Deretan Fakta dan Hoaks Terkait Kerusuhan di PT GNI
Merdeka.com - Kerusuhan terjadi di area pengolahan nikel PT Gunbuster Nickel Industri (GNI), Desa Bunta, Kecamatan Petasia Timur, Sulawesi Tengah (Sulteng), Sabtu (14/1). Dua korban meninggal dunia merupakan warga Kota Parepare, Sulawesi Selatan (Sulsel) dan tenaga kerja asing (TKA) asal China.
"Dua orang meninggal dunia, bukan tiga. Satu TKA dan satu lagi TKI," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, Komisaris Besar Didik Supranoto, Senin (16/1).
Didik mengungkapkan identitas dua korban meninggal dunia saat kerusuhan PT GNI yakni XE (30) dan MS (19). Dia merinci XE merupakan TKA asal China dan MS warga Kota Parepare, Sulsel.
-
Siapa yang terlibat dalam kerusuhan ini? Pada saat itu Maroko adalah protektorat Prancis, dan komisaris Prancis untuk Oujda, René Brunel, menyalahkan kekerasan yang terjadi pada orang-orang Yahudi karena meninggalkan Oujda dan bersimpati dengan gerakan Zionis.
-
Siapa korban dari pembantaian di China? 41 tulang belulang tanpa kepala yang dianalisis ternyata semuanya milik wanita dan anak-anak.
-
Siapa yang terlibat dalam peristiwa ini? 'Kami memanggil pihak keluarga pengendara sepeda motor yang pura-pura kesurupan untuk dimintai keterangan,' ucap dia.
-
Siapa pelaku pembunuhan di Batubara? “Kematian korban sangat tragis. Namun hingga saat ini pelaku juga belum ditangkap,“
-
Dimana kerusuhan terjadi? Prada Triwandi berani mengamankan masyarakat saat terjadi kerusuhan di wilayah Sentani, Kabupaten Jayapura.
-
Siapa yang menjadi korban tewas? Korban meninggal dunia:1. Catur Pancoro (47) warga Tulangan, Sidoarjo.2. Hadi umar F (21), warga Mojo Lebak Mojokerto.3. Aditya Sapulete (38), warga Cungkup Pucuk, Lamongan.
Selain itu, masih ada satu orang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Morowali Utara. Sementara delapan pekerja lainnya yang mengalami luka sudah dipulangkan.
Polisi juga telah mengamankan 70 orang, 33 di antaranya telah diperiksa. Dari 33 orang yang sudah diperiksa, 17 orang telah ditetapkan sebagai tersangka.
"Jadi 17 orang itu ditetapkan sebagai tersangka. Kemudian yang 16 orag dikenakan wajib lapor karena tidak memenuhi unsur," ujarnya.
17 orang ditetapkan sebagai tersangka perusakan dan pembakaran merupakan karyawan lokal PT GNI. Didik juga mengungkapkan tidak menutup kemungkinan jumlah tersangka akan bertambah, mengingat 37 orang sampai saat ini masih diperiksa.
Berikut sederet fakta dan hoaks terkait insiden berdarah tersebut
Fakta Pertama: Kronologi Awal Kejadian
Kerusuhan bermula saat karyawan yang tergabung dalam Serikat Pekerja Nasional (SPN) menyampaikan sejumlah tuntutan kepada perusahaan. Tuntutan tersebut kemudian dimediasi di Kantor Dinas Morowali pada Jumat (13/1). Namun tidak menemukan titik temu antara kedua pihak.
"Maka dari tenaga kerja dari SPN ini melakukan aksi mogok kerja mulai pagi Sabtu (14/1)," kata Didik.
Kemudian hingga pukul 12.00 waktu setempat, massa memaksa untuk masuk, dan mengintimidasi dari para pekerja lainnya yang masih melakukan pekerjaan di dalam.
"Di dalam (perusahaan) itu ada TKA dan TKI juga," ujarnya.
Kemudian pukul 15.00 WITA, massa membubarkan diri. Didik menyampaikan, dari tuntutan yang massa sampaikan pada surat mogok kerja, ada delapan poin dan semua disetujui oleh perusahaan.
