Dokter Amira, Penerang Dalam 'Gelap' Papua, Penolong Banyak Jiwa
Merdeka.com - "Karena buat aku saat itu, kalau aku jadi cahaya di tempat terang aku nggak akan kelihatan. Aku harus jadi cahaya di tempat yang gelap. Itu awalnya kenapa aku mau ke Papua," sepenggal kalimat menyentuh dr Amira, dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi (Obgyn) atau dikenal dokter kandungan.
Kepada merdeka.com, Amira Abdat menceritakan awal kisahnya menapaki Bumi Cendrawasih. Dimulai pada tahun 2013. Dia meninggalkan keluarga besarnya di Bogor, Jawa Barat. Sebagai dokter umum, Amira memilih bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah Fakfak, Papua Barat.
Selama bertugas sebagai dokter umum, Amira tidak hanya duduk manis di rumah sakit menunggu pasien. Banyak warga di sekitarnya yang tinggal di pedalaman dan akses yang sulit. Melihat keadaan itu, dia memutuskan 'jemput bola' berkeliling kampung memeriksa warga yang sulit mendapatkan akses kesehatan.
-
Apa kata-kata penyemangat yang inspiratif? Kata-kata menyemangati orang dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi yang kuat untuk membangkitkan semangat seseorang, terutama di saat-saat sulit.
-
Siapa yang memberikan kata semangat? Kita sebagai masyarakat bukannya tidak bisa ikut berpartisipasi dalam perjuangan mereka.
-
Siapa yang bisa memberikan kata-kata semangat? Terutama untuk teman yang sangat dekat, memberinya kata-kata ucapan penyemangat untuk teman ini bisa menjadi gestur yang baik dan penuh perhatian.
-
Apa motivasi diri itu? Motivasi diri digambarkan sebagai api yang menyala di dalam jiwa setiap individu, mendorong agar mencapai tujuan dan meraih impian. Ini adalah semangat yang tak tergoyahkan, yang mampu membakar hasrat untuk berkembang, berprestasi, dan meraih keberhasilan.
-
Apa kata motivasi untuk perjalanan hidup? Hidup adalah anugerah, syukuri setiap momennya.
-
Kata-kata semangat apa yang paling menginspirasi kamu? “Percaya pada Allah saat semua terasa mudah, itu biasa. Percaya pada Allah saat semua terasa susah, itu luar biasa.“
Saat berkeliling kampung, Amira banyak menemukan ibu-ibu hamil yang tidak pernah melakukan pemeriksaan. Tetapi saat itu ilmunya masih terbatas. Dia tak banyak bisa membantu. Sementara dokter spesialis di sana, tidak ada yang bisa menetap lama. Kondisi itu membuatnya bertekad mengambil sekolah spesialis kandungan dan kembali lagi ke Fakfak.
"Akhirnya karena aku muter-muter ke daerah, aku lihat kok banyak ibu-ibu hami. Mereka tuh semua nggak pernah USG dan pemeriksaan kehamilan. Juga susah aksesnya mereka harus naik perahu, akhirnya aku berpikir bahwa aku harus sekolah kandungan dan aku harus mengabdi kembali ke sini," kata Amira melalui sambungan telepon kepada merdeka.com, Jumat (27/1).
Setelah dua tahun menjadi dokter umum di Fakfak, cita-cita Amira untuk sekolah spesialis Obgyn terlaksana. Tahun 2015, dia mendapatkan beasiswa dari Kementerian Kesehatan untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur.
Tepat tahun 2020, dia menyelesaikan pendidikannya dan mendapat gelar spesialis Obstetri dan Ginekologi (Obgyn). Amira menepati janjinya. Bekal ilmu yang dimiliki dibawa untuk kembali mengabdi untuk masyarakat Fakfak.
