Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Hasto Beberkan Pentingnya Teori Geopolitik Soekarno Hadapi Kondisi Bangsa saat Ini

Hasto Beberkan Pentingnya Teori Geopolitik Soekarno Hadapi Kondisi Bangsa saat Ini Hasto Kristiyanto. ©2023 Merdeka.com

Merdeka.com - Dosen Universitas Pertahanan (Unhan) RI yang juga Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto memaparkan betapa penting dan relevannya teori geopolitik Soekarno dalam menghadapi kondisi aktual dunia serta bangsa pada saat ini.

Hal itu disampaikan Hasto saat memberi kuliah umum sekaligus berdiskusi dengan Peserta PPRA LXV dan PPSA XXIV Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI, pada Senin (17/4/2023), di Jakarta. Gubernur Lemhannas Andi Wijayanto membuka acara itu, dan peserta diikuti oleh ratusan siswa dari berbagai latar belakang militer maupun sipil.

Hasto sempat ditanya oleh para peserta soal teori geopolitik Soekarno yang bersubstansi sangat baik, namun kurang terlihat dalam praktik pemerintahan di masa kini. Hasto menjawab bahwa selama ini Indonesia terlalu inward looking, jago kandang, dan lupa bahwa Indonesia dilahirkan untuk jadi pemimpin di antara bangsa-bangsa. Geopolitik Soekarno, yang dibangun oleh para pendiri bangsa, banyak dilupakan.

“Atas dasar hal tersebut, teori geopolitik Soekarno kami konstruksikan secara akademis dengan mixed method multiphase sehingga bisa dipertanggungjawabkan secara akademis," ujar Hasto.

Proses panjang de-Soekarnoisasi yang terjadi selama ini ikut menyebabkan pelaksanaan politik luar negeri dan pertahanan kehilangan daya imajinasi dan spiritnya di dalam membangun persaudaraan dunia.

“Indonesia seharusnya memainkan global leadershipnya secara komprehensif yang berbekal daya imajinasi tentang tata dunia baru dimana sistem internasional yang anarkis harus direform melalui demokratisasi di PBB,” kata Hasto lebih lanjut.

Berkaitan dengan itu, maka Indonesia harus melihat keluar, outward looking, dan membangun kapasitas maupun kemampuan dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk penguasaan iptek, olah raga, budaya, pangan dan lain-lain.

“Akibat de-Soekarnoisasi yang sudah terlalu lama, kita terlalu lama meninggalkan pemikiran geopolitik Soekarno, Hatta, dan para bapak pendiri bangsa lainnya. Kondisi saat ini adalah akumulasi dari berpuluh tahun proses tersebut,” kata Hasto.

Di dalam kuliah umumnya, Hasto memberi pemaparan panjang soal teori geopolitik Soekarno, yang merupakan hasil penelitian disertasinya di Unhan RI. Dari latar belakang permasalahan, pengayaan akademik, penelitian hingga kesimpulan.

Hasto menyampaikannya dengan bersemangat dan mampu menarik perhatian para peserta yang sangat serius mendengarkannya. Berbagai contoh-contoh kasus yang aktual disampaikan, termasuk menyangkut pengalaman Indonesia dengan berbagai negara di dunia.

Intinya, ujar Hasto, pemikiran geopolitik Soekarno bertumpu pada beberapa poin. Yakni didasarkan pada ideologi Pancasila; bertujuan membangun tata dunia baru; berdasarkan prinsip bahwa dunia akan damai apabila bebas dari imperialisme dan kolonialisme. Lalu bertumpu pada pentingnya menggalang solidaritas bangsa berdasarkan prinsip koeksistensi damai (peaceful coexistence); berorientasi pada struktur dunia yang demokratis, sederajat dan berkeadilan.

“Kekuatan pertahanan negara dibangun untuk menjaga perdamaian dan sebagai benteng bagi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa,” ujar Hasto.

Menurut Hasto, untuk bisa mewujudkan teori tersebut di dalam praktik pemerintahan Indonesia, harus dimulai dari perubahan mentalitas dan kepemimpinan nasional. Pada titik itulah Lemhannas memiliki posisi serta peran yang penting.

“Lemhannas menjadi ruang dan medium penting agar para pemimpin Indonesia berani membuat ide imajinasi untuk masa depan dan bangsa. Dan di Lemhannas ini sipil, militer dan kelompok fungsional atas dasar profesi juga blended,” ujar Hasto.

“Pemimpin Indonesia dari pusat sampai daerah harus paham geopolitik. Kesadaran geopolitik juga harus ditanamkan kepada rakyat Indonesia. Harus ditanamkan dalam pikiran rakyat Indonesia bahwa Indonesia adalah negara besar, yang segala tindakannya juga harus mencerminkan sebagai negara besar dan kuat,” tambah Hasto.

Ke depan, lanjutnya, pemahaman geopolitik harus jadi bagian utama perumusan kebijakan strategis pemerintahan. Misalnya, Kementerian Pertahanan, Kementerian Luar Negeri, hingga Kementerian Keuangan, harus bisa berpadu dalam sebuah kebijakan yang memperhitungan geopolitik.

“Syarat utama mengatasi kelemahan selama ini adalah bangun self confidence, ciptakan hukum internasional, perkuat diplomasi pertahanan, perdagangan ekonomi, dan perkuat kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lalu harus diingat, tanpa kemampuan pemimpin intelektual dan visioner, kita tak punya masa depan,” tegas Hasto.

Hasto memberi salah satu contoh bagaimana pentingnya self confidence. Sering orang merasa tak bisa maju jika tak menguasai bahasa Inggris. Padahal Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, bisa maju tanpa perlu menguasai bahasa Inggris.

