Gunung Marapi Erupsi, Kenapa Masih Banyak Pendaki?
Dia menyebutkan tidak ada peningkatan level saat Marapi mengalami erupsi. Karena saat itu Gunung Marapi mengalami erupsi freatik.
22 Pendaki ditemukan meninggal dunia.
Gunung Marapi Erupsi, Kenapa Masih Banyak Pendaki?
-
Apa yang terjadi pada pendaki Gunung Marapi? Sebanyak 74 dari 75 pendaki Gunung Marapi telah ditemukan. Di antara korban yang sudah ditemukan terdapat 22 orang meninggal dunia.
-
Apa yang terjadi pada Gunung Marapi? Gunung Marapi yang terletak di Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar) meletus sebanyak 186 sejak awal Desember 2023 hingga hari ini, Sabtu (24/2).
-
Kapan Gunung Marapi terakhir meletus? Terkini, erupsi terjadi pada hari ini pukul 05.57 WIB.
-
Bagaimana pendaki turun dari Gunung Dempo saat erupsi? Dalam keadaan gelap gulita, mereka tunggang langgang menyelamatkan diri turun ke bawah dan selamat hingga ke kaki gunung.
-
Apa yang terjadi di Gunung Merapi? Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta mengalami 71 kali gempa guguran.
-
Apa yang terjadi di puncak Merapi? Puncak Gunung Merapi dipenuhi batu-batu berapi yang suhunya diperkirakan mencapai 1.000 derajat. Jam masih menunjukkan pukul 05.30 pagi saat pemilik kanal YouTube KBS Vlog menerbangkan drone dari Pos Pengamatan Gunung Api Babadan menuju puncak Gunung Merapi pada 27 Februari 2024 lalu.
Erupsi Gunung Marapi di Sumatera Barat menyebabkan 22 pendaki ditemukan meninggal dunia. Tim Sar Gabungan telah mengevakuasi 22 jenazah dan menyerahkan ke rumah sakit untuk diidentifikasi.
Tercatat, sebanyak 75 orang muda mudi mendaki gunung itu. Begitu erupsi terjadi pada Minggu (4/12), sejumlah pendaki berusaha menyelamatkan diri. Sebagian selamat, namun tak sedikit yang terjebak hingga meninggal dunia.
Sebelum kejadian, peringatan waspada level 2 pada 1 Desember 2023 lalu terhadap Gunung Marapi sudah dilakukan PVMKG dengan memberikan rekomendasi ke petugas setempat. Tapi, para pendaki tetap menaiki gunung aktif tersebut.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Dr Hendra Gunawan mengatakan, saat kejadian status Marapi memang sedang berada pada waspada level 2.
Dia menyebutkan tidak ada peningkatan level saat Marapi mengalami erupsi. Karena saat itu Gunung Marapi mengalami erupsi freatik.
"Tidak ada (peningkatan status). Tipe erupsi freatik sulit bisa mendeteksi tanda-tanda," kata Hendra saat dihubungi merdeka.com Rabu (6/12).
Dia menyebutkan rekomendasi status waspada level 2 yang diberikan PVMKG ke BKSDA setempat hanya sebatas saran untuk diperimbangkan. Karena itu, pengetatan jalur masuk bagi pendaki bukan wewenang PVMKG.
"Rekomendasi sebetulnya saran untuk dipertimbangkan bila stakeholder akan mengambil kebijakan," ucap Hendra.
Setelah memberikan rekomendasi itu, Hendra mengaku selalu berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait yang bertanggung jawab terhadap Gunung Marapi.
"Selalu berkoordinasi dengan stakeholder (misalnya pada 11 Juli 2023), sekalian disosialisasikan rekomendasi ini/bahayanya agar semua pihak paham," kata Hendra.
Waspada level 2 dinyatakan berbahaya bagi gunung api yang aktif. Tapi, tidak berlaku bagi bukan gunung aktif. Hendra mengatakan pihaknya mengeluarkan 3 kategori pada gunung api.
"PVMKG mengeluarkan 3 kategori (tipe A, B dan C), yang paling aktif tipe A, tipe C yang paling kurang aktif, sisanya gunung sangat tidak aktif," jelasnya.
Meski sudah mengeluarkan peringatan keras bahwa pendaki dilarang mendaki Gunung Marapi karena berstatus waspada 2, namun mereka nekat menaikinya. Sehingga erupsi menyebabkan jatuhnya korban jiwa.
"Ke depannya akan disusun regulasi yang lebih kuat. Misalnya RPerpres (randangan peraturan presiden) atau RUU (randangan undang-undang)," tegas Hendra.
Seperti diketahui, Erupsi Gunung Marapi terjadi pada Minggu, (3/12) pukul 14.54 WIB dengan tinggi kolom abu 3.000 meter