Deretan teror bom era Soeharto, targetnya Masjid Istiqlal & Borobudur
Merdeka.com - Aksi teror bom bukan hal baru di Indonesia. Rangkaian serangan bunuh diri di Surabaya dan Riau menjadi bukti terorisme tak pernah mati.
Di grup percakapan WhatsApp dan media sosial beredar meme dan tulisan era Presiden Soeharto lebih aman dan tak ada teror bom. Informasi itu salah karena di zaman Orde Baru pun teror bom beberapa kali terjadi.
Berikut daftarnya seperti dikutip dari kantor berita Antara:
-
Kenapa Serangan Umum Surakarta terjadi? Pertempuran 4 hari 4 malam ini untuk melawan adanya Agresi Militer Belanda II.
-
Dimana Serangan Umum Surakarta berlangsung? Pertempuran yang berlangsung selama 4 hari berturut-turut di Solo ini berhasil menyatukan seluruh elemen masyarakat melawan gempuran pasukan penjajah.
-
Apa tujuan Serangan Umum Surakarta? Momen ini mempersatukan rakyat untuk bersama-sama mempertahankan Kota Solo dengan berbagai senjata.
-
Kapan Serangan Umum Surakarta terjadi? Pada Agustus 1949, Gubernur Militer mengeluarkan instruksi untuk bertempur 4 hari di Kota Solo.
-
Di mana teror pembakaran terjadi? Pelaku pembakaran misterius di Kampung Tipar, RT 02, RW 06, Kelurahan Mekarsari Kecamatan Cimanggis, Depok mulai terungkap.
-
Bagaimana Soeharto menumpas PKI? Soeharto membentuk Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib). Dia membubarkan PKI dan menangkapi orang-orang yang dianggap terlibat G30S/PKI.Hal ini juga menjadi tonggak munculnya Orde Baru.
11 November 1976
Masjid Nurul Iman di Padang, Sumatera Barat, diledakkan orang tidak dikenal. Bom ditempatkan di bawah tangga menuju lantai dua dan sepertinya diatur untuk meledak ketika pelaksanaan ibadah salat Jumat keesokan harinya.
Namun bom meledak lebih dini, sehingga tidak menimbulkan korban jiwa. Menurut aparat keamanan, pelakunya bernama Timzar Zubil, yang tidak bisa dikonfirmasi kebenarannya hingga kini.
14 April 1978
Masjid Istiqlal, Jakarta, diteror bom. Mihrab masjid yang baru diresmikan hancur akibat ledakan bom. Belum diketahui pelaku dan motifnya hingga kini. Aparat keamanan mendeponering kasus ini.
4 Oktober 1984
Bank BCA di Pecenongan, Jakarta Pusat, diledakkan. Beberapa nama terkenal terseret kasus ini, seperti AM Fatwa, Letnan Jenderal (Purnawirawan) HR Dharsono, mantan Menteri Perindustrian HM Sanusi. Kebanyakan adalah anggota Petisi 50 yang kritis terhadap cara Soeharto memerintah Indonesia. Apakah mereka benar-benar terlibat atau hanya skenario Orde Baru untuk menangkap mereka tak pernah terungkap.
Menurut pengakuan pelaku di lapangan, aksi ini merupakan pelampiasan kekecewaan mereka atas Peristiwa Tanjung Priok saat aparat keamanan menembaki pengunjuk rasa yang protes aparat masuk masjid dengan mengenakan sepatu.
21 Januari 1985
Sejumlah stupa di Candi Borobudur, Jawa Tengah, berantakan dihajar bom. Tempat suci agama Budha itu dibom kelompok radikal keagamaan berlatar politik. Dua bersaudara Abdulkadir bin Ali Alhabsyi dan Husein bin Ali Alhabsyi dituding sebagai pelaku peledakan Candi Borobudur.
6 Maret 1985
Satu bus malam, Pemudi Express, diledakkan di daerah Banyuwangi, Jawa Timur. Pelakunya adalah Abdul Kadir Alhasby. Teror bom ini diduga kuat ada kaitannya dengan kasus Tanjung Priok.
1986
Kali ini pelaku bom adalah orang asing yang menamakan dirinya Brigade Anti Imperialisme dari Jepang. Sasarannya adalah Wisma Metropolitan dan Hotel Presiden (sekarang Hotel Nikko). Kedua bangunan tersebut milik pemerintah yang dibangun dengan rampasan perang dari Jepang.
Kelompok dari Jepang itu diduga akan meluncurkan roket dari kamar Hotel Presiden ke Kedutaan Besar Jepang di Jakarta dan Kedutaan Besar Kanada di Jakarta. Saat itu, ekonomi Indonesia masih sangat mengandalkan utang dariKelompok Antarpemerintah bagi Indonesia (Intergovernmental Group on Indonesia/ IGGI), yang menempatkan Jepang pemberi utang utama.
1991
Anak buah gerilyawan Fretilin, Kay Ralla Xanana Gusmao, meledakkan bom di Demak, Jawa Tengah. Jakarta sangat represif pada pergerakan di Dili, Timor Timur, itu yang puncaknya adalah peristiwa Santa Cruz, di Dili, tahun 1991. Satu Hotel juga diledakkan di Surabaya.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Terduga teroris ini berencana melakukan bom bunuh diri di rumah ibadah.
Baca SelengkapnyaDua Terduga Teroris Perakit Bom Bunuh Diri di Polsek Astana Anyar Ditangkap
Baca SelengkapnyaPada 1947, umat islam Tanah Air berperang melawan Belanda pada hari ketiga puasa.
Baca SelengkapnyaBarang-barang milik S yang ada kaitan dengan tindakan dilakukannya disita polisi
Baca SelengkapnyaMuseum ini bertujuan untuk menceritakan perjalanan dan sejarah terorisme di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSerangan yang berlangsung selama 4 hari berturut-turut di Solo ini berhasil menyatukan seluruh elemen masyarakat melawan gempuran pasukan penjajah.
Baca Selengkapnya5 Agustus menandai beberapa peristiwa penting dalam sejarah Indonesia.
Baca SelengkapnyaBanyak orang yang mengira, kawasan Kota Tua hanya ada di Semarang dan Jakarta.
Baca SelengkapnyaMeski begitu, ia memastikan hingga kini belum ada peningkatan eskalasi ancaman teroris di Indonesia.
Baca SelengkapnyaTim Densus Antiteror Polri saat ini masih mendalami keterlibatan HOK, dengan kelompok teroris dengan memeriksa sejumlah saksi.
Baca SelengkapnyaPada dinding-dinding rumah itu masih terdapat lubang-lubang bekas peluru yang ditembakkan pada saat perang meletus.
Baca SelengkapnyaDensus 88 mendalami peran dari HOK seorang pelajar yang ditangkap karena diduga terlibat jaringan teroris di Batu, Malang.
Baca Selengkapnya