Bukan disebabkan vaksin, siswa MI di Palembang tewas karena radang otak
Merdeka.com - Teka-teki penyebab kematian Jumiarni (8) yang meninggal dunia usai vaksinasi akhirnya terjawab. Hasil penyelidikan, siswi kelas dua Madrasah Ibtidaiyah Al Hikmah Palembang itu meninggal akibat radang otak.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Palembang, dr Letizia, mengungkapkan diagnosis tersebut berdasarkan hasil penelitian dari Komisi Daerah Penanggulangan dan Pengkajian Kejadian Pasca Imunisasi (KIPI) bekerjasama dengan Balai POM Palembang. Tim dokter menemukan fakta bahwa korban menderita accute disseminated encephalomyelitis atau radang otak bersamaan dengan imunisasi.
"Tidak ada hubungan sebab akibat antara vaksin dan pasca imunisasi. Artinya, terjadi koinsiden atau kebetulan kejadian bersama-sama dengan pemberian imunisasi terhadap korban," ungkap Letizia, Selasa (16/1).
-
Apa dampaknya jika anak tidak divaksinasi? Tidak memberi vaksin pada anak bisa menyebabkan sejumlah dampak kesehatan yang tidak diinginkan.
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
-
Bagaimana vaksin melindungi anak? Pemberian vaksinasi ini merupakan langkah penting untuk mencegah munculnya sejumlah masalah kesehatan.
-
Siapa yang menyatakan bahwa mpox bukan efek samping vaksin? Juru bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, menjelaskan bahwa mpox dan Covid-19 merupakan dua penyakit yang berbeda.
-
Siapa saja yang berisiko karena anak tidak divaksinasi? Anak yang tidak divaksinasi juga membawa risiko bagi anggota keluarga lainnya.
-
Kenapa mpox bukan efek samping vaksin COVID-19? Jadi, penyakit Mpox ini tidak dapat dikatakan karena efek samping dari vaksin COVID-19. Itu tidak ada hubungannya,' tegas Syahril.
Menurut dia, diagnosis tersebut sangat dapat dipercaya karena uji sampel vaksin memenuhi persyaratan. Saat divaksin, kesehatan korban juga terbilang stabil.
"Kita cocokkan dengan diagnosa saat pasien dirawat di rumah sakit, semisal sampel feses. Hasilnya karena peradangan pada otak," ujarnya.
Atas hasil ini, kata dia, masyarakat Palembang tidak perlu khawatir lagi untuk memvaksinasi anaknya. Sebab, petugas di lapangan berpengalaman dan vaksinnya standar pemerintah.
"Ini jawaban dari keraguan masyarakat, kami minta dimaklumi dan dipahami. Setiap vaksin atau imunisasi baik bagi kekebalan tubuh," tegasnya.
Diketahui, Jumiarni (8) mengembuskan napas terakhir pada Selasa (14/11) pagi setelah menjalani perawatan di rumah sakit. Keluarga menduga penyebab kematiannya karena vaksinasi massal di sekolahnya di Kelurahan 7 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Palembang, Jumat (10/11).
Beberapa saat usai disuntik, tubuh korban lemas namun dia tetap memaksakan diri bermain bersama teman-temannya. Pulang dari bermain, kondisinya semakin memburuk. Tubuhnya panas. Lengan kiri bekas disuntik vaksin, membengkak dan kedua kakinya lumpuh.
Orang tua korban meminta pertolongan ke pihak sekolah karena anaknya baik-baik saja sebelum divaksin. Korban dibawa ke Puskesmas terdekat dan akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang karena kondisinya semakin memburuk.
Saat menjalani perawatan di rumah sakit, kondisi korban sempat membaik. Namun, kesehatannya menurun hingga meninggal dunia di hari keempat perawatan. Jenazahnya dibawa ke rumah duka di Jalan Panca Usaha, Lorong Parlova, Kelurahan 5 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Palembang.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaPetugas kesehatan langsung datang ke rumah Bayi MKA, dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit.
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaViral Bayi Meninggal Pascaimunisasi di Sukabumi, Ini Kronologinya Menurut Kemenkes
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaKeluarga memilih agar korban menjalani rawat jalan sebelum meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaEpidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan kasus TTS dipicu vaksin AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaHebohnya kasus TTS berawal dari gugatan yang dilayangkan Jamie Scott ke Pengadilan Tinggi Inggris.
Baca SelengkapnyaKorban sempat dilarikan ke RSUD Puri Husada Tembilahan namun nyawanya tidak terselamatkan.
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaCovid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca Selengkapnya