Cerita Kapolri tolak suap dari korban pencurian saat masih bujang
Merdeka.com - Ada cerita menarik yang disampaikan oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian saat meresmikan aplikasi pelaporan tindak kejahatan SMILE Police Polda Jateng di Mapolda Jawa Tengah. Tito menceritakan pengalamannya saat statusnya masih bujang, bertugas di Samapta salah satu Polres di Jakarta.
Cerita tentang Tito saat berpangkat Letda ini disampaikannya untuk mengingatkan supaya jajaran anggota kepolisian yang dipimpinnya untuk lebih cepat mengutamakan 'quick respon' terhadap laporan, keluhan serta pelayanan terhadap masyarakat.
Saat bertugas, Tito sedang berdinas malam di Pos Samapta, yang sekarang disebut sebagai Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT), mendapat laporan seseorang korban tindak kejahatan yang dengan tergopoh-gopoh mendatangi kantor polisi melaporkan menjadi korban pencurian mobil.
-
Bagaimana Kapolda Jateng menanggapi kasus Sukolilo? 'Salah satu penegak hukum adalah Polisi, Polri adalah representasi negara di masyarakat, Kita ndak boleh main hakim sendiri. Kita (masyarakat) tidak boleh bertindak seperti Polisi. Kalau ada permasalahan lapor polisi,' tegasnya.
-
Siapa perampok dalam peristiwa ini? Empat orang disandera oleh perampok selama enam hari.
-
Bagaimana polisi membantu pria tersebut? Setelah makan, Polisi tersebut memberikan sejumlah uang dan sembako kepada pemuda itu untuk ongkos naik kendaraan umum dan bekal selama di rumah.
-
Bagaimana pria itu tertangkap? Penangkapan terjadi pada 8 Oktober saat subuh di Sindos, sebuah kota kecil yang berjarak sekitar 15 kilometer dari Thessaloniki. Polisi menerima laporan setelah seorang tetangga mendapati terdakwa sedang mengendus sepatu keluarganya yang dijemur di halaman.
-
Siapa yang dilaporkan ke polisi? Polda Metro Jaya diketahui mengusut dugaan kasus menyebarkan hoaks Aiman lantaran menuding aparat tidak netral pada Pemilu 2024.
-
Bagaimana penangkapan para pelaku TPPO? Pengungkapan kasus tersebut bermula dari laporan dari masyarakat sekitar mengenai adanya aktivitas mencurigakan oleh ketiga pelaku.
"Pada waktu jadi Letda tugas di Jakarta, tengah malam saya Samapta masih muda, masih bujangan, tengah malam ada orang datang. Pak saya mau lapor, mobil saya dicuri. Saya Letda belum tahu apa-apa termasuk apa yang harus saya lakukan," ungkap Tito memulai ceritanya saat berpidato.
Tito pun membangunkan seniornya, yang saat itu sedang tidur terlelap di bagian ruang belakang pos Samapta. Kala itu, belum ada komputer dan internet yang canggih seperti saat ini. Sehingga, mau tidak mau Tito harus mencatat laporan korban pencurian mobil dengan mesin ketik tua. Termasuk disinggungnya ketidakikhlasan seniornya saat menerima laporan korban pencurian mobil tengah malam itu.
"Saya bangunkan senior, pak itu ada pencurian. Bangun, senior saya pakai baju, ambil kertas karbon, ketik, minta KTP. Diambil, dia masukin data KTP. Ada jam kejadian di situ. Ketik-ketak sambil ngedumel, ini ngerepotin aja malam-malam ada mobil dicuri," bebernya.
Saat mengisi laporan, ada kolom laporan yang harus diisi oleh pelapor yaitu kolom siapa pelaku tindak kejahatan pencurian mobil tersebut. Tito pun bertambah bingung dan bertanya ke senironya. Tidak mendapatkan jawaban baik, Tito pun berinisiatif mengajak seniornya ke Tempat kejadian Perkara (TKP) pencurian mobil.
"Saya tanya senior saya, Pak Mudzakir itu namanya. Pak ada kolomnya pelaku, harus diisi juga? Itu gimana? Kolom pelakunya disuruh isi kan nggak tahu dia (korban). Kasusnya kehilangan itu. Lho kita jangan ngetik dulu pak, apa kita ke TKP pak? Kita harus ke TKP pak. Dia (senior Tito) ngobrol (dengan korban) saya dengerin," ujarnya.
