Curhat di Medsos, Begini Blak-Blakan Siswi yang Viral Dilecehkan Gurunya di Gorontalo Direkam Temannya
Dalam curhatannya, ia mengungkapkan bagaimana pelecehan tersebut dimulai dari tindakan verbal hingga berlanjut ke tindakan fisik.
Seorang pelajar di Provinsi Gorontalo yang menjadi korban pelecehan seksual oleh seorang guru, berani membagikan kisah pahitnya sebagai korban di media sosial.
Dalam pengakuannya, ia menceritakan bagaimana pelecehan tersebut bermula dari kata-kata kasar sebelum akhirnya berlanjut ke tindakan fisik.
Korban, yang berusaha keras untuk mendapatkan pendidikan melalui beasiswa, merasa bingung dan tertekan karena tidak memiliki orang tua untuk dijadikan tempat bersandar.
Ia sangat takut untuk melapor, khawatir tidak akan dipercaya dan berisiko dikeluarkan dari sekolah. Akibatnya, ia kehilangan harapan untuk mencapai cita-cita yang telah diimpikannya sejak lama.
Ancaman dari guru tersebut memaksanya untuk mengikuti tindakan yang tidak wajar, meskipun awalnya ia menolak dengan tegas.
Dalam unggahannya, ia meminta masyarakat untuk tidak menilai dirinya hanya berdasarkan video singkat yang beredar di media sosial.
Inilah konten dari curhatan
Ia menjelaskan bahwa penderitaannya berlangsung selama bertahun-tahun, bukan hanya beberapa menit seperti yang terlihat dalam rekaman video yang viral.
Meskipun merasa malu, ia bersyukur karena kini telah bebas dari pelecehan yang selama ini menghantuinya.
Curhatan ini telah mendapatkan respon yang luar biasa, dengan lebih dari 1.118 likes, 700 komentar penuh empati, 568 emoji cinta, dan telah dibagikan lebih dari 4.000 kali.
Berikut adalah kalimat yang telah diubah namun tetap mempertahankan konteks yang sama:
Isi Curahan Hatinya
Banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang membuat saya merasa perlu untuk menjelaskan bagaimana semua ini bisa terjadi. Saya merasa sangat sedih dan kecewa, serta bingung dengan situasi yang saya hadapi.
Semuanya dimulai ketika saya mulai bersekolah di Gorontalo. Sebagai seorang yatim piatu, seperti yang telah saya bagikan dalam video-video yang beredar saat wawancara dengan seorang tiktoker, saya merasa sendirian.
Sejak awal memasuki sekolah, saya bertekad untuk berjuang keras demi mendapatkan ilmu dan prestasi, karena saya tidak memiliki orang tua yang dapat mendukung saya. Saya sangat berambisi untuk meraih gelar sarjana dengan beasiswa yang saya peroleh.
Suatu ketika, saya mulai mengalami pelecehan verbal dari seorang guru, yang mengucapkan kata-kata yang tidak pantas. Pada awalnya, saya tidak terlalu menganggapnya serius, tetapi seiring berjalannya waktu, tindakan itu mulai melibatkan sentuhan fisik seperti merangkul dan menyentuh.
Takut Melapor
Pada saat itu, saya yang belum sepenuhnya memahami arti kasih sayang yang sebenarnya mengira bahwa itu adalah perhatian seorang ayah kepada anaknya.
Namun, saya menyadari bahwa penilaian saya salah ketika saya mulai mengalami pelukan dan sentuhan di bagian tubuh yang lebih sensitif. Saya merasa bingung dan tidak tahu harus bercerita kepada siapa. Tanpa orang tua, saya takut jika menceritakan hal ini kepada teman-teman saya akan dianggap hina.
Saya juga merasa takut untuk melapor, karena saya sudah berjuang keras untuk bisa bersekolah. Dalam pikiran saya, jika saya melapor, tidak ada yang akan mempercayai saya dan saya bisa saja dikeluarkan dari sekolah, sementara mereka yang memiliki uang dan kekuasaan bisa lolos begitu saja.
Jika saya dikeluarkan, semua harapan dan cita-cita saya akan sirna. Meskipun saya merasa sakit hati, kecewa, dan marah, semuanya bercampur menjadi satu. Seiring waktu, saya mulai dipaksa untuk melakukan hubungan intim.
Awalnya saya sangat menolak, tetapi dengan ancaman akan dikeluarkan dari sekolah, saya terpaksa mengalah. Saya tidak memiliki pacar karena takut akan reaksi laki-laki yang mungkin menjadi pacar saya jika mereka mengetahui tentang keadaan saya.
Merasa Sendirian
Saya menyadari bahwa saya benar-benar sendirian, merasa kurang, dan ditambah dengan pelecehan yang saya alami. Saya sangat bersyukur meskipun merasa malu atas video yang beredar.
Saya tidak akan melarang atau meminta kalian untuk berhenti menyebarkannya, karena itu adalah pilihan dan niat masing-masing yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah. Saya sangat bersyukur kepada Allah karena tidak lagi menjadi korban pelecehan seksual, meskipun mungkin saya akan dikucilkan oleh orang-orang yang tidak memahami situasi saya dan memilih untuk menjadi diri saya sendiri. Jika pandangan kalian terhadap saya dalam video tersebut salah, saya mohon maaf.
Saya juga berharap kalian tidak menilai saya hanya dari lima menit tayangan tersebut. Karena saya telah melewati banyak hari dan tahun dengan penderitaan. Untuk dosa yang mungkin saya timbulkan, saya siap menanggungnya, karena hanya Allah yang tahu bagaimana keadaan saya saat itu.
Saya mohon maaf jika banyak pesan yang tidak bisa saya balas, karena saya sedang dalam keadaan yang sangat hancur. Terima kasih kepada semua yang telah memberikan semangat, sehingga saya masih bisa hidup dan tersenyum meskipun dalam keadaan yang sulit. Bagi yang bertanya tentang akun palsu atau asli, saya serahkan kepada kalian untuk menilai, saya tidak akan melarang.