BSPL Uji Tumpahan Minyak di Pantai Bali ke Laboratorium Kementerian ESDM
Merdeka.com - Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar Permana Yudiarso menyampaikan pihaknya belum mengetahui jenis minyak yang tumpah di sepanjang Pantai Saba menuju Pantai Purnama, Gianyar, Bali. BPSPL akan mengirimkan sampel minyak ke Kementerian ESDM untuk diidentifikasi.
"Masih mengurus uji minyak migas ke Kementrian ESDM untuk mengecek ke laboratorium," kata Yudi, saat dihubungi Jumat (28/5).
Ia mengatakan, minyak berwarna hitam bisa saja oli, minyak mentah atau air balas kapal. Namun, kepastian akan diketahui setelah dilakukan pengecekan di laboratorium.
-
Mengapa Ikan Belida terancam punah? Ikan pipih dan unik ini sekarang sudah berkurang populasinya. Bahkan, sudah termasuk jenis hewan yang terancam punah. Hal ini dikarenakan selalu dimanfaatkan secara berlebihan tanpa ada kontrol yang pasti. Otomatis, jumlah ikan ini turun drastis.
-
Kenapa ikan duyung terancam punah? Ancaman utama terhadap ikan duyung termasuk perusakan habitat, penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan, dan polusi laut, yang mengurangi populasi dan mempengaruhi kelangsungan hidup mereka di alam liar.
-
Mengapa berang-berang laut terancam punah? Sayangnya, berang-berang laut pernah diburu sampai hampir punah dan populasinya belum sepenuhnya pulih. Saat ini, mereka diklasifikasikan sebagai spesies yang terancam punah.
-
Kenapa Jalak Bali terancam punah? Jalak Bali dikategorikan sebagai spesies kritis terancam punah (Critically Endangered) menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature). Populasinya sangat terbatas, dan upaya konservasi yang serius diperlukan untuk mencegah kepunahan mereka.
-
Apa dampak sampah plastik bagi kehidupan laut? Kehidupan di dalam laut pun juga terancam. Sampah plastik yang terbuang ke laut dapat menyebabkan kematian hewan laut karena banyak hal, misalnya terjerat atau menelan plastik. Selain itu, mikroplastik yang terbentuk dari sampah plastik dapat masuk ke dalam rantai makanan manusia.
-
Apa penyebab matinya ratusan ribu ikan? Menurut laporan penduduk setempat dan media-media lokal, gelombang panas brutal dan pengelolaan waduk adalah penyebabnya matinya ratusan ribu ikan tersebut.
"Untuk hasilnya, saya upayakan secepatnya tapi untuk laboratorium yang menguji itu bukan di kami. Tapi di Kemantrian ESDM. Kita upayakan di laboratorium itu dan mengeluarkan hasil secepatnya," imbuhnya.
Dia menambahkan tumpahan minyak itu dugaan kuatnya dari kapal. Karena, limbah darat atau di dari sungai sangat kecil kemungkinannya.
"Kalau, misalkan limbah dari darat atau sungai sangat kecil kemungkinannya," jelasnya.
Pihaknya juga belum menemukan indikasi kerusakan lingkungan usai temuan minyak tersebut. Hanya pasir di pantai tersebut terlihat hitam tapi kini telah bersih terbawa arus laut.
"Iya, pasir saja yang kena belum ada indikasi, burung, penyu atau ikan mati, belum ada. Baru di pasir dan pasirnya menjadi hitam warnanya. Itu yang ambil simplenya," ungkapnya.
Sementara belum ada laporan biota laut yang mati terkena tumpahanya minyak itu. "Kalau di lautnya saya belum tau, apakah ada ikan mati atau segala macamnya tapi kalau di pantainya tidak ada (hewan) mati," ujarnya.
Bila ada kapal laut yang membuang minyak tentu ada pelanggaran dan itu tercantum serta diatur di Undang-undang pelayaran. "Tapi, yang jelas ketentuan undang-undang pelayaran iya ada sanksinya," ujarnya.
Namun, Yudi menyebut ada potensi biota laut sekitar pantai tersebut mati akibat minyak tersebut. Dia khawatir biota laut memakan minyak berbahaya tersebut lalu mati.
"Berbahaya apa tidaknya ini, pernah ada kejadian tapi tidak di situ. Jadi kalau kita biarkan ini ada biota laut yang rentan. Yang, kami khawatirkan mungkin di makan ikan atau kena penyu dan itu yg bisa mengakibatkan kematian. Tapi sampai beberapa hari setelah itu, kami belum dapat laporan ada kematian ikan masal gara-gara itu," ujar Yudi.
Penemuan cairan hitam yang merupakan tumpahan minyak di sepanjang Pantai Saba menuju Pantai Purnama, Gianyar, Bali, bermula dari laporan I Ketut Sumastika warga setempat kepada Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, pada Jumat (7/8) pagi lalu.
Kemudian, tim BPSPL Denpasar, menerjunkan tim menuju Saba Asri Sea Turtle Conservation untuk berkoordinasi mengumpulkan informasi tersebut.
Kemudian, banyak ditemukan gumpalan hitam di atas pasir pantai yang terlihat seperti batu dan berbentuk seperti cairan aspal di sepanjang Pantai Saba hingga menuju perbatasan dengan Pantai Purnama.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ukuran hiu paus itu panjang total 8,27 meter dan lebar 4,1 meter.
Baca SelengkapnyaAir berubah warna dan bau menyengat. Kondisi ini membuat banyak ikan mati dan warga mengalami penyakit gatal.
Baca SelengkapnyaWali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan kabupaten lain untuk mengatasi pencemaran di Sungai Bengawan Solo.
Baca SelengkapnyaAdanya arus balik bisa membahayakan wisatawan yang bermain di pinggir pantai.
Baca SelengkapnyaDampak pembuangan limbah nuklir ke laut dapat ancam keselamatan hewan dan manusia.
Baca SelengkapnyaBangkai ikan besar ini masih berada di tepi pantai dan menanti tindakan lebih lanjut dari instansi yang berwenang.
Baca SelengkapnyaMayjen Kunto mengingatkan, jika laut dibiarkan tercemar dan ekosistemnya rusak, maka potensi yang terkandung di dalamnya terganggu.
Baca SelengkapnyaNelayan penangkap ikan, Sutrisno, menceritakan kronologi saat proses penangkapan ikan tersebut.
Baca SelengkapnyaKPK akan meminta penjelasan dari Pemerintah Kabupaten Lombok Utara dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Amerta Dayang Gunung terkait proyek tersebut.
Baca SelengkapnyaPung menyebut kerugian akibat pencurian ikan atau illegal fishing mencapai Rp3,2 triliun.
Baca SelengkapnyaMenteri Trenggono menjalin kerja sama dengan Vietnam untuk mengatasi penyelundupan benih bening lobster.
Baca SelengkapnyaApapun latarbelakangnya, pembunuham hewan dilindungi melanggar undang-undang.
Baca Selengkapnya