Tito nampak kecewa saat seniornya memberikan harapan kepada korban pencurian mobil jika nantinya pelaku pencurian mobil korban akan cepat bisa ditemukan. Usai sang senior berbincang dengan korban, Tito kaget saat dirinya disodori uang Rp 50 ribu dari sang korban pencurian mobil yang dengan tegas ditolaknya.
"Ini gampang, sebentar lagi saya tahu siapa pelakunya. Bapaknya (pelapor pencurian mobil) berbunga-bunga. Jam 8 lepas piket. Dia ngasih duit ke saya Rp 50 ribu. Lho, apaan ini pak? Ini dari pelapor. Dia suka, setelah saya bilangin nanti pelakunya ketemu. Soal nanti, itu sudah urusan reserse," tutur Tito disambut tertawa para tamu undangan.
"Ini mah lebih dari quick respon," seloroh Tito disambut dengan tepuk tangan.
Tito pun mengingatkan kepada seluruh jajaran Polri, bahwa selain quick respon, berdasarkan survei internasional, ada empat bidang pengamanan yang menentukan indeks pengamanan (security) kejahataan di perkotaan. Empat indikator itu adalah pengamanan pribadi (personal security), pengamanan kesehatan (health security), pengamanan infrastruktur (infrasturktur security) dan pengamanan digital (digitak security).
"Hasil survei internasional tahun 2015, crime city index (indeks kejahatan di perkotaan) ada 4 variabel. Pertama, personal security. Apakah masyarakat terdampak gangguan kasus di jalan seperti copet, jambret, todong. Kedua health security apakah pengaman kesehatan di kota cukup? Tidak beredar makanan bahaya, borax, formalin. Ketiga infrastructure security, apakah aman jalannya, apakah aman pengamanan gedung-gedungnya. Apakah cukup listrik dan airnya," bebernya.
Tito menyebut, yang paling penting lagi yang saat ini harus bisa menjadi tulang punggung kinerja polisi sebagai pengabdi, pelayan dan pelindung dari masyarakat adalah respon cepat disaat adanya laporan tindak kejahataan dari masyarakat.
"Keempat terakhir digital security. Keamanan digital. Contoh; masyarakat ingin minta pengamanan dan pelayanan dia harus cepat. Akses polisi dan polisi datangnya cepat. Quick respon polisi di dunia mesti tidak berbeda tapi kecepatan polisi ibarat 'police back born', menjadi tonggak pulang punggung kepolisian," terangnya.
Tito menambahkan, di belahan dunia manapun keberadaan dan kinerja kepolisian terkait kecepatan dan respon cepat dalam pelayanan terhadap masyarakat adalah sangat penting.
"Dimana-mana, di dunia sama. Polisi di dunia pasti dibutuhkan datang ke TKP dengan cepat. Kita melihat quick respon sangat penting. Tadi saya tanya 15 menit. Ideal terbaik 10 menit. Ini tantangan. Kecepatan! Pertama yang harus kita wujudkan tantangan ini," pungkasnya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Aiptu US ditahan di Rutan Polrestabes Bandung hingga proses sidang disiplin dan pemberian sanksi.
Baca SelengkapnyaAksi kejahatan itu bukan dipergoki warga biasa. Melainkan anggota TNI.
Baca SelengkapnyaBerikut sosok Satrio Mukti, Casis yang lawan begal dan bisa bertemu dengan Kapolri.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan seorang pria yang membagikan momen menjadi sopir Tito karnavian.
Baca SelengkapnyaPolisi yang diduga melakukan pencabulan terhadap anak tiri disebut sempat meminta pada pelapor untuk mencabut laporannya.
Baca SelengkapnyaJenderal Listyo sempat menawarkan sekolah perwira kepada Bripka Joko.
Baca SelengkapnyaIptu Supriadi ditangkap karena diduga terlibat penipuan dan penggelapan Rp1,2 miliar dengan modus iming-iming bisa meloloskan calon taruna Akpol.
Baca SelengkapnyaSyahduddi melanjutkan bahwa para pelaku juga telah menangkap dan polisi melakukan proses hukum terhadap para pelaku pembegalan itu.
Baca SelengkapnyaCasis korban begal Satrio Mukti Raharjo mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan Kapolri.
Baca SelengkapnyaTak hanya itu, Brigpol AK juga telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan.
Baca SelengkapnyaAwalnya korban diajak pelaku ke hotel dengan alasan untuk berganti pakaian.
Baca SelengkapnyaKorban salah tangkap dan penganiayaan di Sukabumi, B (35) telah mencabut laporannya. Namun, empat polisi yang diduga terlibat kasus itu tetap diperiksa Propam.
Baca Selengkapnya