IDAI Terbitkan Panduan Isolasi Mandiri Ketika Anak dan Keluarga Terpapar Covid
Merdeka.com - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menerbitkan panduan isolasi mandiri (isoman) untuk anak-anak dan keluarga yang positif Covid-19.
Dilansir dari Antara, Kamis (1/7), mengutip panduan resmi IDAI, terdapat sejumlah syarat yang harus diperhatikan orang tua saat isolasi mandiri anaknya. Pertama, anak yang positif Covid-19 tidak bergejala (asimptomatik), atau bergejala ringan seperti batuk, pilek, demam, diare, muntah, dan ruam-ruam.
Syarat selanjutnya adalah anak aktif dan bisa makan-minum. Orang tua juga harus menerapkan etika batuk kepada anak dan memantau gejala atau keluhan. Orang tua juga perlu melakukan pemeriksaan suhu tubuh 2 kali sehari (pagi dan malam). Lingkungan rumah/kamar juga disarankan memiliki ventilasi yang baik.
-
Apa saja gejala demam pada anak? Gejala demam pada anak adalah peningkatan suhu tubuh yang mencapai 38°C atau lebih bila diukur dengan termometer. Gejala lain yang dapat menyertai demam pada anak tergantung pada penyebabnya.
-
Apa tanda-tanda demam berdarah pada anak? Tanda-tanda demam berdarah pada anak biasanya ditandai dengan demam tinggi 3 hingga 14 hari. Awalnya, kondisi ini tidak menunjukkan tanda-tanda gejala sama sekali. Terutama bagi anak yang sebelumnya belum pernah menderita DBD.
-
Apa yang dimaksud dengan kejang demam pada anak? Kondisi tersebut dikenal dengan kejang demam. Kejang demam pada anak atau yang sering disebut penyakit step terjadi akibat adanya kenaikan suhu tubuh alias demam yang tinggi. Pada umumnya, demam tinggi itu disebabkan oleh adanya inveksi virus ataupun bakteri.
-
Mengapa demam terjadi pada anak? Demam merupakan respons alami tubuh terhadap infeksi atau penyakit.
-
Kenapa anak menggigil? Tubuh anak bisa menggigil karena berbagai alasan, tetapi secara umum, menggigil adalah cara tubuh untuk menghasilkan panas dan menjaga suhu tubuh normal.
-
Apa tanda-tanda anak kelelahan panas? Kelelahan panas terjadi ketika tubuh kehilangan terlalu banyak cairan dan elektrolit akibat paparan panas yang berkepanjangan. Anak yang bermain di luar ruangan pada suhu tinggi lebih rentan terhadap kelelahan panas.
IDAI menambahkan, orang tua tetap bisa mengasuh anak yang positif Covid-19. Orang tua atau pengasuh disarankan yang risiko rendah terhadap gejala berat Covid-19.
Jika ada anggota keluarga yang positif, maka dapat diisolasi bersama. Namun, jika orang tua dan anak berbeda status Covid, disarankan berikan jarak tidur 2 meter, di kasur terpisah. Jangan lupa, penting bagi orang tua untuk memberikan dukungan psikologis pada anak.
Ada pun protokol isoman yang direkomendasikan oleh IDAI. Pertama, adalah dengan tetap di rumah, menggunakan masker, menjaga jarak, rajin cuci tangan, dan menerapkan etika batuk.
Anak usia 2 tahun ke atas atau yang sudah dapat menggunakan dan melepaskan masker, dianjurkan untuk tetap menggunakan masker di rumah, dan terpasang tepat.
Berikan "istirahat masker" jika anak berada di ruangan sendiri atau ada jarak 2 meter dari pengasuh. Masker tidak perlu digunakan saat anak tidur. Pengasuh yang berada di dalam ruangan yang sama harus menggunakan masker atau pelindung mata bila memungkinkan.
Selain masker, orang tua juga harus memeriksa suhu tubuh anak di pagi dan sore hari, pun dengan saturasi oksigen dan frekuensi nadinya. Pantau laju napas, dan jangan lupa berikan bayi ASI dan anak dengan makanan bergizi.
Selesai isolasi, umumnya gejala akan hilang dalam 14 hari. Dianjurkan melakukan pemeriksaan swab ulang 10-14 hari setelah terjadi gejala atau setelah swab pertama positif (bila tidak bergejala).
Bila tidak bisa melakukan pemeriksaan swab, maka disarankan isolasi 10 hari ditambah 3 hari setelah bebas gejala.
Pada penderita dengan gejala berat atau pasien kronik, umumnya masa menular lebih panjang. Sehingga dokter yang akan menentukan kapan selesai isolasi.
IDAI mengatakan, anak perlu segera dibawa ke rumah sakit apabila anak banyak tidur, napasnya cepat, ada cekungan di dada, hidung kembang kempis, saturasi oksigen < 95 persen, mata merah, ruam, leher bengkak, demam > 7 hari, kejang, tidak bisa makan dan minum, mata cekung, buang air kecil (BAK) berkurang, dan terjadi penurunan kesadaran.
Selain itu, dalam panduan yang bisa diakses di laman resmi IDAI ini juga ada panduan bagi bayi lahir dengan ibu terkonfirmasi COVID-19, alat dan obat-obatan yang perlu disediakan di rumah, cara cuci tangan, etika batuk dan bersin, disinfeksi ruangan, dan logbook pemantauan selama isoman.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut cara mengatasi kejang demam pada anak yang perlu diketahui oleh para orang tua.
Baca SelengkapnyaAncaman infeksi demam berdarah pada anak bisa dicegah dengan peran aktif orangtua secara tepat.
Baca SelengkapnyaPada saat anak sakit, orangtua perlu tahu kapan sebaiknya dia libur bersekolah.
Baca SelengkapnyaRumah sakit di Mojokerto kewalahan menampung pasien anak. Sejumlah anak sakit tak kebagian kamar.
Baca SelengkapnyaTerdapat beberapa gejala demam yang berbahaya pada bayi dan tidak boleh disepelekan.
Baca SelengkapnyaMeski mengkhawatirkan dan menakutkan, orangtua harus tenang saat anak sedang kejang. Setelah kejang mereda, segera bawa ke dokter atau RS terdekat.
Baca SelengkapnyaRadang paru-paru termasuk infeksi serius jika tidak ditangani dengan benar.
Baca SelengkapnyaMenggigil pada anak adalah kondisi di mana anak mengalami gemetar atau tremor. Di kondisi ini, orang tua jangan sampai panik dan lakukan upaya mengatasinya.
Baca SelengkapnyaGejala selesma pada anak biasanya meliputi bersin, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, hingga demam ringan. Namun kondisi ini bisa membaik dengan sendirinya.
Baca SelengkapnyaRentan menyerang saat kualitas udara buruk, temukan langkah tepat penanganan ISPA!
Baca SelengkapnyaPolusi udara yang meningkat di wilayah Jakarta dan sekitarnya membuat kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) terus meningkat.
Baca SelengkapnyaBagaimana caranya para orang tahu gejala atau ciri-ciri anak yang terkena penyakit DBD? Berikut informasinya.
Baca Selengkapnya