Hari kopi sedunia, 2 ribu gelas kopi dibagikan gratis di Purwokerto
Merdeka.com - Hari kopi internasional tiap tanggal 1 Oktober, mungkin masih terasa asing di telinga masyarakat Indonesia secara umum. Namun di Purwokerto, Jawa Tengah, perayaan hari kopi internasional dilakukan dengan cara yang menarik. Sejumlah komunitas kopi dari mulai petani hingga penikmat kopi membagikan kopi gratis siap minum kepada khalayak luas.
Agenda yang diinisiasi komunitas Juguran Kopi dari beberapa wilayah Eks Karesidenan Banyumas tersebut dilaksanakan di Jalan HR Bunyamin Purwokerto di depan Kampus Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed). Dalam acara ini dibagikan sebanyak 2 ribu cup kopi kepada masyarakat pengguna jalan yang melintas di wilayah tersebut.
Menurut ketua panita Happy International Coofe Day, Dwiki Okta Pradita, momen tersebut menjadi sangat penting untuk memperkenalkan ragam kopi lokal yang ada di Banyumas, Jawa Tengah. Menurutnya selama ini masyarakat hanya mengetahui kopi kemasan pabrikan yang sudah dicampur dengan berbagai macam bahan.
-
Mengapa Pesta Rakyat Kopi Gombengsari diadakan? Kami mengadakan festival ini sebagai upaya membantu desa untuk mempromosikan kopi setempat. Agar apa yang telah dilakukan desa lebih dikenal secara luas,“ kata Ipuk.
-
Apa yang membuat kopi kekinian populer di Indonesia? Dominasi populasi anak muda Indonesia yang terdiri dari generasi Y dan X menciptakan gaya hidup baru dalam mengonsumsi kopi.
-
Dimana kopi Priangan terkenal? Karena terkenalnya kopi dari Jawa Barat, orang Eropa menyebutnya a cup of Java Mereka tidak menggunakan istilah secangkir kopi, tetapi secangkir Java.
-
Produk lokal apa yang terkenal di dunia? Tak banyak yang tahu banyak produk-produk yang terkenal di dunia ternyata berasal dari Indonesia. Wajar saja, sebab produk tersebut umumnya menggunakan merek dengan bahasa asing.
-
Apa saja kreasi kopi yang pernah populer? Selain memiliki rasa segar dan gampang dibikin, ternyata alasan populernya aneka kreasi minuman tersebut adalah terletak pada keunikan yang masing-masing miliki.
-
Apa manfaat produk lokal bagi budaya Indonesia? Meningkatnya kecintaan masyarakat terhadap produk lokal, tidak hanya sekadar mencerminkan perubahan pola konsumsi, tetapi juga menjadi bukti nyata, semakin kuatnya komitmen dalam melestarikan dan menghargai warisan budaya Indonesia.
"Ini edukasi kami kepada masyarakat di Purwokerto dan sekitarnya untuk memberikan satu cup kopi murni tanpa campuran gula dan susu. Agar mereka mengetahui kopi asli yang langsung diseduh. Tetapi jika warga ada yang ingin mencampur dengan gula dan kopi, kami juga sediakan," ujarnya, Minggu (2/10).
Ia menambahkan, banyak warga yang belum mengetahui kopi lokalnya sendiri atau kebiasaan mengopi yang belum terekspos secara luas. Lewat agenda hari kopi internasional, Dwiki berharap masyarakat bisa melihat secara langsung pengolahan kopi mulai dari kopi biji hingga siap seduh.
"Pengenalan kopi fresh, mulai dari biji hingga hingga menyeduhkannya kita perlihatkan di sini. Karena kami sadar, kultur di Indonesia tidak semuanya budaya kopi, walau sebenarnya di Banyumas ada satu desa yang memiliki budaya kopi yang kental, saya pernah ke sana dan mereka mengolah biji kopinya dengan disangrai hingga (warna biji kopi) gelap," jelasnya.
Dukungan acara yang kali kedua digelar tersebut, Dwiki menjelaskan sedikitnya terkumpul sebanyak 25 kilogram biji kopi yang berasal dari sumbangan berbagai kedai dan rumah kopi yang ada di Eks Karesidenan Banyumas.
Sementara itu, Koordinator Juguran Kopi Banyumas, Benny Indrawan mengatakan sebenarnya ada berbagai macam potensi kopi lokal yang berasal dari wilayah Banjarnegara, Banyumas, Wonosobo dan Purbalingga yang dikenalkan dalam agenda tersebut.
"Dari Purwokerto sendiri ada kopi yang berasal dari wilayah Baturraden jenis robusta yang ditanam di sekitaran lereng Gunung Slamet. Kemudian, arabika kebanyakan dari wilayah Banjarnegara dan Purbalingga. Kalau dari segi rasa, berbeda antara kopi yang ada di Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera dan wilayah lainnya," kata Benny.
Ia mengungkapkan, kopi dari wilayah Jawa memiliki keunikan karena ditanam di tanah yang berbeda. Benny mencontohkan, kopi penakir dari lereng Gunung Selamet wilayah Pemalang yang rasanya lebih manis dibanding kopi lainnya.
"Kalau untuk rasanya, kopi penakir lebih sweet dan seimbang antara acid (asam) dan bitter (pahit)-nya. Untuk rasa acid seperti rasa markisa sedangkan manisnya mendekati gula aren," ujarnya.
(mdk/sho)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Produksi kopi rakyat di Banyuwangi bisa mencapai 10.600 ton per tahun.
Baca SelengkapnyaBerbagai keseruan dunia perkopian dihadirkan dalam Pesta Rakyat Kopi Gombengsari, 8-13 Agustus 2023
Baca SelengkapnyaKabupaten Batang memiliki 3 kopi khas yang nikmat saat diseduh.
Baca SelengkapnyaPara pengunjung disambut dengan beragam pilihan kopi, mulai dari arabika dan robusta hingga house blend khas racikan warga
Baca SelengkapnyaProvinsi Sumsel merupakan salah satu sentra produksi kopi nasional dengan area seluas 250.305 hektar pada tahun 2020.
Baca SelengkapnyaTradisi unik ini hanya bisa ditemui di Majalengka.
Baca SelengkapnyaJenis-jenis kopi Indonesia yang sudah mendunia dengan cita rasa khas dan unik.
Baca SelengkapnyaProklim Lestari adalah penghargaan tertinggi bagi desa yang memiliki kegiatan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK).
Baca SelengkapnyaPengunjung bisa melihat langsung proses pengolahan kopi sembari menikmati pemandangan sejuk nan indah
Baca SelengkapnyaMau begadang minum kopi, kumpul-kumpul bareng sambil ngopi, melepas penat dengan kopi.
Baca SelengkapnyaAreal panen kopi di Indonesia rata-rata seluas 1.25 juta ha/tahun.
Baca SelengkapnyaPenjabat (Pj) Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Agus Fatoni menyebut Provinsi Sumsel menjadi daerah penghasil kopi terbesar dan terluas di Indonesia.
Baca Selengkapnya