IMM & PMII Malang Gelar Salat Gaib untuk 2 Mahasiswa Kendari Tewas saat Demo
Merdeka.com - Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Malang menggelar aksi damai atas meninggalnya dua mahasiswa saat demo ricuh di Gedung DPRD Sulawesi Tenggara. Aksi diisi salat gaib dan tahlilan bagi almarhum Randi (21) dan Muh Yusuf Kardawi (19) di Jalan Jaksa Agung Soeprapto, depan Mapolres Malang Kota.
Aksi diawali dengan lagu-lagu perjuangan yang dilanjutkan dengan berorasi. Peserta aksi bertambah dengan kehadiran massa PMII yang sebagian datang mengenakan kain sarung dan peci.
Massa dari 2 organisasi menyampaikan orasi menuntut Polri mengungkap kasus penembakan atas meninggalnya kedua mahasiswa tersebut.
-
Apa tuntutan mahasiswa saat itu? Lahirlah apa yang dinamakan TRITURA. Tritura atau Tri Tuntutan Rakyat 1. Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya 2. Rombak Kabinet Dwikora 3. Turunkan Harga-Harga
-
Siapa mahasiswa yang tewas di Bali? Mahasiswa asal Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Aldi Sahilatua Nababan (23) ditemukan tewas di kamar indekosnya di Bali.
-
Apa yang Kemnaker harapkan dari kolaborasi dengan mahasiswa? 'Kita ingin bonus demografi ini benar-benar berbuah bonus bagi pembangunan negara kita. Kita tidak ingin bonus demografi menjadi mudarat. Kita ingin bonus demografi mengantarkan Indonesia nanti 1 abad menjadi negara maju,' ucapnya.
-
Kenapa Kemnaker ajak mahasiswa kolaborasi? 'Kita perlu kolaborasi dan sinergi untuk mendapatkan bonus demografi,' ucap Menaker saat memberikan sambutan pada Sosialisasi Pasar Kerja yang diselenggarakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Jakarta, Rabu (7/2/2024) di Jakarta.
-
Apa yang terjadi pada mahasiswa tersebut? Mahasiswa bernama Alwi Fadli tewas ditikam oleh pria inisial P (23) yang hendak menyewa kekasihnya terkait prostitusi online.
-
Apa yang diminta oleh massa demo? Dalam aksinya, mereka mendesak DPR dan pemerintah untuk segera mengesahkan Revisi UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
"Bahwa pihak kepolisian telah gagal melakukan pengamanan massa. Kami menuntut agar oknum aparat polisi yang melakukan penembakan diusut tuntas dan dihukum," ungkap salah seorang orator, Jumat (27/9).
©2019 Merdeka.com/Darmadi SasongkoMassa pun selanjutnya menyiapkan barisan guna menggelar salat gaib di pinggir jalan. Turut bergabung juga dari aparat kepolisian, termasuk Kapolres Malang Kota, AKBP Dony Alexander.
Seorang mahasiswa yang ditunjuk sebagai imam memberikan pengantar tentang tata cara menjalankan salat. Salat dilanjutkan dengan pembacaan doa untuk kedua almarhum.
Usai salat masing-masing organisasi mahasiswa itu menyampaikan sikapnya atas kejadian yang menimpa mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Sulawesi Tenggara. Pernyataan dibacakan secara bergantian oleh ketua cabang masing-masing.
Aspirasi para mahasiswa tersebut langsung diterima oleh Kapolres Malang Kota. Selanjutnya, massa mahasiswa melanjutkan duduk bersila di atas aspal yang terik membaca tahlil dan kalimat tayibah. Selama pelaksanaan tahlil, massa mendapatkan pengawalan pihak keamanan, termasuk para Polwan berjilbab putih.
©2019 Merdeka.com/Darmadi SasongkoDalam pernyataannya, IMM Cabang Malang memberikan waktu 2x24 kepada polisi untuk melakukan investigasi dan mencari dalang di balik insiden itu.
"Jika dalam waktu tersebut yang sudah ditentukan tidak diperoleh hasil yang signifikan, maka kami menuntut Kapolri, Kapolda Sulawesi Tenggara, Kapolres Kota Kendari, agar mengundurkan diri dari jabatannya sebagai bentuk pertanggungjawaban," kata Irsyad Madjid.
IMM meminta kepolisian menggelar konferensi pers terkait kematian Randi, yang merupakan kader IMM. Kepolisian juga diminta mengambil tanggung jawab secara konstitusional untuk menyelesaikan kasus tersebut.
IMM juga meminta kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah membentuk tim investigasi independen untuk melakukan advokasi pada kasus tersebut. Selain itu kepolisian harus melakukan evaluasi pengendalian massa dalam setiap aksi massa.
