Memahami Erupsi Freatik Gunung Marapi yang Menyebabkan 23 Pendaki Meninggal Dunia
Erupsi Gunung Marapi Sumatera Barat kategori freatik yang waktunya sulit diprediksi karena berada di permukaan.
Erupsi Gunung Marapi Sumatera Barat kategori freatik yang waktunya sulit diprediksi karena berada di permukaan.
Memahami Erupsi Freatik Gunung Marapi yang Menyebabkan 23 Pendaki Meninggal Dunia
Erupsi Gunung Marapi yang menewaskan 23 pendaki meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat Sumatera Barat (Sumbar) dan sekitarnya.
Letusan itu terjadi disaat Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Marapi dijadikan objek wisata dengan sistem booking online oleh BKSDA Sumbar. Padahal status Gunung Marapi berada pada level II (Waspada) sejak 2011.
Penasihat Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumatera Barat, Ade Edward mengatakan, erupsi Gunung Marapi Sumatera Barat kategori freatik yang waktunya sulit diprediksi karena berada di permukaan.
"Ada beberapa gunung yang sifatnya memang sulit terdeteksi. Letusan Gunung Marapi tergolong letusan freatik sehingga sulit terdeteksi akan adanya erupsi. Letusan freatik akan jarang mengeluarkan tanda sebelum erupsi terjadi, salah satunya seperti adanya gempa," kata Ade dihubungi merdeka.com.
Ade menjelaskan, erupsi Gunung Marapi tahun 2023, menjadi objek wisata yang paling banyak memakan korban jiwa sepanjang sejarah.
"Ini bukan hanya sekedar bencana, tetapi kegiatan pariwisata yang paling mematikan. 23 orang meninggal dunia bukanlah jumlah yang sedikit," tutur Ade.
Ade mengatakan, kejadian tersebut menjadi perhatian dunia karena menimbulkan korban jiwa yang banyak termasuk korban luka bakar.
"Ini kejadian yang sangat disesali, dalam sekelebat jiwa hangus terbakar, ini betul-betul kejahatan kemanusian," ujar Ade.
Ade menduga ada unsur kelalaian dan komunikasi dari pelbagai pihak terkait pembukaan pendakian oleh Pemprov Sumbar pada saat status Gunung Marapi berada pada level waspada.
"Kita tahu bahwa gunung ini bestatus level II sejak Agustus hingga sampai kini status tersebut tidak pernah berubah," ujar Ade yang juga Desimisioner Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumatera Barat itu.
Ade mengatakan, ketika gunung api masuk kategori waspada, maka sudah memiliki risiko tinggi di sekitar kawah dengan rekomendasi tidak boleh mendekati radius tiga kilometer dari kawah.
Imbauan Pusat Vulkanologi dan Mistigasi Bencana Geologi (PVMBG)
"Tahu-tahu pada Juli 2023 BKSDA menetapkan Gunung Marapi sebagai Taman Wisata Alam dan pendakian terbuka untuk umum dengan ditawarkan fasilitas booking online. Setahu saya dahulu hal itu sudah diingatkan oleh kelompok pecinta alam bahwa itu kawasan berbahaya, namun program tersebut tetap lanjut," kata Ade.
Ade menilai secara keseluruhan pembukaan jalur pendaki untuk wisatawan itu diduga melanggar hukum karena menyebabkan kehilangan nyawa orang.
Dugaan pelanggaran itu tertuang dalam pasal 359 KUHP serta Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Pantauan PVMBG
Sementara itu, Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Marapi, Teguh Purnomo mengatakan, Gunung Marapi adalah gunung api aktif di Sumatera Barat. Sehingga erupsi yang terjadi di gunung api adalah hal yang biasa terjadi.
Teguh melanjutkan, Gunung Marapi dipantau oleh PVMBG di Bukittinggi dengan menggunakan 8 titik seismograf yang disebar di sekitar lereng Gunung Marapi. "Menjelang erupsi sebelum 3 Desember 2023 itu baik dan menghasilkan data," kata Teguh dihubungi merdeka.com.
Dari hasil pemantauan PVMBG ternyata tanda-tanda gunung itu erupsi muncul secara tidak signifikan. Kemudian erupsi Gunung Marapi tergolong freatik.
"Ini adalah musim hujan, dan erupsinya tergolong freatik sehingga menyebabkan air hujan yang masuk ke dalam kawah meyentuh dapur magma sehingga terjadi interaksi antara dingin dan panas maka terjadilan erupsi," kata Teguh.
Teguh menambahkan, PVMBG sudah memberikan rekomendasi kepada semua pihak untuk tidak mendekati kawah radius tiga kilometer dari puncak Gunung Marapi.
"Terkait pendakian itu wewenangnya di BKSDA Sumbar, kami hanya merekomendasikan saja untuk tidak mendekati radius tiga kilometer dari kawah," tutur Teguh.