Bukti Toleransi, Pujian Jumat Agung dan Azan Jumat Bersahutan di Kupang
Merdeka.com - Bukan hanya slogan semata yang dikampanyekan, toleransi antarumat beragama benar-benar nyata dilakukan di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal itu terlihat di Kelurahan Kelapa Lima, Kecamatan Kelapa Lima.
Pemandangan menarik terjadi di Masjid Al Mutaqin dan Gereja Huria Batak Kristen Protestan (HKBP). Jumat (7/4) hari ini, umat Kristiani menjalani perayaan Jumat Agung untuk mengenang wafatnya Yesus Kristus di atas salib. Sedangkan umat Islam melaksanakan salat Jumat.
Karena kedua rumah ibadah ini hanya dibatasi oleh tembok, Imam Masjid dan Pendeta pun saling pengertian untuk mengecilkan suara toa. Suara pujian dan azan pun saling bersahutan walaupun volumenya dikecilkan.
-
Bagaimana kehidupan antar agama di kampung toleransi? Hal ini membuat seluruh umat beragama dari kalangan Buddha, Kristen sampai Muslim hidup rukun berdampingan.
-
Mengapa klenteng ini menjadi simbol toleransi di Tangerang? Berdiri persis di dekat Masjid Kalipasir dan Gereja Santa Maria, Klenteng Boen Tek Bio menjadi salah satu simbol toleransi di Kota Tangerang.
-
Kapan kata-kata toleransi antarumat beragama dibagikan? Melansir dari berbagai sumber, Kamis (5/9), simak ulasan informasinya berikut ini.
-
Kenapa kata-kata toleransi antarumat beragama penting? Hal ini lantaran kata-kata toleransi antarumat beragama bisa menjadi inspirasi bagi Anda untuk bisa lebih menghargai dan memahami perbedaan.
-
Bagaimana toleransi dibangun di kampung Kristen? Warganya Ramah Sesama warga dengan berbeda latar belakang saling berinteraksi satu sama lain, dan membangun kebersamaan sosial.
-
Kenapa kerukunan antaragama penting untuk Kutai Timur? Bupati Kutai Timur Ardiansyah Sulaiman menyuarakan harapannya untuk memperkuat kerukunan antar beragama di wilayah yang dipimpinnya. Sebab hal tersebut menjadi salah satu pilar utama dalam membangun Kutim yang lebih baik.
Ketua Yayasan Al Mutaqin Kota Kupang H Muhammad Marhaban mengatakan, hari ini umat Kristiani melaksanakan perayaan Jumat Agung dan umat Islam melaksanakan Salat Jumat. Namun semuanya tetap berjalan bersamaan, karena telah dilakukan koordinasi sebelumnya oleh pengurus Masjid Al Mutaqin dan Gereja Huria Batak Kristen Protestan (HKBP).
"Kalau soal suara memang awal-awal berdirinya Masjid Al Mutaqin dan Gereja HKBP ini sedikit terganggu saat beribadah di hari yang sama. Tapi setelah kami saling koordinasi dan komunikasi, kita saling memahami," jelasnya.
"Misalnya, gereja masuk jam 10 pagi, kami salat jam 12. Saat adzan kami kecilkan suara toa dan sebaliknya, saat pujian umat gereja mengecilkan suara sound system. Jadi kami tidak saling terganggu, inilah toleransi yang kami punya," tambah Muhammad Marhaban.
Menurutnya, kerukunan antarumat beragama di Gereja HKBP dan Masjid Al Mutaqin sangat solid. Bahkan dia menyebut, Gereja dan Masjid ini merupakan ikon kerukunan umat beragama di NTT, khususnya Kota Kupang.
"Dibangunnya dua rumah ibadah yang berdampingan ini mau menunjukkan bahwa kerukunan antarumat beragama di sini sangat terjaga dan solid. Daerah lain harus belajar dari sini," ungkap Muhammad Marhaban.
Secara terpisah, Pimpinan Jemaat Gereja HKBP Distrik XVII-Indonesia Bagian Timur Ressort Kupang, Pendeta Bernard Panggabean mengatakan bahwa jika sama-sama fokus pada ibadah masing-masing maka apa pun itu tidak akan menjadi pengganggu.
"Karena itu mari kita fokus pada ibadah kita. Momen ini pasti sekali setahun pasti ketemu, tapi tidak ada masalah karena masing-masing saling menghormati ibadahnya," ujarnya.
Menurut Bernard Panggabean, suara Azan Jumat tidak mengganggu berjalannya ibadah Jumat Agung, karena sudah saling koordinasi dan memahami.
"Kita usahakan saat salat itu kita sudah selesai. Toleransi itu sebenarnya aku boleh melakukan sesuai dengan iman kepercayaannku dan saudara-saudaraku juga boleh melakukannya, sesuai dengan iman kepercayaannya. Itulah toleransi," tutupnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut Ganjar, angka toleransi di setiap provinsi di Indonesia semakin naik setiap harinya.
Baca SelengkapnyaKedamaian pun nampak tercipta di kampung tersebut. Lantas seperti apa penampakan kampung Kristen ini?
Baca SelengkapnyaKenduri ini merupakan bagian dari Prosesi Agung Paroki HKTY yang tahun ini genap berusia ke 100 tahun.
Baca SelengkapnyaWalaupun terbuka bagi siapapun, warga Thekelan tetap menjaga teguh adat istiadat dan tradisi mereka.
Baca SelengkapnyaKota Kediri punya tiga kampung moderasi beragama, di sana warga beda agama hidup harmonis dan toleran.
Baca SelengkapnyaHUT ke 236 Kota Denpasar mengangkat tema "Ajibinaya”.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, ketupat pernah digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaKampung ini berhasil menjaga toleransi meski terdiri dari beragam penganut agama, etnis, adat dan budaya.
Baca SelengkapnyaKepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Banyuwangi, 23-24 Agustus 2023.
Baca SelengkapnyaKong Fuk Miau, kelenteng yang berdampingan dengan Masjid Jami yang menjadi simbol nyata toleransi sesama umat beragama.
Baca SelengkapnyaSetiap warga dapat hidup berdampingan dengan rasa saling hormat dan toleransi.
Baca SelengkapnyaSaking harmonisnya hubungan antarwarga beda agama, kampung ini dijuluki Desa Pancasila.
Baca Selengkapnya