Fakta yang Terungkap dari Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan
Merdeka.com - Tragedi Kanjuruhan meninggalkan duka mendalam bagi dunia sepak bola di tanah air. Peristiwa yang terjadi pada Sabtu (1/10) tersebut bermula atas kekalahan Arema Malang atas Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3. Kekalahan Arema di kandangnya sendiri memicu aksi tidak terima dari Aremania yang merupakan pendukung Arema FC.
Suasana semakin mencekam dan bentrok antarsuporter pun tak terhindarkan. Aparat yang kewalahan dan kekurangan pasukan, mengambil langkah untuk menembakkan gas air mata ke arah tribun. Hal ini cukup disayangkan oleh beberapa pihak lantaran aksi yang dilakukan pihak keamanan tersebut justru memicu ketegangan para penonton yang saat itu masih berada di tribun untuk berhamburan menjadi jalan keluar.
Berikut merdeka.com telah merangkum beberapa fakta kericuhan Kanjuruhan:
-
Kenapa suporter meninggal di Stadion Kanjuruhan? Banyaknya korban jiwa disebabkan penggunaan gas air mata oleh polisi dan diperparah pintu stadion terkunci sehingga terjadi penumpukan massa di satu lokasi.
-
Kenapa Persib berduka? Persib Bandung saat ini sedang mengalami masa berduka yang mendalam. Dokter tim yang sangat berdedikasi, Rafi Ghani, telah meninggal dunia pada Senin malam, 23 Desember 2024, di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.
-
Kenapa Arsenal kalah di Surabaya? Menurut Terry Neill selaku pelatih Arsenal, timnya menelan kekalahan karena kelelahan dan tidak kuat dengan cuaca Kota Surabaya yang panas terik.
-
Dimana Arsenal kalah di Surabaya? Mereka kemudian harus rela membawa pulang skor 0-2, setelah bertanding di Stadion Gelora 10 November, 16 Juni 1983.
-
Kapan Arsenal kalah di Surabaya? Namun, siang itu 16 Juni 1983, Arsenal dijadwalkan bertanding dengan NIAC Mitra di Surabaya pukul 14.00 WIB.
-
Siapa yang mengalahkan Arsenal di Surabaya? Sampai pluit panjang ditiup, Arsenal tidak menembus gol sama sekali hingga dikalahkan NIAC Mitra 2-0.
Kesaksian Striker Asing Arema FC Lihat Mayat di Ruang Ganti
Abel Camara, striker asing Arema FC ungkapkan suasana mencekam yang terjadi di Kanjuruhan. Dirinya menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri mayat-mayat yang tergeletak di ruang ganti Arema FC.
"Sejak saat itu, kami mulai mendengar tembakan. Kami melihat orang-orang di dalam ruang ganti yang terkena gas air mata dan meninggal tepat di depan kami," ujarnya.
"Kami memiliki sekitar tujuh sampai delapan orang tewas di ruang ganti," kata penyerang berusia 32 tahun tersebut.
Menurut Abel, para pemain Arema FC pun harus tertahan hingga empat jam lamanya di Stadion Kanjuruhan, hingga kondisi mereda. Ketika dirinya bersama rekan-rekan keluar dari stadion, terlihat darah berceceran hingga mobil polisi yang rusak terbakar.
"Kami harus berada di Kanjuruhan selama empat jam. Ketika kami pergi dan semuanya lebih tenang, ada darah, sepatu, hingga pakaian di stadion," tutur Abel Camara.
Total Korban Capai 455 Orang
Menurut Keterangan Kepala Divisi Humas Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri), Irjen Pol Dedi Prasetyo, total korban meninggal sebanyak 125 orang, 21 orang alami luka berat dan 304 orang mengalami luka ringan. Sehingga sejauh ini terdapat total 455 orang menjadi korban dalam peristiwa ini. Korban meninggal dunia 125 orang," ujar Dedi dalam keterangannya, pada Senin (3/10).
Sebelumnya, Jenderal Listyo Sigit Prabowo selaku Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri), menegaskan akan menindaklanjuti instruksi dari Presiden Jokowi tentang peristiwa yang menelan ratusan korban tersebut. Pihaknya pun telah mengerahkan berbagai kesatuan guna mengusut tuntas perkara tersebut.
"Saat ini saya telah mengajak tim dari Mabes Polri terdiri dari Bareskrim, Propam, Sops, Pusdokkes, Inafis, Puslabfor untuk melakukan langkah-langkah terkait pendalaman terhadap investigasi yang kami lakukan. Tentunya kami lakukan langkah-langkah lanjutan dengan tim DVI kemudian tim penyidik melakukan pendalaman lebih lanjut untuk menginvestigasi secara tuntas dan nanti hasilnya kita sampaikan ke seluruh masyarakat," papar Sigit.
Polri Periksa 18 Polisi Terkait Penggunaan Gas Air Mata
Menyikapi respons-respons negatif dan kritik masyarakat terkait perlakuan petugas keamanan yang menembakkan gas air mata ke arah suporter dan penonton, Polri melakukan pemeriksaan internal terhadap delapan belas anggota yang terlibat dalam kejadian tersebut.