"Sudah disetujui oleh perusahaan hari Senin ini melakukan pertemuan di dinas tenaga kerja di Provinsi, kecuali satu harus ditindaklanjuti yaitu mengaktifkan kembali tenaga kerja yang sudah diberhentikan kontraknya," katanya.
Sabtu malam, massa kembali datang dan memaksa masuk ke dalam perusahaan. Tidak hanya itu, massa melakukan tindakan yang anarkis hingga melakukan pembakaran.
"(Massa unjuk rasa) Dari kita yang tergabung dalam SPN, Serikat Pekerja Nasional, dari WNI. Mereka melakukan perusakan dan pembakaran. Mulai malam, sekitar 8.30 waktu setempat sampai jam 2 (dini hari)," jelasnya.
Akibat kejadian itu, terjadi gesekan sesama pekerja hingga akhirnya menimbulkan korban jiwa baik dari TKI dan TKA.
Fakta Kedua: Tuntutan saat Demo
Dalam demo yang digelar sebelum terjadi kerusuhan, 300 karyawan bergabung dalam unjuk rasa tersebut.
Serikat pekerja menyampaikan tuntutan kepada perusahaan seperti penerapan prosedur keselamatan kerja, mendesak perusahaan memberikan alat pelindung diri (APD) lengkap yang sesuai standar jenis pekerjaan.
"Mereka menuntut agar perusahaan membuat aturan. Mereka juga menolak adanya pemotongan upah yang tidak jelas. Meminta menghentikan PKWT yang sifatnya tetap," ujar Didik.
Tak hanya itu, para pendemo juga meminta kepada PT GNI dan SEI untuk mempekerjakan kembali karyawan yang kontraknya habis atau diputus akibat mogok kerja yang dilakukan sebelumnya. Tuntutan lainnya, meminta pihak perusahaan untuk memasang sirkulasi udara di gudang dan smelter agar tidak berdebu.
"Dalam tuntutannya, pekerja ini juga menyinggung soal kejadian meninggalnya dua karyawan yakni Made dan Nirwana Selle akibat ledakan smelter beberapa waktu lalu. Mereka mempertanyakan hak yang harus dibayarkan perusahaan kepada kedua keluarga korban," sebutnya.
Kerusuhan pertama kali pecah ada pukul 19.40 WITA, Sabtu (14/1) di area masuk pos 4 PT GNI. Massa sekitar 500 orang melakukan pelemparan dan perusakan.
"Kejadian itu dipicu karena sekuriti melakukan penghalangan jalan masuk ke pos 4. Akibatnya mereka melawan, sehingga melakukan pelemparan terhadap sekuriti dan juga melakukan perusakan fasilitas kantor," kata dia.
Setengah jam kemudian, kondisi semakin memanas saat massa menerobos masuk pos 4 PT GNI. Massa yang menerobos langsung melakukan pembakaran mes karyawan.
"Mess karyawan yang letaknya di belakang pos 4 terbakar. Kami bersama TNI memukul mundur massa," kata dia.
Fakta Ketiga: Bentrok Susulan WNI dan WNA
Saat kondisi di pos 4 mulai kondusif, bentrokan terjadi di area smelter 1 PT GNI. Didik menyebut bentrokan terjadi akibat adanya karyawan divisi Dump Truck tidak ikut melakukan aksi mogok.
"Kemudian ada karyawan dari divisi dump truk yang melintas di lokasi aksi mogok bekerja. Para pekerja langsung menyerang pekerja yang tidak ikut aksi mogok sehingga terjadi bentrok mengakibatkan ada tiga orang pekerja dari divisi dump truk yang mengalami luka di bagian badan, dan tiga unit kendaraan roda dua dirusak," jelasnya.
Aksi saling kejar pun tak terelakkan. Tidak hanya itu, sejumlah pekerja yang melakukan demonstrasi, juga melakukan pelemparan kepada kelompok pekerja yang enggan ikut mogok kerja.
