Hadirnya Meaningful Connectivity Jadi Harapan Baru untuk Digitalisasi Indonesia
Selain Naruna, digitalisasi juga membawa dampak positif bagi banyak perintis bisnis di Indonesia.
Ibu berkerudung hitam dengan baju merah marun itu tampak sibuk memeras spons menggunakan tangan kanannya. Air perasan yang berwarna putih krem mengalir ke dalam ember penampungan bekas. Setelah spons cukup kering, ia dengan telaten mengusapkannya pada cetakan gagang cangkir tanah liat yang dipegang dengan tangan kirinya.
Ia memperkenalkan dirinya sebagai Tugiyem. Dari kerutan di tangannya, tampak bahwa usianya sudah mendekati lanjut. Hari itu, puluhan gagang cangkir telah ia bersihkan dan disimpan rapi dalam boks plastik bening. Gagang-gagang tersebut nantinya akan dikirimkan kepada Naruna, tempat yang menjadi bagian dari usahanya.
-
Apa yang diharapkan dari komitmen Menkominfo? Abi Rekso selaku Sekretaris Eksekutif Said Aqil Siroj Institute, berharap sikap dan komitmen Menteri Kominfo yang baru ini konsisten.
-
Bagaimana Kemenkominfo menghilangkan kesenjangan digital? 'Saya kira semua berkomitmen menghilangkan yang namanya digital devide sehingga tidak ada yang tertinggal, no one left behind,' tandasnya.
-
Bagaimana Telkom membangun konektivitas di Indonesia? 'Melalui kemitraan kami dengan BW Digital dan sebagai bagian dari keseluruhan 7 sistem kabel bawah laut ICE kami, kami bertujuan untuk menjembatani kesenjangan konektivitas antar data center di negaranegara ini dan membentuk masa depan Lanskap Bawah Laut Asia Pasifik,' ungkap Chief Executive Officer Telin, Budi Satria Dharma Purba.
-
Apa tujuan utama komdigi? Hilirisasi kunci daripada kemakmuran. Karena itu, saya minta menteri-menteri terkait, Menteri Investasi Hilirisasi, Menteri Bappenas, Menteri ESDM dengan beberapa menteri lain dibantu oleh tentu Menko Perekonomian dan Ketua Dewan Ekonomi Nasional, saya minta segera inventarisir proyek-proyek penting dalam program hilirisasi kita,' ujar Prabowo.
-
Bagaimana Telkom memajukan konektivitas digital? 'Inisiatif kabel bawah laut ini menunjukkan komitmen perusahaan dalam memajukan konektivitas digital di Indonesia. Fokus kami adalah memberikan latensi ultra rendah, rute unik dan akses langsung dari data center ke data center, yang kami yakini sebagai langkah signifikan menuju masa depan konektivitas digital di wilayah ini,' ungkap CEO Telin Budi Satria Dharma Purba.
-
Mengapa Kemenkominfo mendorong pendekatan inklusif? 'Kita mengusulkan agar bagaimana digital divide bisa dihilangkan dengan mengedepankan inklusivitas dari semua negara yang mengembangkan AI,' tutur Wamenkominfo Nezar Patria dalam Ministerial Session Regional Approach to Advance Ethical Governance of Artificial Intelligence, di Brdo Congress Centre, Slovenia, Senin (5/2).
“Perasaanku hanya untuk apa, bagi aku, ya, untuk pencari penghasilan,” kata Tugiyem tertawa kecil hingga terlihat giginya yang sudah tanggal di beberapa titik.
Pekerjaan Tugiyem juga dilakoni Ria. Usianya lebih muda. Dia bekerja sebagai ibu rumah tangga yang mengisi waktu luang membuat gagang cangkir espresso. Saban pagi sehabis memasak, membersihkan rumah, mengurus anak dan suami, Ria mulai beraktivitas memilin tanah liat untuk dibentuk gagang cangkir.
“Saya senang aja bisa mencoba hal-hal yang tadinya belum pernah (dilakukan). Alhamdulillah bisa menambah penghasilan, bisa buat jajan anak, buat makan sehari-hari,” ucap Ria bersyukur dengan pekerjaan sampingan yang dilakoninya saat ini.
Berbeda tempat tinggal, Tugiyem dan Ria sama-sama bergabung sebagai anggota Jagadhita. Nama yang diambil dari bahasa sansekerta yang artinya menuju Kesejahteraan Bersama. Kelompok pemberdayaan Jagadhita dibentuk oleh Naruna. Usaha Menengah, Kecil, dan Mikro (UMKM) yang bergerak di bidang kerajinan keramik.
“Ketika kita mau besar, kita juga harus menggandeng sekitar. Temen-temen Jagaditha itu ada yang usianya lanjut. Jadi kami latih. Yang penting kualitasnya sesuai standar kami,” ujar CEO Naruna, Roy Wibisono.
Meski berskala UMKM, Naruna sudah memasarkan produk keramiknya ke pasar mancanegara. Pembelinya berasal dari 16 negara di dunia. Dalam dua tahun terakhir, Naruna sudah banyak mengekspor barangnya ke Eropa.