"Aku dokter kandungan yang mulai tahun 2020 sampai sekarang aku dokter kandungan sendiri. Karena aku merasa bahwa aku belum lengkap kalau aku belum balik lagi ke sini. Mungkin aku masih teringat masa-masa jadi dokter umum dulu, aku nggak punya ilmu sebagai dokter kandungan sehingga banyak ibu-ibu hamil yang melahirkan di rumah. Jadi akhirnya aku berpikir aku harus kembali ke sana aku harus mengubah semua yang pernah aku lihat dulu," ungkapnya.
Amira kembali melanjutkan misinya untuk berkeliling kampung. Kali ini, sudah menyandang gelar dokter spesialis kandungan.
Awalnya memang tidak mudah mengajak kaum ibu di sana memeriksa kehamilan mereka. Banyak ibu yang memilih melahirkan di rumah, dengan peralatan seadanya.
"Mungkin memang nggak gampang untuk mengubahnya. Tapi dengan aku ke kampung-kampung ini sebenarnya adalah misi kemanusiaan ku untuk bisa memberikan harapan untuk mereka yang berada di pedalaman. Meskipun mereka di pedalaman, tapi bukan berarti mereka pun nggak punya harapan. Aku bisa menjemput harapan mereka. dengan cara aku yang ke sana dengan teman-teman tim," ujarnya.
Pelayanan Door to Door, Heart to Heart, Skin to Skin
©2023 Merdeka.com
Sebagai dokter dan seorang wanita, Amira memiliki cara tersendiri berkomunikasi dengan pasiennya. Apalagi pada ibu hamil. Dia coba memberikan pelayanan melalui door to door, heart to heart, skin to skin. Artinya ketok langsung rumah mereka dengan hati dan sentuhan.
"Jadi kita ketok rumahnya kita minta izin sama keluarga kita jemput mereka kita sentuh mereka dengan rasa cinta, karena mereka percaya bahwa kita datang ke mereka bukan untuk menyakiti," katanya.
Bahkan ketika pasiennya ibu hamil, dia menjemput sendiri ke rumah. Harapannya tak ada alasan mereka menolak diperiksa.
Selama bertugas, Amira difasilitasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Fakfak dengan perahu beserta bensin untuk keliling. Dia juga membawa peralatan 'perang' yakni USG portable. Alat USG itu dinyalakan dengan bantuan bensin yang di bawa.
"Di rumahnya warga kan nggak ada listrik. Jadi pake bensin jadi kita bawa bensin sekalian dari sini lengkap, dari dinas," katanya.
Amira ditemani tim terdiri dari bidan dan perawat saat bekerja. Sehari, dia bisa melakukan pemeriksaan di lima sampai enam kampung. Jika dirasa mendekati hari melahirkan, ibu akan segera dirujuk ke Puskesmas terdekat sampai ke rumah sakit jika memerlukan tindakan yang lebih lanjut.
"Kita periksa mereka kita USG di rumahnya atau pemeriksaan kehamilan atau dalam waktu dekat akan melahirkan kita langsung bawa sama keluarga ke puskesmas terdekat. Jika ada perlu tindakan lebih lanjut di rumah sakit langsung kita bawa menggunakan perahu ke rumah sakit hari itu juga," katanya.
Menggunakan Hati Bujuk Kaum Ibu
Di awal-awal berkeliling, Amira mengakui kerap mendapat penolakan. Masyarakat lebih percaya pada hal-hal perdukunan dibandingkan tenaga medis.
Tapi dia tak menyerah. Amira malah merangkul para dukun beranak yang selama ini menangani ibu hamil. Dia mengajak para mama di sana sebagai kadernya untuk diberikan edukasi. Seperti memberikan alat-alat persalinan seperti underpad pampers untuk tatakan untuk melahirkan, sarung tangan, supaya saat membantu persalinan aman dan steril.
"Dukun beranaknya yang justru saya rangkul saya sayangi mereka. Jadi caranya begitu, kita bukan hanya menyentuh pasiennya tapi orang-orang tua-tuanya disana seperti mama-mama biangnya, dukun beranak yang mereka percayai, itu yang kira rangkul. Dukun-dukun itu nanti yang akan ngomong ke warga yang di sana untuk ayok ke dokter Amira, dokter Amira baik loh," ungkapnya.
