Diduga korban malapraktik, Ahza meninggal dengan kondisi mengenaskan
Merdeka.com - Orang tua manapun pasti sedih ditinggal anak untuk selama-lamanya. Apalagi anak yang sangat dicintai itu merupakan semata wayang. Perasaan itulah yang kini dialami pasangan suami istri (Pasutri) Tety Rihardini (36) dan Yudi Purnomo (44).
Pasutri warga Desa Kebaron, Tulangan, Sidoarjo, Jawa Timur itu kini telah ditinggal Ahmad Ahza Zadittaqwa, putra yang dicintainya untuk selama-lamanya. Kepergian putra yang masih berusia 21 bulan itu menyisakan tanda tanya besar.
Pasalnya, Ahza diduga merupakan korban malapraktik ketika dirawat di Rumah Sakit (RS) Aisyiyah Siti Fatimah Sidoarjo.
-
Apa yang terjadi pada korban? Korban pun akan terpanggang di dalamnya. Sebagai bagian dari desain hukuman yang kejam, saat perunggu yang panas membakar korban dan membuatnya berteriak.
-
Bagaimana korban mengalami luka bakar? Bocah malang itu diduga dianiaya dan dibakar teman sepermainannya dalam perjalanan menuju warung yang tak jauh dari rumah.
-
Apa yang dialami korban? 'Dia alami luka cukup serius. Setelah kejadian, korban kemudian dilarikan ke RSUD Dekai, guna mendapatkan penanganan medis,' kata Kapolres Yahukimo AKBP Heru Hidayanto.
-
Bagaimana korban meninggal? 'Dalam proses dari Lampung ke Jakarta ini (korban) pendarahan hebat. Pelaku juga mengetahui bahwa si korban sedang pendarahan. Pelaku ini mengetahui bahwa korban sedang pendarahan hebat, namun dibiarkan saja, sehingga korban kehabisan darah dan meregang nyawa,' kata dia.
-
Siapa yang sedang sakit? Sule menyempatkan diri untuk menjenguk Adzam yang sedang sakit di tengah-tengah kesibukannya sebagai seorang publik figur.
-
Siapa yang sakit? Ibunda Nia Ramadhani, Chanty Mercia kini tengah terbaring di rumah sakit.
"Kami sangat kecewa dengan pihak Rumah Sakit yang teledor dan tidak profesional dalam proses penanganan, hingga sampai putra saya meninggal dunia," ucap Tety Rihardini yang didampingi Yudi di Sidoarjo, Rabu (1/11).
Tety tahu persis persoalan putranya yang diduga menjadi korban dugaan malapraktik itu, karena dia paham tentang dunia medis. "Saya paham dan terlatih untuk tindakan medis apalagi menyangkut nyawa," ujar perempuan yang berprofesi sebagai dosen Kebidanan di Universitas Adi Buana Suarabaya itu.
Tety mulai menceritakan putranya dibawa ke RS Aisyiyah Siti Fatimah, Selasa (24/10) sekitar pukul 08.00 WIB, karena kondisi badannya panas, pilek, lemas dan muntah.
Putranya lalu masuk ke IGD. Hampir 3 jam, Ahza akhirnya dimasukkan ke ruang perawatan. "Awalnya saya minta masuk ke ruang VVIP karena putra saya agak rewel jika AC kurang, namun akhirnya masuk di ruang kelas satu. Saya pakai jalur umum mas, itu pun jam 11 siang baru masuk ruangan kelas satu," jelasnya.
Sejak masuk ruang perawatan hingga pukul satu, dia sempat syok ketika melihat infus anaknya terlepas. Dia pun meminta agar tim medis memasang kembali. Selang dua jam, perawat melakukan injeksi dengan dalih agar tidak muntah, lalu diberikan melalui intravena.
Namun selang satu jam, alangkah kagetnya Tety ketika melihat bibir putranya membengkak sambil digaruk. "Saya melaporkan ke perawat, namun dijawab sabar," imbuhnya.
Tety mununggu permintaan perawat itu, hingga puncak kepanikan melihat kondisi bibir dan lidahnya membiru hingga membengkak besar.
