Cegah Stunting dengan Setop Nikah Dini
Merdeka.com - Menikah di usia muda atau dini berisiko tinggi melahirkan anak stunting. Anak yang terlahir stunting akan memiliki tubuh pendek, daya intelektual dan nalar yang rendah sehingga sulit bersaing di masa depan.
Demikian disampaikan Ketua Tim Informasi dan Komunikasi Kesehatan Direktorat Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Marroli J. Indarto dalam diseminasi informasi dan edukasi percepatan penurunan stunting bertajuk Genbest Talk 'Stop Nikah Dini, Bikin Hidup Lebih Hepi' di Kabupaten Bogor, Kamis (22/6). Acara ini dihadiri oleh 150 generasi muda di Kabupaten Tangerang dan sekitarnya.
Menurut Marroli generasi muda saat ini harus paham stunting, karena mereka yang akan melahirkan generasi sehat dan bebas stunting di masa depan. Terkait hal ini, pernikahan dini adalah salah satu permasalahan yang harus dihindari karena mengancam kesehatan fisik dan mental, khususnya bagi perempuan.
-
Mengapa Kemenkominfo berfokus pada pernikahan dini dalam pencegahan stunting? Salah satu faktor penyebab stunting adalah menikah di usia muda atau menikah dini. Hal ini karena ibu yang hamil di usia terlalu muda belum siap secara fisik dan mental sehingga bayi berisiko besar lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan terkena stunting.
-
Siapa yang berisiko stunting? Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, infeksi, serta faktor lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan optimal.
-
Siapa yang berisiko terkena stunting? Stunting merupakan manifestasi jangka panjang dari berbagai faktor, seperti kurangnya asupan gizi yang memadai, pola asuh yang kurang tepat, sanitasi yang buruk, serta kondisi sosial ekonomi yang rendah.
-
Apa penyebab stunting pada anak dari keluarga menengah ke atas? Namun, pada keluarga menengah ke atas, penyebab stunting sering kali berbeda. Menurut Survei Status Gizi Nasional 2021 yang melibatkan 23.957 anak, salah satu penyebab utama stunting di kelompok ini adalah kurangnya waktu untuk menyusui, yang berdampak langsung pada pemenuhan gizi anak.
-
Apa dampak buruk dari stunting? Kondisi ini tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik, tetapi juga berpengaruh pada perkembangan kognitif anak, prestasi pendidikan, serta produktivitas ekonomi di masa depan.
Dokter Gia Pratama yang hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut mengatakan rahim perempuan memiliki fase terbaik untuk mengandung. "Khususnya bagi perempuan terdapat fase terbaik saat rahim menerima sel telur dan sperma untuk menjadi zigot, jika kehamilan terjadi di luar rentan waktu tersebut maka akan timbul berbagai resiko kesehatan yang mengancam ibu maupun janinnya," jelasnya.
Kehamilan di usia muda, menurut Gia, dapat mengancam kesehatan dan keselamatan janin, berisiko tinggi terjadi persalinan prematur, hipertensi kehamilan, ataupun kejang.
Terkait dengan kesiapan pernikahan, terdapat 2 (dua) aspek kematangan yang harus dipenuhi baik bagi laki-laki maupun perempuan. Pertama, sistem reproduksi yaitu pada perempuan vagina, rahim, serta indung telur. Sedangkan laki-laki adalah testis, penis, serta kelenjar prostat. Kedua, adalah sistem syaraf pusat khususnya otak. Menurut Gia, pre-frontal cortex pada otak memiliki kematangan lebih lama.
"Kalau masih di bawah 25 tahun khususnya bagi laki-laki pertumbuhan pre-frontal cortex lebih lambat dibandingkan perempuan," papar dr. Gia.
American Psychological Association (APA), pre-frontal cortex adalah bagian terdepan dari cerebral cortex di otak manusia. Pre-frontal cortex bertanggung jawab dalam hal-hal yang berkaitan dengan perilaku manusia seperti perhatian (attention), perencanaan (planning), memori kerja (working memory), pengekspresian emosi, serta perilaku sosial yang sesuai norma di masyarakat.
Senada dengan Gia, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor Intan Widayati yang hadir dalam acara tersebut menjelaskan berdasarkan undang-undang no 16 tahun 2019, usia minimal bagi laki-laki dan perempuan menikah adalah 19 tahun. Namun untuk usia pernikahan, jika dilihat dari kesiapan fisik dan mental, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyarankan, minimal untuk perempuan 21 tahun dan 25 tahun bagi laki-laki.
Data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menunjukkan angka stunting secara nasional sudah mengalami penurunan dari 24,4 persen di tahun 2021 menjadi 21,6 persen di tahun 2022. Namun begitu, angka ini masih di atas standar yang ditoleransi Badan Kesehatan Dunia WHO, yaitu di bawah 20 persen dan target pemerintah di angka 14 persen.
"Isu stunting menjadi penting bagi Kemenkominfo, dan tentu ini menjadi arahan Presiden Joko Widodo bahwa tahun 2024 nanti kita harus menurunkan stunting hingga 14 persen dimana saat ini rata-rata nasional di angka sekitar 21,6 persen" ujar Marroli.
Kemenkominfo fokus mensosialisasikan isu cegah stunting pada generasi muda karena semakin dini generasi muda atau remaja mengetahui pentingnya menjaga kesehatan, maka semakin besar kemungkinannya di masa depan mereka akan menjadi orang tua yang melahirkan anak bebas stunting.
Kemenkominfo sejak 2019 telah menggandeng generasi muda untuk turut serta mendukung upaya penurunan prevalensi stunting melalui Kampanye Genbest (Generasi Bersih dan Sehat) yang merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting.
Genbest Talk yang diadakan di Kabupaten Bogor merupakan bagian dari kampanye Genbest. Genbest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari. Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, Genbest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta videografik. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Salah satu faktor penyebab stunting adalah menikah di usia muda atau menikah dini
Baca SelengkapnyaIbu yang hamil di usia terlalu muda belum siap secara fisik dan mental sehingga bayi berisiko stunting.
Baca SelengkapnyaKetika dewasa anak stunting akan mengalami central obes
Baca SelengkapnyaSejak 2019 Kemenkominfo telah menggandeng generasi muda untuk turut serta mendukung upaya penurunan prevalensi stunting
Baca SelengkapnyaTerdapat berbagai risiko jika melakukan pernikahan dini.
Baca SelengkapnyaBKKBN gencar melakukan upaya pencegahan anak stunting
Baca Selengkapnya"Jangan menikah dini! siapkan mental dan fisiknya,” kata Ganjar
Baca SelengkapnyaDitegaskan Menkes Budi, penyediaan alat kontrasepsi ini bukan untuk pelajar, namun untuk orang menikah di usia sekolah
Baca SelengkapnyaPernikahan usia belia bisa menimbulkan berbagai dampak kesehatan yang perlu dikenali dan dihindari.
Baca SelengkapnyaSebagian besar penyebab pernikahan dini adalah kasus hamil di luar nikah
Baca SelengkapnyaPara orang tua sangat penting untuk mengetahui ciri-ciri stunting pada anak dan cara mencegahnya sebelum terlambat.
Baca SelengkapnyaRemaja memiliki peranan penting dalam menurunkan angka stunting.
Baca Selengkapnya