Fakta-Fakta Korupsi Dana Hibah Jatim: Pokmas Bermasalah hingga Uang Disunat
Merdeka.com - Sejumlah ketua kelompok masyarakat (Pokmas) yang berada di bawah naungan terdakwa Wakil Ketua DRPD Jatim Sahat Tua P Simanjuntak dihadirkan sebagai saksi. Uniknya, selain dianggap tak memiliki kualifikasi yang memadai dalam organisasi, mereka juga tak mendapatkan dana sesuai proposal yang diajukan alias disunat.
Hal ini terungkap saat beberapa pokmas yang memiliki nama nyleneh, dihadirkan sebagai saksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jumat (16/6). Di antaranya adalah Marsadek, Ketua Pokmas Lidah Buaya.
Marsadek mengaku tidak tahu banyak mengenai Pokmas yang dipimpinnya itu. Sebab, dia hanya diberitahu dan ditunjuk oleh Ilham Wahyudi alias Eeng yang kini sudah menjadi terpidana dalam kasus suap dana hibah Pemprov Jatim. Saat itu, Eeng datang ke rumah dan menyebut akan membangunkan Jalan Makadam di dekat rumahnya.
-
Bagaimana KPK mengusut kasus suap dana hibah Jatim? Pengembangan itu pun juga telah masuk dalam tahap penyidikan oleh sebab itu penyidik melakukan upaya penggeledahan. 'Penggeledahan kan salah satu giat di penyidikan untuk melengkapi alat Bukti,' ujar Alex.
-
Siapa yang dituduh melakukan korupsi? 'Permintaan kebutuhan operasional Syahrul Yasin Limpo dan keluarganya yang juga didukung dengan petunjuk berupa barang bukti elektronik, chat WA antara terdakwa Syahrul Yasin Limpo dan Imam Mujahidin Fahmid, serta adanya barang bukti antara lain dokumen catatan staf Kementan RI dan bukti kwitansi serta transfer uang pembayaran kebutuhan menteri dan keluarganya.
-
Apa yang dilakukan Polda Jatim? DPR melalui Komisi III mengapresiasi langkah Polda Jawa Timur (Jatim) yang memberikan pendampingan kesehatan terhadap Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) saat Pemilu 2024 lalu. Selama bekerja, mereka didampingi 1.000 anggota medis Polri Biddokkes Polda Jatim yang dikomandoi Kepala Biddokkes Polda Jatim, Kombes Pol dr Erwin Zainul Hakim.
-
Siapa saja tersangka dalam kasus suap ini? Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron mengatakan pihaknya juga menetapkan anggota DPRD Kabupaten Labuhanbatu Rudi Syahputra Ritonga, serta dua pihak swasta bernama Efendy Sahputra dan Fajar Syahputra sebagai tersangka.
-
Siapa yang diduga melakukan korupsi? KPK telah mendapatkan bukti permulaan dari kasus itu. Bahkan sudah ada tersangkanya.
-
Siapa yang mengeluarkan dana Rp 30 miliar? Pengusaha asal Amerika Serikat, Bryan Johnson menghabiskan USD2 juta atau Rp30,9 miliar per tahun demi memuluskan blueprint yang dia sebut mengembalikan usia muda.
"Eeng datang ke rumah saya dan bilang mau buat jalan makadam," ceritanya, Jumat (16/6).
Saat itu lah, dia diminta untuk menjadi ketua pokmas. Ia mengaku tidak tahu menahu mengenai proposal pembangunan jalan yang dimaksud Jaksa Penuntut Umum (JPU) dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Tidak pernah tandangan untuk proposal. Hanya dikasih tahu saja kalau mau dibangunkan jalan," ungkapnya.
Saat disinggung JPU apakah ia pernah menandatangani sesuatu, Marsadek mengiyakannya. Ia menyatakan, jika dirinya hanya pernah sekali bertandatangan. Itu pun terjadi hanya pada saat penandatanganan pencairan dana Pokmas di Bank Jatim.
"Satu bulan setelah penandatangan, uang baru cair. Kurang lebih Rp60 juta (dana pokmas). Saya hanya dikasih Rp1 juta saja," pungkasnya.
Selain diberi uang Rp1 juta, dia juga diminta oleh Eeng untuk ikut bekerja membangun jalan. Dari kerja itu, ia mengaku hanya diupah Rp90 ribu saja perharinya.
