bicara," ujarnya.
Kini penghasilannya didapat dari jasa perbaikan arena permainan anak-anak dan stand up jika ada.
"Padahal saya saja dapat job stand up minim dua kali dalam satu bulan. Itu pun sekali tampil dapat honor Rp1,5 juta. Lha bagaimana nasib kami, tidak tahu kalau masalahnya sampai gini," jelasnya.
Buka Donasi Sejak 2021
Singgih menceritakan awal mula dia membuka donasi di tahun 2021. Saat awal membuka donasi selama 60 hari, dirinya mendapat dana sebesar Rp2 juta.
"Kemudian dapat lagi Rp2 juta lagi. Yang donasi banyak tapi nominalnya ratusan ribu," ujarnya.
Tak hanya melalui Kita Bisa, Singgih juga meminta tolong ke teman-temanya Komika untuk membantu keuangannya. Selain itu dirinya membuka open donasi melalui twitter.
"Saya buka di twitter kalau benar-benar butuh dan kepepet. Ramenya awal Maret kemarin donasi yang masuk banyak banget. Saya juga menyetop donasi itu karena dapatnya terlalu banyak," jelasnya.
Ketika ia meminta untuk distop donasinya, disaat bersamaan para donatur tulis komentar tidak masalah buat makan saja. Kemudian muncullah unggahan yang seolah mengaitkan dirinya dengan judi online dan dicari-cari banyak orang yang mencarinya. Buntut unggah itu, dia banyak menerima teror chat dari orang tak dikenal.
"Bahkan chat saya sampai 99 plus lebih. Cari saya kata-katanya tidak enak. Sini sharelock tak pateni (saya bunuh)," ujarnya.
Singgih mengakui selama ini memang terjerat pinjaman online (pinjol) baik yang resmi maupun ilegal. Uang pinjol itu digunakannya untuk memenuhi kebutuhan karena tidak tawaran manggung selama masa pandemi.
"Bahkan debt collector itu datang ke rumah ibu saya. Waktu itu saya tinggal di Genuk. Saya kasih alamat di Genuk," katanya
Ia mengaku syok atas kejadian tersebut. Hal itu berdampak luas hingga ke pekerjaannya karena kesulitan mendapat tawaran pentas. Bahkan banyak netizen yang menyebarkan fotonya ke media sosial.
"Bahkan ada yang crop foto saya saat di bar Semarang. Itu saya lagi pentas pada kampanye caleg. Setelah pentas saya turun diajak foto sama MC dan latar belakangnya ada minuman keras. Saya unggah foto itu tapi di crop dan ditulis dugem," jelasnya.
Bahkan baru-baru saja dia diminta mendatangi kantor kelurahan Karanganyar Gunung oleh pemilik akun twitter yang memviralkannya.
Saat mendatangi kantor kelurahan dirinya melihat sudah ada banyak orang menunggu di ruangan lurah.
Di sana mereka diminta untuk menulis pernyataan di atas materai oleh kelima orang itu dan disaksikan oleh lurah.
"Pada pernyataan itu dirinya diminta menuliskan siap mengikuti proses hukum dan menyerahkan rekening koran dan tanda tangan. Entah itu intimidasi atau tidak saya tidak tahu. Hari Rabu ada lima orang nunggu di ruangan bu lurah. Mikir saya diminta klarifikasi," tandasnya.