Kesuksesan Naruna dalam mengembangkan bisnis keramik adalah buah dari kerja keras. Di tengah kompetisi dan proses bisnis yang menuntut efektivitas dan efisiensi, Naruna beruntung sudah sejak lama berkenalan memanfaatkan sarana digitalisasi untuk promosi produknya.
“Dari awal, kita sudah concern memang kita akan fokus memulai dari digital marketing. Karena kita kepepet, gak punya modal yang banyak. Jadi mau gak mau kita harus memulainya dengan digital marketing,” ujar Indra, salah satu pendiri Naruna.
Digitalisasi itu diterapkan Naruna dengan promosi melalui media sosial, marketplace, live streaming, serta berbagai pekerjaan lainnya. Naruna yang awalnya hanya mempunyai 1 orang di bagian produksi dan 3-4 orang di bidang digital marketing kini sudah membesar. Pegawainya bertambah 6 kali lipat menjadi sebanyak 25 pegawai.
“Digital marketing ini biayanya lebih minim tapi jangkauannya bisa lebih luas,” kata pria berkaos hitam saat berada di tengah-tengah ruang kerjanya di Salatiga, Jawa Tengah.
Kesuksesan Naruna inilah yang sekarang turut dirasakan oleh Tugiyem, Rina, dan beberapa perempuan lain yang menjadi anggota Jagaditha. Warga sekitar Nartuna ini secara tak langsung turut kecipratan usaha yang memanfaatkan digitalisasi secara maksimal.
Digitalisasi Mengubah Hidup Para Perintis Usaha
Naruna hanya satu UMKM yang meraih sukses karena digitalisasi. Sudah banyak cerita tentang pengusaha atau perintis bisnis yang usahanya makin berkembang karena memanfaatkan digitalisasi. Potensi yang sudah sejak lama disadari oleh pemerintah khususnya Kementerian Komunikasi dan Digitalisasi (Komdigi).
Wakil Menteri Komdigi, Nezar Patria mengakui betul potensi besar itu. Dari catatannya, saat ini ada 67 juta pelaku UMKM yang telah menyerap 97% lapangan kerja dan berkontribusi hingga 61% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Para pelaku UMKM yang sudah Go Digital ini masuk pada ekonomi baru nan raksasa. Orang yang mendengar skala bisnis ekonomi digital bakal tergiur. Lihat hasil riset terbaru eConomy SEA 2022 yang dibuat Google, Temasek, dan Bain & Company.
Nilai ekonomi digital di Indonesia diprediksi akan mencapai US$77 miliar atau setara dengan Rp1.197,8 triliun (kurs Rp15.557 per US$) pada 2022. Para penyusun laporan ini punya keyakinan ekonomi digital di Indonesia akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara hingga 2030 dengan nilai US$366 miliar.
Di tahun depan tak kalah menggiurkan. Sumbangan e-commerce untuk ekonomi Indonesia diperkirakan membesar menjadi US$ 95 miliar. Menyusul jasa transportasi dan pesan-antar makanan sebesar US$15 miliar, layanan perjalanan online US$10 miliar, serta media online yang tumbuh mencapai US$11 miliar pada 2025.
Tak mengherankan bila dalam 10 tahun terakhir, pemerintahan Presiden Joko Widodo telah menyiapkan pijakan untuk meraih kekuatan baru ekonomi Indonesia itu. Berbagai infrastruktur pendukung disiapkan agar Indonesia tak kehilangan momentum tersebut.
Coba lihat data BAKTI Kominfo. Hingga akhir tahun 2023 total daerah yang sudah tersentuh akses internet mencapai 18.697 lokasi. Dari jumlah itu, 4.063 lokasi menggunakan akses internet SATRIA. Sisanya, 14.634 lokasi memakai akses internet Non-Satria.
Jumlah BTS yang sudah beroperasi tak mau kalah unggul. Indonesia saat ini punya BTS On Air di 7.283 lokasi. Berselancar internet juga semakin kencang karena 5.618 lokasi sudah menggunakan BTS 4G. Sisanya adalah BTS USO yang tersebar di 1.665 lokasi.
Keberadaan akses internet itu bukan sekadar untuk senang-senang. Sebanyak 8.830 atau 47,2% lokasi sebaran akses internet itu melayani kebutuhan pendidikan. Menyusul 5.228 lokasi (28%) untuk kantor pemerintahan, dan 2.614 lokasi (14%) dipakai buat layanan kesehatan.
Layanan akses internet tersebut juga ditujukan untuk pusat kegiatan masyarakat di 736 lokasi (3,9%), 665 lokasi tempat ibadah (3,6%), 334 lokasi pertahanan dan keamanan (1,8%), 137 lokasi wisata (0,7%), 115 lokasi pelayanan usaha (0,6%), dan 38 lokasi transportasi publik (0,2%).
