Hidupi adik kandung, remaja di Karanganyar sekolah sambil jualan cilok
Merdeka.com - Patut dicontoh, di era milenial seperti ini masih ada seorang remaja yang mau dan tak malu bekerja untuk bertahan hidup dan sekolahnya. Adalah Ayu Riski Susilowati, siswi kelas XII jurusan Akutansi SMK Bhakti Karya, Karanganyar yang setiap hari berjualan cilok, disela kegiatan sekolah dan belajar di rumah.
Ayu atau Ida, demikian dia biasa disapa, adalah warga Dukuh Kebonagung RT 06 RW 06, Desa Suruh, Kecamatan Tasikmadu, Karanganyar. Sudah setahun ini rela berjualan cilok, setelah ditinggal ibunya Tumiyati (52) yang bekerja di Bekasi. Sedangkan ayahnya Sukirno meninggal dua tahun lalu.
Kepada wartawan, Ayu mengaku tinggal di rumah orang tuanya itu bersama adik kandungnya, Sudrajat Ariayat Moko Saputra, yang juga masih duduk di bangku sekolah. Ayu terpaksa harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup dan membayar sekolah. Karena uang dari ibunya tak mencukupi.
-
Apa profesi Inong Ayu? Walaupun saat ini fokus sebagai ibu rumah tangga, publik mungkin tahu bahwa Inong Ayu dulunya adalah seorang artis dan model.
-
Kenapa ibu Aditya harus berjualan gorengan? Ia juga tak punya BPJS ataupun jaminan kesehatan lain yang bisa dipakai untuk menebus kesembuhan Aditya', lanjut keterangan unggahan.
-
Apa pekerjaan orang tua Sarijaya? Ayahnya sehari-hari bekerja sebagai buruh tobong labor atau perajin gamping. Sementara ibunya, Sumirah, merupakan pedagang gula jawa yang setiap hari berkeliling menyusuri jalanan di Kota Yogyakarta untuk menjajakan dagangannya.
-
Siapa pemilik Bubur Ayam Ko Iyo? Pengelola Bubur Ayam Ko Iyo, Hary Siswandy mengatakan bahwa resep, cara membuat, hingga cara menyajikannya tidak pernah dia ubah sejak dahulu.
-
Dimana warung nasi lengko Ibu Tiri berada? Salah satu tempat menyantap nasi lengko yang terkenal di Indramayu adalah Warung Ibu Tiri yang berlokasi di Jalan Veteran, Kelurahan Lemah Abang, Kecamatan Indramayu.
-
Siapa yang tinggal di Kampung Mati Cigerut? Teteh Intan mengaku sudah empat tahun tinggal di kampung itu.
Berjualan cilok, akhirnya menjadi pilihan Ayu untuk menghasilkan rupiah. Ia pun harus pintar membagi waktu agar sekolahnya juga berjalan lancar. Jualan cilok ia lakukan pada pagi hari sebelum kegiatan sekolah dimulai. Jika dagangannya belum habis, ia akan menjualnya lagi saat pulang sekolah.
Untuk bisa berjualan cilok, Ayu harus memasaknya sendiri dengan bumbu yang juga ia racik sendiri. Usai pulang sekolah ia tidak lupa mampir ke pasar untuk membeli bahan dan kelengkapan lainnya.
"Belanjanya kalau pulang sekolah, saya beli bahan-bahan untuk membuat cilok. Beli terigu, tepung kanji, wortel, bayam, telur dan kacang," ujar Ayu saat ditemui di sekolahnya, Selasa (23/10).
Untuk memasak cilok, Ayu membagi waktu seusai belajar malam. Seluruh kegiatan Ayu bahkan sudah terjadwal di telepon genggam miliknya. Pukul 20.30 ia mulai belajar, selepas itu ia mulai mempersiapkan bumbu dan bahan perlengkap lainnya. Setelah tidur sejenak, Ayu kemudian bangun pukul 02.30 untuk memasak bahan yang telah disiapkan.
"Saya bangun jam 2.30 untuk meracik adonan dan bumbu-bumbu, kemudian memasak hingga matang. Pagi sudah matang," jelasnya.
Ayu mengaku tak menemui kesulitan meski harus membagi waktu dan mengerjakannya sendiri. Gadis dengan 9 saudara itu mengaku sudah terbiasa dengan rutinitas tersebut.
"Sudah biasa, sudah setahun ini, sejak saya kelas XI. Kalau merebus cilok, saya tinggal untuk siap-siap ke sekolah. Kalau semua sudah siap, tinggal membawanya ke sekolah," jelasnya lagi.
Untuk bisa membawa barang dagangannya, ia menyiapkan sebuah dandang kecil. Selanjutnya dandang berisi cilok racikannya dimasukkan ke dua kotak yang di pasang di kursi pembonceng di sepeda.
"Saya berangkat ke sekolah lebih awal pukul 06.15, biar bisa jualan dan tidak terlambat saat masuk sekolah. Jaraknya cukup jauh, lebih dari 3 kilometer," ucapnya.
Dengan menaiki sepeda, Ayu tak lupa mengenakan caping penutup kepala peninggalan neneknya. Ia pun berangkat ke sekolah sembari menjajakan makanan olahannya sendiri. Tak harus malu, Ayu mengatakan, yang penting halal dan bisa membantu orang tua.
Ayu merupakan anak ketujuh dari 10 bersaudara. Beberapa kakaknya sudah menikah dan tinggal di rumah sendiri.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Setelah ibunya meninggal, Iky dan ketiga adik balitanya dan sang nenek mengontrak rumah. Ayahnya pergi meninggalkan mereka tanpa kabar.
Baca SelengkapnyaTanggung jawab itu dipikul Iki setelah ibunya sakit lalu meninggal dan ayahnya minggat dua tahun lalu.
Baca SelengkapnyaKisah bocah bernama Rido itu viral setelah videonya berjualan pentol diunggah akun @ayokulineryuk.
Baca SelengkapnyaDi tengah rasa duka yang masih menyelimuti, dia kembali dihadapkan dengan situasi pelik.
Baca SelengkapnyaKisah hidup Adit, remaja yang putus sekolah demi cari uang untuk bantu perekonomian keluarga.
Baca SelengkapnyaAksi bocah baru lulus SD jualan tahu bulat keliling ini viral, banjir simpati.
Baca SelengkapnyaIa terpaksa harus berjualan di bawah terik sinar matahari karena ingin meraih impian namun terhalang kondisi perekonomiannya.
Baca SelengkapnyaKisah ibu Ita, 20 tahun jualan bubur sumsum keliling hingga bisa kuliahkan anaknya.
Baca SelengkapnyaBerikut kisah Ayu gadis 11 tahun yang rela jualan gorengan di sekolah demi hidupi Ibu ODGJ dan sang nenek.
Baca SelengkapnyaMomen haru penjual cilok saat diberi uang lebih oleh pembeli.
Baca Selengkapnya. Usai ibunya meninggal, ayahnya menikah lagi dan menitipkannya pada tetangga.
Baca SelengkapnyaDengan modal terbatas, Dicky merintis usaha martabak di pelataran rumahnya. Dia sempat ragu dan takut memulai usaha.
Baca Selengkapnya