"Saya sudah melapor sebanyak empat kali namun tidak ada tanggapan dengan alasan kata perawat nanti dulu bu, dikonsultasikan ke dokter. Saya sudah sampaikan berkali-kali anak saya alergi obat, namun tetap dikatakan menunggu dokter," ulasnya.
Dia pun tidak sabar menunggu dokter yang tak kunjung datang, hingga akhirnya mendengar jika dokter spesialis anak bernama Medy Priambodo sedang praktik di lantai bawah.
"Saya akhirnya membawa turun anak sambil teriak agar segera ditangani karena kondisinya sudah memburuk. Namun ketika berada di dokter masih menunggu status ke perawat, saya bilang ini sudah kritis," ungkapnya sambil menangis.
"Lalu saya bilang segera dibawa ke HCU, namun ketika di ruangan itu tidak ada peralatan yang hidup. Dokter lalu membawa ambubeg, tanpa ada petalatan yang standar, lalu dipompa begitu saja. Tepat pukul 21.30 WIB putra saya dinyatakan meninggal," tambahnya.
Selepas meninggalnya putranya itu, Tety belum diberikan rekam medis dari pihak rumah sakit. "Tidak ada permintaan maaf juga. Makanya, kami akan bawa ke ranah hukum dan melaporkan ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDI) melalui kuasa hukum saya. Intinya agar ada iktikad baik dari pihak rumah sakit," harapnya.
Terpisah, Direktur RS Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan, Tjatur Prijambodo membantah dugaan malapraktik yang dituduhkan. "Kami sudah melakukan standar operation prosedur (SOP)," ujarnya.
Menurutnya, selama di ruang perawatan pihak rumah sakit juga melakukan pemantauan kepada pasien. "Dokter anak memang praktik di poli tetapi juga menerima laporan terkait resume rekam medis," jelasnya.
Ketika disinggung, penyebab kematian dari pasien karena ada kesalahan pemberian obat hingga terjadi pembengkakan, dia mengaku sudah berupaya maksimal untuk melakukan perawaan dan penanganan saat kondisi pasien kritis. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang bocah meninggal dunia diduga korban malapraktik usai menjalani operasi amandel di Rumah Sakit Kartika Husada, Jatiasih, Kota Bekasi
Baca SelengkapnyaKesepakatan untuk berdamai diambil setelah pihak rumah sakit menjalin komunikasi dengan pihak keluarga sejak BAD meninggal.
Baca SelengkapnyaSeorang tahanan berinisial ZAN (26) tewas di dalam Lapas Bulakkapal Bekasi.
Baca SelengkapnyaJenazah korban ditemukan saat tetangga mencium aroma busuk dari rumah BT.
Baca SelengkapnyaSeorang pasien wanita, R (59), meninggal dunia diduga akibat malapraktik yang dilakukan Bidan ZN di Prabumulih, Sumatera Selatan.
Baca SelengkapnyaZN mengaku tidak memberikan obat keras dalam jumlah banyak menggunakan suntikan ke tubuh pasiennya
Baca SelengkapnyaSaat dilakukan autopsi yang dilakukan oleh dokter ahli forensik Bhayangkara Jambi, Dokter Erni Situmorang, ternyata ditemukan sejumlah luka di tubuh AH.
Baca SelengkapnyaSetelah pengobatan pada bidan tak kunjung berhasil, kondisi korban makin parah hingga harus cuci darah.
Baca SelengkapnyaA divonis mengalami mati batang otak karena tidak sadarkan diri usai operasi amandel
Baca SelengkapnyaRumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil Padang buka suara terkait meninggalnya pasien anak atas nama inisial AR (11) di RSUP M Djamil Padang.
Baca SelengkapnyaTahanan Lapas Bekasi ditemukan tewas tergantung menggunakan handuk di kamar mandi.
Baca SelengkapnyaKorban pertama kali ditemukan kekasihnya yang datang ke indekos karena curiga teleponnya tak kunjung diangkat.
Baca Selengkapnya