"Dalam aksi itu memakan korban jiwa hingga meninggal dunia, korban dari TKI sebanyak dua orang dan TKA satu orang meninggal dunia," sebutnya.
Belakangan bentrok tersebut kemudian mereda usai petugas kepolisian menerjunkan kendaraan taktis. Polisi juga terpaksa menembakkan gas air mata demi melerai kedua kelompok pekerja yang bentrok.
Sementara untuk TKA diamankan dan dievakuasi di lokasi smelter 2 PT GNI.
"Pada pukul 02.00 WITA kondisi semakin kondusif. Karyawan pun membubarkan diri," ucapnya.
Hoaks Pemicu Kerusuhan WNA Serang WNI
Terkait kejadian ini, muncul kabar hoaks bahwa kerusuhan di PT GNI dipicu aksi penyerangan yang dilakukan tenaga kerja asing kepada tenaga kerja lokal.
Bupati Morowali Utara (Morut) Delis Julkasson Hehi memastikan informasi tersebut hoaks. Dia menegaskan informasi tersebut tidak benar, dan ada pihak yang ingin memanfaatkan sehingga terjadi pengerusakan dan penjarahan.
"Mohon diluruskan informasi yang mengatakan TKA menyerang duluan TKI, sehingga terjadi bentrok. Ada oknum yang memanfaatkan kesempatan untuk melakukan pengerusakan dan penjarahan di asrama karyawan putri TKI," kata Delis.
Delis mengecam terjadinya kerusuhan di PT GNI. "Saya sangat menyesalkan bahkan mengecam keras aksi yang ditengarai dipicu oleh para provokator dari luar yang membawa agenda-agenda lain," ujar Delis.
Bupati Morut menduga, aksi anarkistis tersebut dipicu oleh provokator dari luar kepentingan kesejahteraan karyawan dan keberlangsungan industri nikel dengan membawa agenda-agenda mereka.
Pernyataan Delis ini juga dikuatkan oleh Didik. Dia membantah kerusuhan di area pabrik disebabkan penyerangan antara tenaga asing kepada tenaga lokal.
"(Bentrok TKI dan TKA) tidak betul. Bahwa kejadian ini dari tuntutan oleh tenaga kerja yang bergabung Serikat Pekerja Nasional kepada perusahaan tetapi tidak temu mereka melakukan mogok kerja, karena mogok kerja kemudian ada anarkis lalu ada gesekan dengan pekerja di dalam. Ada korban (meninggal dunia) TKI 1, TKA 1," tegasnya. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Akibat kebakaran tersebut, 51 orang dikabarkan menjadi korban.
Baca SelengkapnyaVideo terbakarnya pabrik itu beredar di media sosial. Terlihat ada pekerja yang dievakuasi keluar dari pabrik dalam kondisi luka bakar.
Baca Selengkapnya20 korban meninggal dunia, terdiri dari 12 orang pekerja asal Indonesia dan delapan orang merupakan TKA.
Baca SelengkapnyaPT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) perusahaan yang menaungi kawasan lingkar industri Morowali blak-blakan terkait ledakan tersebut.
Baca SelengkapnyaSebanyak 13 orang meninggal dunia, terdiri atas 9 pekerja Indonesia dan 4 pekerja asal China.
Baca SelengkapnyaLedakan itu menyebabkan 13 pekerja meninggal dan 39 pekerja terluka.
Baca SelengkapnyaPabrik smelter milik PT Gunbuster Nickel Industri (GNI) kembali terbakar pada Kamis (28/12). Polisi menyatakan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
Baca SelengkapnyaLedakan smelter nikel PT ITSS menyebabkan 13 pekerja meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaTungku smelter meledak tersebut diketahui milik PT ITSS.
Baca SelengkapnyaSaat ini, PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) mencatat sudah 18 orang meninggal dunia.
Baca Selengkapnya. Empat korban yakni Muhlis, Jeki, La Camo dan satu pekerja asing asal China yang belum diketahui identitasnya.
Baca SelengkapnyaTungku smelter di kawasan industri PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng), meledak pada Minggu (24/12).
Baca Selengkapnya