Hingga akhir hayatnya, Pak Raden bersahaja dan dekat dengan anak
Merdeka.com - Dunia seni tanah air kembali kehilangan figur yang berbakat. Malam tadi sekitar pukul 22.00 WIB, pencipta karakter Si Unyil, Drs Suyadi atau akrab disapa Pak Raden tutup mata pada usia 82 tahun di RS Pelni, Jakarta Pusat, Jumat (30/10).
Pak Raden (28 November 1932-30 Oktober 2015) sebenarnya mempunyai nama asli yakni, Raden Suyadi Sabekti Wirjokoesoemo. Namun sehari-hari, Pak Raden enggan mengenakan nama Sabekti Wirjokoesoemo diujung namanya. Menurut keponakannya, Rudi, nama Sabekti Wirjokoesoemo adalah nama ayahnya yang masih keturunan ningrat di Yogyakarta. Namun ketika masa penjajahan, Pak Raden melepaskan nama lalu mengungsi ke Jawa Timur.
"Dulu kan zaman penjajahan. Banyak pejuang termasuk dirinya lari ke Jawa Timur. Dia lebih suka nama Raden Sayadi saja. Nama ayahnya ia lepaskan dengan alasan waktu itu," cerita Rudi di rumah duka, Jl. Petamburan, No. 27 Jakarta Pusat, Sabtu (31/10).
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kenapa warga sekitar tidak terganggu dengan kuburan di depan rumah mereka? Warga sekitar mengaku bahwa mereka sudah terbiasa tinggal bersebelahan dengan kuburan. Bahkan mereka mengatakan hal itu bisa menjadi sebuat pengingat akan kematian.
-
Apa saja tanda-tanda anak yang tidak mau ngedot? Tidak semua penolakan dot terlihat sama. Ada berbagai tanda bahwa anak kesulitan minum susu botol, di antaranya yaitu: Berpaling dari botol Tersedak atau rewel saat puting botol mendekati mulut mereka Tidak dapat mengunci/menekan puting botol dan memerah susu Mengunyah puting botol Sputtering atau batuk saat makan Tidak bisa menelan seteguk susu sepenuhnya, sehingga beberapa menetes dari mulut mereka
-
Kenapa anak laki-laki kedua sering merasa tertekan untuk mengikuti jejak kakaknya? Sebagai anak kedua, laki-laki ini sering merasakan tekanan untuk mengikuti jejak kakak mereka.Mereka mungkin merasa perlu membuktikan diri dan menemukan cara lain dari bayang-bayang kakak mereka.
-
Kapan bayi tersebut meninggal? Penanggalan radiokarbon mengonfirmasi bahwa keduanya meninggal antara tahun 1616-1503 SM.
-
Dimana keluarga tersebut tinggal? Para korban tinggal di rumah kontrak karya di Dusun Boro Bugis RT 03, RW 10, Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.
Suyadi merupakan lulusan seni rupa Institut Teknologi Bandung (1952-1960) lalu meneruskan belajar animasi ke Prancis (1961-1963). Sebelum meninggal ia membawa andil dalam memperjuangkan seni di tanah air. Salah satunya adalah menciptakan karakter Si Unyil tahun 80-an.
Meski dikenal publik, Pak Raden yang memilih lajang seumur hidup ini juga tak mempunyai kehidupan mewah layaknya para selebritis terkenal. Pak Raden justru tinggal di perumahan yang dijatahkan Prosuksi Film Nasional (PFN) ketika dia mulai kontrak siaran Si Unyil.
"Dia tidak mempunyai rumah. Dia dulu tinggal di rumah yang diberikan PFN," cerita Rudi.
Ketika keluar dari PFN, Pak Raden juga disuruh keluar dari rumah yang ditempatinya itu. Keluarganya pun lantas memberikan dia rumah yang sekarang.
"Ini rumah ibu saya. Tapi karena Pak Raden gak punya rumah maka ibu persilakan dia tinggal di sini," papar dia.
Kedua saudari Pak Raden, Seswati Suhario (90) dan Kartini juga menceritakan masa hidup sang adik. Meski terus berkarya, Pak Raden tetap memilih tinggal di rumah sempit dan nyaris tanpa halaman ini.
"Adik saya itu (Pak Raden) seniman yang sangat sederhana. Ia tidak mau berlebihan," kata Seswati di rumah duka.
Ia menuturkan, ketika masih berjaya di masa lampau, Pak Raden juga tidak mau beranjak dari rumahnya kini. Sebab anak nomor tujuh dari sembilan bersaudara ini menyukai anak-anak di sekitar rumahnya.
"Dulu waktu jaya-jayanya Pak Raden tidak mau pindah ke perumahan. Alasannya, kalau di perumahan, dia (Pak Raden) gak bisa dekat dengan anak-anak. Makanya dia tinggal di sini terus," ucapnya.
Rumah yang didiami sang almarhum adalah sebuah bangunan yang begitu sederhana dengan ukuran panjang 10 meter dan lebar 5 meter. Bangunan tersebut menyempit di antara rumah-rumah yang serupa.
Tak hanya itu, kediaman Pak Raden berada di lorong sempit yang hanya bisa dilalui sepeda motor. Di sinilah Pak Raden menghabiskan hari-harinya sampai ia mengembuskan napasnya terakhirnya. (mdk/war)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dia berjanji akan mengajak ayahnya pergi ke masjid dekat rumah ketika pulang nanti.
Baca SelengkapnyaDi momen pertemuan ini, sang ibu membawa jarik seolah akan menggendong anaknya yang saat itu hilang saat ia duduk di kelas 3 atau 4.
Baca SelengkapnyaMang Peno turut menunjukkan jaket lamanya yang jadi saksi bisu kehangatan hubungannya dengan sang putra.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Anak perempuan di Duren Sawit dibantu sang adik saat bunuh ayah
Baca SelengkapnyaSejak nama putrinya, Wanda Tri Agustini dipanggil, ayahnya tampak berjalan mewakili putrinya wisuda dengan langkah yang berat.
Baca SelengkapnyaKehidupan orangtua Lesti tak berubah. Mereka tetap sederhana dan apa adanya.
Baca SelengkapnyaTersangka Pembunuhan Pria Terbungkus Sarung di Tangsel Dibantu Pedagang Soto, Begini Perannya
Baca SelengkapnyaLetjen TNI (Purn) Edy Rahmayadi mengisi waktu luang dengan berkendara hingga bertemu anak-anak.
Baca SelengkapnyaAyah ini dengan percaya diri dan bangga buah hatinya yang masih SD menang lomba menggambar dan mewarnai di hadapan Agus Subiyanto.
Baca Selengkapnya