Kebijakan Meaningful Connectivity
Pijakan yang sudah disiapkan satu dekade itu kini akan dibawa ke tahap lebih maju. Kemkomdigi merancang kebijakan meaningful connectivity atau konektivitas bermakna pada 2025-2029. Wamen Nezar Patria menyebut konektivitas bermakna merupakan kunci untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi digital dan mengurangi kesenjangan digital antara wilayah perkotaan dan pedesaan.
Istilah Meaningful Connectivity diperkenalkan United Nations Office of the Secretary-General's Envoy on Technology. Istilah ini mengacu pada lima faktor pemacu konektivitas yaitu Infrastruktur (ketersediaan dan kualitas jaringan mobile dan fixed), Keterjangkauan (koneksi dan perangkat), Perangkat (Akses perangkat mobile dan fixed), Skil (talenta digital), serta Keamanan dan Keselamatan (keamanan konektivitas dan keselamatan navigasi).
Kelima faktor itu diterjemahkan dalam tiga tingkatan konektivitas di sebuah negara. Tiga tingkatan itu adalah Tanpa Konektivitas, Konektivitas Dasar, dan Konektivitas Bermakna.
Di Indonesia, pembangunan infrastruktur digital dalam lima tahun ke depan bertujuan untuk memperluas sekaligus meningkatkan kualitas konektivitas. Saat ini Connectivity yang ada adalah 97% pemukiman terkoneksi dan penetrasi internet sebesar 79,5%.
“Kita sudah terkoneksi sebanyak 97% di daerah pemukiman, tetapi gap kualitasnya masih nyata. Contohnya, kualitas internet di daerah urban jauh lebih baik dibandingkan di rural,” ujarnya.
Gap inilah yang diharapkan bisa ditutupi oleh SATRIA-1, Kepanjangannya, Satelit Republik Indonesia. Membawa memakai teknologi High Throughput Satellite (HTS), SATRIA dengan kapasitas 150 Gbps bisa melayani lebih kurang 150 ribu titik akses internet. Membantu koneksi internet 93.900 titik sekolah dan pesantren, 3.700 titik Puskesmas atau fasilitas kesehatan, serta 3.900 titik layanan keamanan masyarakat (Kamtibmas) di wilayah 3T untuk mendukung kebutuhan administrasi keamanan dan ketertiban masyarakat.
SATRIA juga bisa menjangkau 47.900 titik kantor desa/kelurahan/kecamatan dan pemerintah daerah lainnya. Tugasnya membantu mengoptimalkan pelayanan sistem pemerintahan berbasis elektronik atau SPBE secara efisien dan efektif. Belum lagi 600 titik layanan publik lain dan 45 juta masyarakat Indonesia yang selama ini belum terjangkau akses internet bisa mengaksesnya melalui SATRIA-1.
Tak cuma infrastruktur, Kementerian Komdigi juga bertekad mengawal ekonomi masa depan Indonesia itu dengan mencetak talenta digital. Upaya yang sangat besar karena adopsi kecerdasan buatan (AI) di Indonesia, diakui Wamen Komdigi, masih berada pada tahap awal.
Usaha yang sudah berjalan lewat program Digital Talent Scholarship (DTS) sejak 2018. Program ini hadir untuk memenuhi kebutuhan talenta digital lewat pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan daya saing, produktivitas, serta profesionalisme SDM bidang teknologi informasi dan komunikasi, kepada berbagai lapisan masyarakat seperti, angkatan kerja muda, masyarakat umum, aparatur sipil negara, hingga entrepreneur.
Ada delapan Akademi dalam program DTS, yaitu Fresh Graduate Academy (FGA), Vocational School Graduate Academy (VSGA), Thematic Academy (TA), Professional Academy (ProA), Government Transformation Academy (GTA), Digital Entrepreneurship Academy (DEA), Digital Leadership Academy (DLA), dan Talent Scouting Academy (TSA).
DTS punya target 100 ribu peserta saban tahun. Program ini telah bekerja sama dengan 130 lebih mitra pelatihan, seperti Glotech, Edutech, serta perguruan tinggi dari dalam dan luar negeri. Sejak diluncurkan pada 2018, telah ribuan peserta ikut DTS.
Menurut data Kemenkominfo, sebanyak 964 peserta mengikuti DTS. Pada 2019 naik menjadi 26.826 peserta, setahun berselang menjadi 58.116 peserta, pada 2021 meningkat lagi menjadi 123.412 peserta.
Tahun 2022, peserta DTS melonjak menjadi 242.862. Pada tahun 2023, peserta DTS tercatat sebanyak 11409 dan hingga Agustus 2024, peserta DTS tercatat 94.533 peserta.
Harus diakui pekerjaan membangun konektivitas bermakna bukan kerja 1-2 hari. Namun peluang itu ada dan sangat bisa diwujudkan. Apalagi kebermanfaatannya sudah dirasakan Naruna bersama Tugiyem, Rina, dan anggota kelompok Jagaditha.
Digitalisasi usaha Naruna telah mengubah kehidupan warga sekitar. Bukan Naruna semata yang merasakan nikmatnya akses komunikasi dan digitalisasi yang lebih mudah.