Imlek bukan hari raya agama, tapi budaya China
Merdeka.com - Perayaan Tahun Baru Imlek 2567 nampaknya sudah mulai terasa di beberapa wilayah Indonesia, khususnya di ibu kota. Umat Tionghoa pun terlihat asyik merangkai konsep untuk merayakan pesta yang jatuh hari ini.
Lalu, apakah Imlek itu memang ada kaitannya dengan ritual keagamaan tertentu? Atau hanya kebudayaan dari bangsa China?
Banyak orang Budha dan Konghucu berdatangan ke wihara dan klenteng pada saat Imlek. Mereka mendatangi tempat peribadatan untuk sembahyang dan berdoa kepada dewa dan para leluhur. Hal ini makin menguatkan persepsi kalau Imlek adalah termasuk perayaan ritual agama Konghucu atau Budha.
-
Bagaimana Imlek dirayakan? Selama perayaan Imlek, keluarga berkumpul untuk merayakan bersama, menyelenggarakan upacara persembahan kepada leluhur, dan menyantap hidangan khas yang dianggap membawa keberuntungan, seperti mi panjang yang melambangkan umur panjang.
-
Siapa yang merayakan Imlek? Khususnya bagi mereka yang merayakan.
-
Apa yang dirayakan di Tahun Baru Imlek? Memberikan ucapan selamat Imlek 2024 memiliki makna penting karena itu merupakan bentuk penghargaan dan kebersamaan dalam merayakan perayaan Tahun Baru Imlek.
-
Kapan Tahun Baru Imlek dirayakan? Memberikan ucapan selamat Imlek 2024 memiliki makna penting karena itu merupakan bentuk penghargaan dan kebersamaan dalam merayakan perayaan Tahun Baru Imlek.
-
Apa Imlek itu? Imlek adalah perayaan tahun baru tradisional yang dirayakan oleh masyarakat Tionghoa di seluruh dunia.
-
Bagaimana cara merayakan Tahun Baru Imlek? Dengan memberikan ucapan selamat, kita turut merayakan kebahagiaan dan harapan baru bersama teman, keluarga, dan rekan kerja yang merayakan Imlek.
Padahal kita tahu bahwa hari raya umat Budha adalah Tri Suci Waisak. Sedangkan hari raya Konghucu adalah hari lahir Nabi Khong Hu Cu, hari wafatnya, dan hari Genta Rohani.
Sejarawan, Didi Kwartanada mengungkapkan, perayaan Imlek itu sebenarnya merupakan pesta rakyat orang Tionghoa yang sudah menjadi kebudayaan dalam kurun waktu setahun sekali.
"Imlek itu ya pesta rakyatnya orang Tiongkok (Tionghoa). Ini memang sering diperdebatkan apalagi sejak zamannya Pak Gus Dur menjabat jadi presiden dan dia menetapkan libur ditiap imlek," kata Didi saat dihubungi merdeka.com, Jumat (5/2).
Namun Imlek, ungkap Didi, tetap suatu budaya yang kemudian dijadikan hari libur nasional. Imlek disetarakan libur sama halnya seperti libur Idul Fitri untuk umat muslim, libur Natal untuk umat Kristen, dan umat agama lainnya.
"Sehingga banyak yang mengaitkan dengan libur agama, padahal Imlek kebudayaan. Imlek ini sama seperti orang Jawa mencuci keris saat malam satu suro. Sesimpel itu saja," ucapnya.
Hal yang sama pun diungkapkan oleh Pengamat Budaya Tionghoa, Budiyono Tantrayoga. Menurutnya, perayaan Imlek merupakan pesta rakyat orang Tionghoa yang dirayakan selama 15 hari dari tanggal satu Imlek hingga ditutup pada tanggal 15 melalui perayaan Cap Go Meh.
Kalender Imlek menganut perhitungan penanggalan berdasarkan peredaran bulan (lunar calender). Tidak seperti kalender masehi yang berdasarkan peredaran matahari (solar calender).