“China, Jepang, Korea maju bukan karena kuasai bahasa Inggris, tapi karena mentalitas juang mereka. Maka itu yang penting,” tekan Hasto.

Kepada Lemhannas, Hasto mengingatkan agar lembaga itu mampu mengingatkan serta mengaktualisasikan lagi pemikiran geopolitik para pendiri bangsa. Sehingga nantinya para pemimpin yang dididik oleh lembaga itu mampu menjadi pemimpin Indonesia di masa depan yang memiliki kepercayaan diri yang kuat.

Hasto juga menekankan pentingnya pemimpin masa depan memiliki force projection, atau memanfaatkan semua potensi sumber daya yang ada untuk kepentingan nasional sesuai dengan tujuan bernegara. Ia lalu menyumbangkan buku Mustika Rasa, satu-satunya mahakarya buku resep makanan asli Indonesia yang dibuat era Presiden Soekarno.

“Saya berikan ini untuk perpustakaan Lemhannas. Ini buku Mustika Rasa. Di buku ini dikumpulkan semua bahan makanan dan resep asli Indonesia. Ini bagian dari force projection di bidang pangan. Mari bangun hegemoni kita di bidang pangan dan bumbu-bumbuan karena ini adalah bagian dari kekuatan kita,” tandas Hasto.

(mdk/eko)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sejarah Poros Jakarta-Pyongyang-Peking, Rumusan Politik Luar Negeri Soekarno yang Anti Barat
Sejarah Poros Jakarta-Pyongyang-Peking, Rumusan Politik Luar Negeri Soekarno yang Anti Barat

Di masa Demokrasi Terpimpin Presiden Soekarno merumuskan politik luar negeri yang cenderung anti barat dan memihak kepada negara-negara Komunis.

Baca Selengkapnya
Hasto Tantang Mahasiswa Bikin Konferensi Mahasiswa Asia-Afrika
Hasto Tantang Mahasiswa Bikin Konferensi Mahasiswa Asia-Afrika

Hasto menantang mahasiswa untuk menggelar konfrensi Mahasiswa Asia-Afrika.

Baca Selengkapnya
PDIP Sentil Pembangunan IKN Harusnya Tiru Soekarno, Bukan Mengemis pada Modal Investor
PDIP Sentil Pembangunan IKN Harusnya Tiru Soekarno, Bukan Mengemis pada Modal Investor

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto meminta pemerintah meniru Presiden pertama RI Soekarno saat membangun IKN Nusantara.

Baca Selengkapnya
PDIP Desak Prabowo Minta Maaf Usai Sebut Bung Karno Pakai Alutsista Bekas
PDIP Desak Prabowo Minta Maaf Usai Sebut Bung Karno Pakai Alutsista Bekas

Hasto menganggap keliru calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto soal Presiden ke-1 RI Soekarno gunakan alutsista bekas saat bebaskan Irian Barat.

Baca Selengkapnya
Azisoko Harmoko Ingatkan Pentingnya Menghormati Jasa Pemimpin, Termasuk Soeharto
Azisoko Harmoko Ingatkan Pentingnya Menghormati Jasa Pemimpin, Termasuk Soeharto

Keberhasilan pada era Presiden Soeharto, yang membuat Indonesia dijuluki ‘Macan Asia’ merupakan hasil dari perencanaan yang matang.

Baca Selengkapnya
Ketua MPR: Perang Rusia-Ukraina Isyaratkan Pertahanan Negara Harus Multidimensional
Ketua MPR: Perang Rusia-Ukraina Isyaratkan Pertahanan Negara Harus Multidimensional

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengatakan, perang Rusia-Ukraina mengisyaratkan pertahanan negara harus dimaknai sebagai konsep holistik.

Baca Selengkapnya
Jelang Debat Pertahanan, Sekjen PDIP: Apa Prestasi Prabowo Sebagai Menhan?
Jelang Debat Pertahanan, Sekjen PDIP: Apa Prestasi Prabowo Sebagai Menhan?

Gagasan yang digaungkan oleh Ganjar Pranowo berbeda dengan Prabowo Subianto.

Baca Selengkapnya
Hasto PDIP Nilai Pembangunan Indonesia Harus Kembali ke Konsep Maritim, Ini Alasannya
Hasto PDIP Nilai Pembangunan Indonesia Harus Kembali ke Konsep Maritim, Ini Alasannya

Hasto Kristiyanto PDIP menyampaikan pentingnya Indonesia mewujudkan konsep Berdikari Bung Karno

Baca Selengkapnya
Sekjen PDIP: Apakah Memindahkan Ibu Kota Membuat Kita Hebat?
Sekjen PDIP: Apakah Memindahkan Ibu Kota Membuat Kita Hebat?

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, menyinggung soal pemindahan ibu kota negara oleh pemerintah di peringatan hari lahir Bung Karno ke-123.

Baca Selengkapnya
TAP MPRS No XXXIII/MPRS/1967 Dicabut, Momen Kembalikan Martabat Presiden Soekarno
TAP MPRS No XXXIII/MPRS/1967 Dicabut, Momen Kembalikan Martabat Presiden Soekarno

Soekarno tak pernah diberi kesempatan membersihkan namanya.

Baca Selengkapnya
Kisah Soekarno di Bandung, Rela Belajar Bahasa Sunda untuk Serap Aspirasi Warga
Kisah Soekarno di Bandung, Rela Belajar Bahasa Sunda untuk Serap Aspirasi Warga

Sokearno pernah memenangkan hati warga Bandung dan Jawa Barat lewat pemikirannya

Baca Selengkapnya
Nasib Soekarno Setelah Lengser hingga Meninggal Dunia
Nasib Soekarno Setelah Lengser hingga Meninggal Dunia

Hidup Soekarno semakin parah usai dilengserkan dari kursi presiden.

Baca Selengkapnya