Difteri Menyerang Warga Garut, Tujuh Meninggal Dunia
Merdeka.com - Difteri menjangkiti warga di Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, terdapat 73 orang warga yang diduga difteri hingga Minggu (19/2) dengan mayoritas penderita adalah anak-anak.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Leli Yuliani mengatakan bahwa kasus difteri muncul dalam empat pekan terakhir. Dari total 73 kasus tersebut, terdapat 4 kasus observasi difteri, 4 suspek difteri, 2 kasus konfirmasi positif difteri, 55 kontak erat, dan 7 orang meninggal dunia tanpa catatan medis yang lengkap.
"Dari tujuh orang tersebut, enam orang berusia anak-anak dan satu orang dewasa. Namun, kami belum dapat memastikan apakah penyebab kematian tersebut adalah difteri, karena belum sempat diperiksa melalui pemeriksaan laboratorium," kata Leli, Senin (20/2).
-
Siapa saja yang bisa terkena difteri? Meskipun difteri tidak terlalu berbahaya, namun penyakit ini termasuk penyakit menular sehingga bisa menginfeksi siapa saja yang berada di sekitar penderita atau lingkungan yang sedang mengalami banyak kasus difteri.
-
Apa itu difteri? Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheria yang menyerang hidung, tenggorokan, atau kulit.
-
Apa penyebab penyakit difteri? Difteri adalah penyakit menular yang terjadi karena bakteri C. diphtheriae. Racun yang dihasilkan bakteri ini yang menyebabkan orang menjadi sangat sakit.
-
Siapa yang rentan tertular difteri? Faktor-faktor yang meningkatkan risiko tertular difteri antara lain: Tidak mendapat vaksinasi difteri secara lengkap Tinggal di area padat penduduk atau yang buruk kebersihannya Bepergian ke daerah yang tingkat difterinya sedang tinggi Memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya karena menderita AIDS
-
Apa penyebab utama difteri? Penyebab difteri adalah infeksi bakteri Corynebacterium diphtheria, yang dapat menyebar dari orang ke orang. Bakteri ini menghasilkan racun yang merusak sel-sel di hidung dan tenggorokan, serta bisa menyebar ke organ lain, seperti jantung, ginjal, atau otak.
-
Mengapa difteri bisa berbahaya? Difteri adalah penyakit yang berbahaya dan bisa mengancam jiwa. Bakteri penyebab penyakit ini bisa merusak sel-sel di hidung dan tenggorokan, serta bisa menyebar ke organ lain, seperti jantung, ginjal, atau otak.
Ia menjelaskan bahwa gejala umum yang dirasakan dalam kasus difteri adalah demam, susah menelan, serta pseudomembran atau bagian leher seperti bengkak. Namun, gejala tersebut dapat dirasakan dalam tingkat yang berbeda-beda, mulai dari gejala yang ringan hingga berat.
Leli memastikan, Pemerintah Kabupaten Garut telah melakukan penanganan di Desa Sukahurip. Pihaknya juga terus berupaya melakukan skrining kontak erat dan deteksi dini, khususnya di Desa Sukahurip. Selain itu dilakukan juga sosialisasi kepada masyarakat agar ketika ada yang bergejala untuk segera berobat.
Leli mengimbau warga yang menjadi kontak erat untuk sementara menahan diri berinteraksi dengan orang lain karena difteri dapat menular melalui droplet atau percikan ludah.
"Virus difteri sendiri dapat bersumber dari berbagai hal, namun setelah dilakukan penelusuran, riwayat imunisasi di wilayah tersebut kurang baik," ucapnya.
Oleh karena itu, pihaknya berencana untuk melakukan imunisasi tambahan di luar imunisasi dasar di sekitar kampung itu.
"Kondisi ini menunjukkan bahwa kita perlu tetap waspada dan meningkatkan kewaspadaan akan berbagai macam penyakit menular. Imunisasi tetap menjadi salah satu cara efektif dalam mencegah penyebaran penyakit. Selalu patuhi protokol kesehatan dan segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan jika merasakan gejala yang mengarah pada penyakit menular," pungkasnya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penyakit difteri kembali ditemukan di Garut, Jawa Barat. Seorang warga Kecamatan Samarang dilaporkan meninggal dunia setelah mengalami gejala difteri.
Baca SelengkapnyaNgabila berujar, empat kasus ini merupakan temuan yang berbeda dan tak berkaitan satu sama lain.
Baca SelengkapnyaSejumlah pasien demam berdarah dengue sampai saat ini masih menjalani rawat inap.
Baca SelengkapnyaKorban antraks ikut menyembelih dan memakan sapi yang sudah mati.
Baca SelengkapnyaTerdapat tiga kasus cacar monyet di DKI Jakarta, kasus pertama ditemukan Agustus 2022 lalu.
Baca SelengkapnyaTiga orang meninggal dunia diduga karena konsumsi ternak sapi yang telah mati sebelum disembelih
Baca SelengkapnyaHingga saat ini, Pemkab belum menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit antraks.
Baca SelengkapnyaDifteri pertama kali terdeteksi di Pamekasan pada tahun 2018 silam.
Baca SelengkapnyaKemenkes mengajak masyarakat mencegah DBD dengan membersihkan lingkungan.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan Yogyakarta saat ini tengah menunggu hasil tes darah dari 45 pasien.
Baca SelengkapnyaHasil tracking Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jateng tidak ditemukan kasus penularan dari hewan ke manusia yang terjadi di Wonogiri.
Baca SelengkapnyaPihak RS Polri akan mempersiapkan jika mau dibawa ke kediaman masing-masing.
Baca Selengkapnya