Dia juga berusaha berkomunikasi sebaik mungkin agar pasien mau menerimanya Dari komunikasi yang dibangun itulah, Amira coba meyakinkan bahwa pemeriksaan kandungan yang dia lakukan aman dan gratis.
"Semua gratis nggak ada yang bayar, kalau perlu kita anter pulang," ungkap dia.
Selain melakukan pemeriksaan untuk ibu hamil, selesai melakukan pemeriksaan untuk ibu hamil. Dia mengumpulkan warga sekitar pada malam hari untuk diberikan edukasi dan penyuluhan. Materinya pun beragam, mulai dari bahaya pernikahan dini sampai berbicara tentang pentingnya Keluarga Berencana (KB).
©2023 Merdeka.com
Mengabdi di tanah Papua mulai dari dokter umum sampai dokter kandungan, banyak cerita dan pengalaman yang tak dilupakan Amira. Mulai dari titik nol, datang ke rumah orang, mendapat penolakan sampai akhirnya dirinya diterima dengan bahagia dan ceria. Sampai akhirnya mereka yang datang sendiri di kota untuk bertemu dirinya melakukan pemeriksaan. Bukan lagi dia yang berkunjung ke sana.
Ada cerita keluarga yang datang menggunakan 2 truk hanya untuk memeriksakan saudara yang hamil. Dia percaya, sesuatu yang dimulai dari hati dan keikhlasan tidak ada yang sia-sia.
"Itu yang membuat saya terharu nggak ada perjuangan yang menghianati hasilnya. Artinya usaha tidak sia-sia mereka dengan gerakan hati mereka sendiri mau datang. Selama ini walau awal mereka gengsi tapi terketuk juga hatinya dengan perjuangan kita," katanya.
Tak terhitung berapa persalinan sudah dibantu. Begitupun berapa nyawa bayi dia selamatkan dari rahim sang ibu. Semua itu dia lakukan tulus. Demi masyarakat Tanah Papua.
"Saat itu aku mengabdi ke Papua karena aku berpikir Papua itu tempat yang menurut orang menyeramkan dan suasana semua gelap. Karena itulah aku yakin harus menjadi penerang dalam kegelapan," ungkapnya. (mdk/lia)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kadang dia harus terdampar lantaran cuaca yang tidak bersahabat.
Baca SelengkapnyaMomen ini seakan menggambarkar tentang kepedulian dan profesionalitas dokter dalam menjalankan tugasnya.
Baca SelengkapnyaDokter Lie rela tinggal berminggu-minggu di tengah hutan belantara Papua demi melayani pasien.
Baca SelengkapnyaGibran menyerahkan penghargaan kepada pemenang kategori kesehatan dr. Amira Abdat SpOG.
Baca SelengkapnyaSosok wanita bisa saja melakukan berbagai hal. Termasuk bertugas di area yang rawan hingga nyawa menjadi taruhan.
Baca SelengkapnyaSejumlah sosok inspiratif turut menerima penghargaan Merdeka Awards 2023. Siapa saja mereka? Simak selengkapnya!
Baca SelengkapnyaKelvin merupakan dokter spesialis WNI lulusan Filipina.
Baca SelengkapnyaWike Afrilia Pasang, bidan yang telah bertugas sekira tujuh tahun di pedalaman Papua kisahnya begitu menginspiratif.
Baca SelengkapnyaGanjar Pranowo memaparkan hasil kampanyenya ke Indonesia Timur dalam debat Capres perdana.
Baca SelengkapnyaWike Afrilia dikenal sebagai bidan yang berdinas di pedalaman Papua dan sering membagikan konten di TikTok tentang pengalamannya membantu masyarakat setempat.
Baca SelengkapnyaBocah Papua harus rela tinggal berdua dengan adiknya selama berbulan-bulan karena orang tua mereka bekerja mencari kayu gaharu di tengah hutan.
Baca SelengkapnyaAndi Rabiah atau yang dikenal dengan sebutan Suster Apung setia naik kapal kecil keliling pulau terpencil demi obati orang.
Baca Selengkapnya