El Nino Muncul, Awas Kekeringan
Beberapa Daerah Sudah Krisis Air
Beberapa Daerah Sudah Krisis Air
El Nino Muncul, Awas Kekeringan
National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) pekan lalu menyatakan El Nino sudah muncul ditandai dengan naiknya suhu permukaan air laut di Pasifik timur dan tengah. Fenomena alam ini bisa berdampak pada iklim dan harus diantisipasi.
"Tergantung pada kekuatannya, El Nino dapat menyebabkan berbagai dampak, seperti meningkatkan risiko hujan lebat dan kekeringan di lokasi tertentu di seluruh dunia," kata Michelle L'Heureux, ilmuwan iklim di Climate Prediction Center NOAA seperti dikutip dari www.weather.gov, Kamis (8/6).
Khusus untuk Indonesia, El Nino diperkirakan mengakibatkan kekeringan di sejumlah wilayah dan bisa memicu krisis air dan pangan serta kebakaran hutan.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga telah berulang kali memperingatkan potensi El Nino. Lembaga ini juga memberikan imbauan kepada masyarakat untuk mengantisipasi dampak El Nino.
Di sisi lain, saat ini sejumlah daerah sudah kesulitan air. Di lima desa pada dua kecamatan di Kabupaten Bogor misalnya, kekeringan sudah terjadi sejak sejak 3 Juni lalu. BPBD setempat menyatakan lima desa yang terdampak kekeringan yakni Desa Curug, Neglasari, Pangradin, dan Pangaur di Kecamatan Jasinga serta Desa Kalong Liud di Kecamatan Nanggung.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pun mengimbau masyarakat di wilayah Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara Barat dan Timur (NTB dan NTT) mewaspadai kekeringan.
"Waspada bagi daerah-daerah yang sudah kita sampaikan di sini, umumnya Jawa itu sangat rentan terhadap kekeringan. Jawa, Bali, Nusa Tenggara baik Barat maupun Nusa Tenggara Timur."
Pelaksana tugas Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing di Jakarta, Senin (12/6).
Sebagai langkah memitigasi kekeringan, BNPB mengupayakan teknologi modifikasi cuaca (TMC), dengan membuat hujan buatan untuk mengisi maupun mempertahankan posisi air di waduk-waduk. Dengan langkah itu, saat musim kemarau, masih terdapat stok air yang tersisa untuk dipergunakan.
Untuk wilayah Sumatera, BNPB mengimbau kewaspadaan pada potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Abdul memaparkan data bahwa dalam 2-3 bulan terakhir sudah terjadi sebanyak 131 kali karhutla. Meskipun dampaknya belum meluas, dia berharap semua pihak di daerah bisa siap sehingga eskalasi karhutla tidak meluas.