Cerita Warga Jatiasih Bekasi Diterjang Banjir Bak Tsunami
Merdeka.com - Hujan rata mengguyur Jakarta dan sekitarnya pada Selasa (31/12) sore. Padahal, di sejumlah tempat sedang bersiap menyambut pergantian tahun.
Curah hujan tak menunjukkan tanda-tanda berhenti meski malam semakin larut. Justru berlanjut sampai keesokan harinya.
Herman, ketua RT 01 Vila Nusa Indah, Jatiasih, tak berpikir hujan hari itu akan berujung petaka baginya dan seluruh warga di perumahannya.
-
Kapan Jakarta banjir? Sejumlah wilayah DKI Jakarta tergenang imbas hujan yang menguyur sejak Kamis (14/3) malam.
-
Dimana banjir terjadi? Sejumlah kereta api jarak jauh dari Jakarta tujuan Surabaya mengalami keterlambatan hingga dua sampai tiga jam dari jadwal yang seharusnya, akibat banjir di wilayah Daerah Operasi (Daop) 4 Semarang.
-
Dimana banjir Jakarta tahun 2020 terjadi? Tercatat sekitar 158 kelurahan terendam banjir. Tak hanya merendam pemukiman warga, air juga menggenang di jalan-jalan.Akibatnya, sejumlah transportasi umum seperti KRL, Transjakarta, dan penerbangan di Halim Perdanakusuma dihentikan.
"Hujankan mulai pas malam tahun baru, dari sebelum magrib sampai jam 09.00 pagi itu hujan terus, tapi di sini gak banjir," katanya saat berbincang dengan merdeka.com, Jumat (3/1).
Satu jam kemudian, tepat pukul 10 air mendadak masuk ke permukiman. Begitu cepat dengan arus kencang.
"Tapi begitu ada kiriman langsung naik," katanya.
Tinggal sejak 1997, Herman mengaku baru kali ini melihat banjir mengerikan seperti kemarin di perumahannya kemarin. Derasnya arus banjir berwarna cokelat pekat karena bercampur lumpur. Motor hingga mobil warga terbawa arus. Persis saat tsunami menerjang.
"Sejak 2012 sudah hampir setiap tahun banjirnya, tapi banjirnya tidak pernah setinggi ini. Ini rekor," katanya.
Sebenarnya, saat itu beberapa warga sudah coba memindahkan mobil ke tempat yang lebih tinggi. Namun, derasnya arus membuat mobil terendam.
"Dulu banjir itu terakhir 2016 pas di dalam rumah itu 80 cm. Tapi sekarang di dalam posisinya kurang lebih mencapai 200 cm, jadi bisa kebayang kalau di jalanan mungkin hampir 3 meter," katanya.
Setelah air semakin tinggi, listrik menyusul dipadamkan. Saat itu, katanya, sangat tergambar bagaimana kepanikan warga. Apalagi saat awal-awal kejadian, tim penyelamatan kurang maksimal karena kekurangan tenaga.
"Saya sedikit agak kecewa sama yang perahu, mungkin karena kekurangan tenaga. Karena persis samping rumah saya itu ada nenek yang sudah stroke tapi perahu lewat hanya sekali dan gak lewat-lewat lagi, beberapa warga juga mau ngungsiin anak gak bisa. Itu pas malam hari pertama banjir," sambungnya.
"Kalau bantuan cukup Alhamdulillah, ada beberapa mobil dari partai tertentu dan juga dari masjid, untuk pengobatan untuk konsumsi itu Alhamdulillah cukup. posko kesehatan juga ada empat di sini," katanya.
Saat ini, sambung Herman, dia dan warga lainnya berharap hujan tidak lagi turun. Sebab mereka, ingin membersihkan endapan lumpur yang sangat mengganggu aktivitas. Selain itu, aliran air kembali normal.
"Warga sedang membersihkan rumah-rumah masing-masing, jadi PR-nya hanya tinggal membersihkan lumpur saja. Fokus ke rumah masing2, saya berharap warga tetap sehat kalau kondisi seperti ini kesehatan terpenting," ujar Herman berharap.
Sari, warga Vila RT 003 Rw 22, mengakui air naik cepat hari itu. "Jam 10 langsung naik tinggi selama 3 jam itu makin tinggi terus ya air," kata Sari mengingat kejadian hari itu.
Sari dan keluarga berusaha menyelamatkan barang-barangnya. Memasuki ashar, ketinggian air mencapai 2 meter.
"Jami semua naik ke atas mobil dan kami teriak-teriak minta tolong lalu baru dievakuasi pukul 9 malam, ke rumah yang lebih tinggi," katanya.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dari penelusuran yang dilakukan, permukiman ini ditinggalkan penduduknya karena terlalu sering terkena banjir besar.
Baca SelengkapnyaHujan deras sejak siang hingga malam hari menyebabkan tanggul Kali Cilemahabang, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi jebol sepanjang sekitar 20 meter, Kamis (4/1).
Baca SelengkapnyaDaratan hingga rumah penduduk terancam hilang akibat abrasi yang terus terjadi
Baca SelengkapnyaKampung Bulak Barat sempat direndam banjir hingga menutupi rumah-rumah warga
Baca SelengkapnyaAir laut yang terus meninggi diduga merupakan dampak dari pembangunan.
Baca SelengkapnyaSejak 1990-an, kawasan Pantai Muara Beting tergerus abrasi.
Baca SelengkapnyaAkibat banjir, masyarakat beraktivitas menggunakan paruh karena akses jalan tidak bisa dilalui.
Baca SelengkapnyaSaat banjir datang, korban memancing ikan bersama kakaknya yang masih berusia 8 tahun di pinggir sungai.
Baca SelengkapnyaTerlihat beberapa barang pribadi dan perabotan rumah tergenang air yang cukup tinggi.
Baca SelengkapnyaPermukiman warga di Kebon Pala, Jatinegara, terendam banjir kiriman dari Bogor yang menyebabkan Sungai Ciliwung meluap.
Baca SelengkapnyaBanjir rob kembali merendam kawasan RW 22 Muara Angke di Jalan Dermaga Ujung 1 Pluit
Baca Selengkapnya