Hal senada disampaikan oleh M Subari. Dia membenarkan bahwa dirinya ditunjuk oleh Eeng untuk menjadi Ketua Pokmas Saur Sepuh. Ditanya JPU mengenai asal usul nama Pokmasnya, dia mengaku tidak tahu.
Demikian juga saat ditanya apakah saat menjadi Ketua Pokmas dia memiliki struktur seperti bendahara maupun anggota, dia menyatakan tidak memiliki anggota sama sekali.
"Tidak ada (anggota dan bendahara). Pokoknya cuma dikasih tahu Eeng saja," ujarnya.
Dari pokmasnya ini, dia mengaku telah mencairkan uang sebesar Rp90 juta dari Bank Jatim. Namun, dari uang sebesar itu, ia hanya diberi Rp500 ribu saja oleh Eeng. Itu pun, harus ia bagi dengan teman yang mengantarnya.
"Ya cuma dikasih Rp500 ribu saja. Itu dibagi dua sama teman," ungkapnya.
Hal tak jauh beda juga dialami oleh Ketua Pokmas, Fuadi. Ketua Pokmas Asirotul itu juga tak tahu menahu mengenai asal usul nama pokmasnya. Sama seperti dua temannya, ia juga hanya menandatangani berkas pencairan dana Pokmas di Bank Jatim. Dari pencairan tersebut, turun dana sebesar Rp180 juta dan ia hanya mendapatkan uang Rp1 juta dari Eeng.
"Cuma satu juta saja diberi Eeng. Itu katanya uang pinjam KTP saya. Buku tabungan pun dibawa sama Eeng," tandasnya.
Diketahui, Ilham Wahyudi alias Eeng merupakan koordinator lapangan (Korlap) para Pokmas yang aspiratornya adalah Wakil Ketua DPRD Jatim Sahat Tua P Simanjuntak. Bersama Abdul Hamid, Eeng divonis bersalah karena melakukan suap terhadap Sahat. Oleh hakim, keduanya divonis 2,5 tahun penjara.
Sementara itu, dalam perkara ini Jaksa Penuntut Umum (JPU) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebut kalau Sahat diduga menerima uang suap sebesar Rp39,5 miliar dari dua penyuap, yakni, Abdul Hamid dan Ilham Wahyudi.
Sahat didakwa dengan dua pasal. Pertama terkait penyelenggara negara Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN), Pasal 12 huruf a Jo Pasal 18 UU RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP Jo Pasal 65 ayat (1) KUHP.
Dakwaan kedua terkait suap, Pasal 11 Jo Pasal 18 UU RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Pasal 65 ayat (1) KUHP.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
KPK mencecar para saksi perihal pengurusan dana hibah hingga dugaan aliran suap dari Pokmas.
Baca SelengkapnyaKetua DPC PDIP Bangkalan, Fatkurrahman membenarkan soal adanya aktivitas penggeledahan itu.
Baca SelengkapnyaKPK telah menetapkan 21 tersangka (dengan rincian) yaitu empat tersangka penerima, 17 lainnya sebagai tersangka pemberi
Baca SelengkapnyaAdapun uang dan barang tersebut ditemukan penyidik di sejumlah lokasi sejak 8 Juli lalu.
Baca SelengkapnyaPenyidik KPK menggeledah rumah dinas Abdul Halim Iskandar di kawasan Jakarta Selatan pada Jumat lalu.
Baca SelengkapnyaKPK akan sidik TPPU apabila ada indikasi menyembunyikan atau menyamarkan aset-aset bernilai ekonomis dari korupsi tersebut.
Baca SelengkapnyaPenggeledahan hasil pengembangan kasus suap dana hibah yang menjerat mantan Wakil Ketua DPRD Provinsi Jatim, Sahat.
Baca SelengkapnyaSahat juga diwajibkan untuk membayar uang pengganti kerugian negara sebesar Rp39,5 miliar.
Baca Selengkapnyatersangka mengaku uang yang dikorupsi digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta membayar utang di pinjol yang totalnya mencapai 30 sampai 50 aplikasi
Baca SelengkapnyaT.essa belum memberikan keterangan lebih lanjut soal lokasi mana saja yang digeledah.
Baca SelengkapnyaEks Bupati Mamberamo Tengah, Ricky Ham Pagawak mulai diadili. Dia didakwa melakukan tindak pidana suap, gratifikasi dan pencucian uang.
Baca SelengkapnyaPenyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menyita sejumlah uang tunai dan barang bukti elektronik Menteri Abdul Halim Iskandar
Baca Selengkapnya