Budi menjelaskan, inti dari perayaan Imlek adalah mensyukuri anugerah yang telah diberikan Tuhan dan memohon perlindungan di masa mendatang. Selain itu Imlek juga dijadikan sarana untuk saling mengunjungi kerabat. Biasanya yang muda mengunjungi yang tua, kemudian yang tua memberikan semacam hadiah yang biasa disebut angpao kepada yang muda.
"Memang Imlek itu memiliki kaitan erat terutama dengan Konghucu, tapi sebenarnya Imlek bukan semata perayaan ritual keagamaan. Imlek sudah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi. Bahkan sebelum orang-orang Tionghoa mengenal agama definitif seperti Tao dan Konghucu," ucap Budi.
"Perayaan musim semi sudah ada sejak zaman pra sejarah. Namun ajaran Tao dan Konghucu baru muncul sekitar tahun 600 atau 500 sebelum masehi, yaitu pada masa dinasti Zhou. Begitu juga Budha yang baru muncul pada tahun 65 masehi di era dinasti Han," jelas Budiyono yang juga Ketua Umum Dewan Klenteng Indonesia.
Humas Perkumpulan Keagamaan dan Sosial Boen Tek Bio Kota Tangerang, Oey Tjin Eng memandang perayaan Imlek bisa dipandang sebagai perayaan agama tapi bisa juga hanya budaya.
"Bagi yang beragama Konghucu, Imlek menjadi perayaan agama. Tapi bagi umat lain bak itu Islam atau Kristen keturunan China, Imlek bermakna budaya," paparnya.
Sementara tokoh agama Budha Biksu Dutavira Mahasthavira menegaskan kalau Imlek itu bukan termasuk perayaan ritual agama melainkan budaya Tionghoa. "Imlek sudah dirayakan sejak 7 ribu tahun silam. Imlek bukanlah agama melainkan sebuah budaya yang harus dirayakan demi menjaga nilai-nilai leluhur," tutupnya. (mdk/ian)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tahun Baru Imlek adalah perayaan tahun baru tradisional yang dirayakan oleh masyarakat Tionghoa di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaTahun Baru Imlek sering disebut sebagai Tahun Baru Tionghoa, sementara Lunar New Year memiliki banyak varian lainnya.
Baca SelengkapnyaSecara harfiah, Cap Go Meh artinya Cap = Sepuluh, Go = Lima, Meh = Malam.
Baca SelengkapnyaKuliner Imlek, baik yang hasil akulturasi maupun yang autentik, selalu membawa makna simbolis dan filosofis, seperti kue keranjang, kue lapis legit dan lainnya.
Baca SelengkapnyaTidak semua negara di dunia merayakan Tahun Baru pada 1 Januari.
Baca SelengkapnyaMakanan khas Cap Go Meh merupakan bagian penting dari perayaan ini dan memiliki makna serta filosofi tersendiri.
Baca SelengkapnyaUniknya, tradisi ini hanya satu-satunya di Indonesia. Bahkan etnis Tionghoa di daerah lain tidak ada pelaksanaan tradisi yang serupa.
Baca SelengkapnyaMenjelang perayaan Imlek tahun 2024, simak ragam tradisi warga Tionghoa di Medan yang penuh makna.
Baca SelengkapnyaPerayaan Imlek di Korea Selatan, yang dikenal sebagai Seollal, merupakan momen penting yang dirayakan dengan meriah.
Baca Selengkapnya11 November merupakan hari libur untuk merayakan kesendirian, sebagai tandingan Hari Valentine.
Baca SelengkapnyaPerayaan Hari Raya Imlek bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia akan segera tiba, berikut sejarahnya.
Baca SelengkapnyaPada hari raya Lebaran, mereka tidak melaksanakan salat Idulfitri. Pelaksanaan salat mereka ganti dengan membersihkan makam leluhur.
Baca Selengkapnya