"Tim dari pemeriksa Bareskrim untuk secara internal, tim dari Itsus dan Propam sudah melakukan pemeriksaan, dan ini dilanjutkan pemeriksaan, memeriksa anggota yang terlibat langsung dalam pengamanan, ya sudah dilakukan pemeriksaan terhadap 18 orang anggota yang bertanggung jawab atau sebagai operator pemegang senjata pelontar," ucap Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo di Malang, Jawa Timur, Senin (3/10).
Dedi pun mengungkapkan, Inspektorat Khusus (Itsus) dan Propam Polri masih terus mencari dan mengumpulkan keterangan, serta mendalami perihal penggunaan gas air mata oleh petugas.
"Kemudian juga saat ini mendalami terkait masalah manajer pengamanan, mulai dari pangkat perwira sampai dengan Pamen, sedang didalami," tuturnya.
Tiket Penonton Tidak Dijual Melebihi Kapasitas
Dikutip dari Antara, Media Officer Arema FC, Sudarmaji menegaskan tak menjual tiket pertandingan melebihi kapasitas.
"Terkonfirmasi tiket itu kami tidak melebihi kuota, bisa disaksikan saat pertandingan tidak ada satu pun luberan penonton," kata Sudarmaji saat menggelar konferensi pers di kantor manajemen Arema FC di Kota Malang, Senin (3/10).
Kapasistas Stadion Kanjuruhan adalah 42 ribu penonton. Jika tiket dijual dengan melebihi kapasitas, sambungnya, maka akan terlihat luberan penonton. Namun ketika pertandingan diselenggarakan, tidak ada satu pun penonton yang meluber.
Sudarmaji mengatakan, jika tiket dijual melebihi kapasitas maka akan ada luberan
"Itu semua bisa disaksikan di video atau pas siaran langsung," ungkapnya.
Kemudian mengenai pintu 10 Stadion Kanjuruhan yang ditutup sehingga menyebabkan penonton berdesakan dan tidak bisa keluar, Sudarmaji mengatakan jika hal itu merupakan bagian dari proses investigasi di lapangan.
"Tunggu saja investigasinya, apa benar ditutup atau tidak. Saat ini manajemen Arema fokus untuk tanggap darurat sesuai arahan Pak Menko PMK," pungkas Sudarmaji.
33 Anak Meninggal Dunia
Deputi Perlindungan Khusus Anak Kementerian PPPA Nahar menjelaskan terdapat 33 tewas dalam tragedi memilukan tersebut.
"Tiga puluh tiga anak meninggal dunia (terdiri atas) delapan anak perempuan dan 25 anak laki-laki, dengan usia antara empat tahun sampai 17 tahun," ungkapnya dikutip dari Antara, Senin (3/10).
Sementara itu, jumlah anak yang dirawat di rumah sakit setempat masih terus dikonfirmasi terkait kepastian data korban anak. "Kami masih terus melengkapi datanya," pungkas Nahar.
Reporter: Putri Oktafiana
(mdk/yan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sabtu 1 Oktober 2022 lalu menjadi hari paling kelam dalam sejarah dunia sepak bola Indonesia di Stadion Kanjuruhan.
Baca SelengkapnyaKronologi lengkap kericuhan antarsuporter Persik vs Arema FC.
Baca SelengkapnyaBentrokan antara suporter tim sepak bola Arema FC dan Persik Kediri pecah di perbatasan Malang-Kediri, Senin (16/12) malam.
Baca SelengkapnyaKerusuhan terjadi ketika Semen Padang tertinggal dengan skor telah 0-3 dari tim tamu, PSBS Biak.
Baca SelengkapnyaPutu Kholis menegaskan keberpihakannya kepada keluarga korban tragedi Kanjuruhan.
Baca SelengkapnyaKerusuhan tersebut menambah rapor merah dunia sepak bola nasional
Baca SelengkapnyaKekerasan dalam sepak bola masih jadi PR berat bagi Indonesia. Sejak tahun 1994 hingga 1 Oktober 2022, sebanyak 230 nyawa melayang karena sepak bola.
Baca SelengkapnyaDalam laga yang tersaji di Stadion Si Jalak Harupat (SJH), Persib Bandung menang dengan skor 2-0 atar Persija.
Baca SelengkapnyaErick Thohir menegaskan sepak bola Indonesia dalam pantauan FIFA
Baca SelengkapnyaBentrokan antara suporter dan aparat keamanan terjadi, memaksa polisi untuk menggunakan gas air mata guna menghindari eskalasi lebih lanjut.
Baca SelengkapnyaPihak kepolisian sudah melakukan upaya proses hukum dimulai dengan penyelidikan dan mengumpulkan barang bukti yang ada.
Baca SelengkapnyaKericuhan antar suporter kedua tim terjadi setelah tim tamu Persib Bandung unggul 1-2 atas tuan rumah PSS. Kericuhan berlanjut di luar stadion.
Baca Selengkapnya