"Pihak kepolisian harus melakukan evaluasi besar-besaran terhadap proses pengendalian massa yang telah memakan banyak korban," tegasnya.
Jurnalis di Malang Aksi Tutup Mulut
Sementara itu, Jurnalis di Malang juga menggelar gerakan Solidaritas untuk Keselamatan Jurnalis. Puluhan massa dari Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI), Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) melakukan aksi tutup mulut.
Massa aksi mendesak pengusutan atas aksi kekerasan terhadap jurnalis yang dilakukan oleh aparat keamanan. Aparat tidak hanya menghalang-halangi kerja jurnalistik, tetapi juga merampas dengan tindak kekerasan. Sehingga sejumlah jurnalis di berbagai daerah dilaporkan terluka.
"Kekerasan menimpa jurnalis di antaranya, di Jakarta, Makassar dan Jayapura. Korban tercatat 10 orang dari 10 media berbeda," kata Mohammad Zainuddin, Koordinator Aksi.
Bentuk kekerasan yang diterima berupa diintimidasi, dirampas alat kerjanya, hingga mendapat kekerasan fisik, termasuk yang dialami jurnalis pendiri WatchdoC, Dandhy Dwi Laksono dan Ananda Badudu. Sehingga pemerintah terkesan antikritik dan menggunakan alat negara untuk membungkam warganya.
©2019 Merdeka.com/Darmadi SasongkoMassa juga mendesak polisi menghentikan segala bentuk aksi represif yang mengancam kerja jurnalis serta mendukung kebebasan berpendapat dan berekspresi. Selain itu, mereka juga menuntut polisi juga menghukum anggotanya yang terlibat kekerasan kepada jurnalis dengan penanganan yang terbuka.
Tak hanya itu, mereka menuntut melucuti senjata para anggotanya yang bertugas menghalau massa serta menghentikan sweeping kepada peserta aksi maupun jurnalis yang sedang bertugas.
Massa juga menuntut polisi membebaskan Dandhy Dwi Laksono dan Ananda Badudu dari sangkaan pasal karet UU ITE. Serta menuntut kepolisian menghentikan penangkapan-penangkapan aktivis yang melakukan kritik dan menyuarakan kepentingan publik.
Tak hanya itu, massa juga meminta perusahaan media untuk memberikan alat pelindung diri kepada jurnalisnya yang meliput aksi massa dan kejadian yang berpotensi terjadi kericuhan.
Serta mendesak Dewan Pers membentuk Satgas Anti Kekerasan guna menuntaskan kasus kekerasan yang terjadi sepanjang aksi penolakan RKUHP dan Revisi UU KPK di berbagai daerah.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Demonstrasi terkait RUU Pilkada di Semarang berakhir ricuh. Puluhan mahasiswa harus dirawat di rumah sakit dan puluhan lainnya ditahan polisi
Baca SelengkapnyaDi tengah gelombang aksi mahasiswa, Ibu Negara Iriana Jokowi melakukan kunjungan kerja di sejumlah tempat di Kota Makassar.
Baca SelengkapnyaKorban merupakan mahasiswa baru asal Fakultas Kehutanan Untad.
Baca SelengkapnyaKedua mahasiswa berteriak, "Banten gagal, Pj Gubernur Banten gagal menata reformasi birokrasi."
Baca SelengkapnyaPara pelajar dan mahasiswa tersebut masih menjalani pemeriksaan di Polrestabes Semarang hingga malam hari.
Baca SelengkapnyaMahasiswa berangka pukul 11.30 menggunakan 10 kopaja dan 20 angkot. Mereka juga membawa sejumlah spanduk dan poster.
Baca SelengkapnyaRektor Universitas Islam Indonesia (UII) Fathul Wahid sempat membacakan puisi berjudul 'Sak Karepmu' di depan ribuan massa aksi Jogja Memangg
Baca SelengkapnyaDia terpaksa diboyong menggunakan mobil ambulans karena terluka di bagian mata.
Baca SelengkapnyaAksi ini digelar sebagai bentuk demokrasi untuk melawan Politik Dinasti serta menolak Pelanggaran HAM.
Baca SelengkapnyaRatusan mahasiswa ini menyuarakan penolakan terhadap revisi Undang-Undang Pilkada.
Baca SelengkapnyaDemonstrasi yang digelar di depan gedung DPRD Jatim itu mengepung dan meminta paksa agar anggota dewan mau keluar dan menemui massa aksi.
Baca SelengkapnyaDalam aksi yang dihelat di depan Kantor KPU RI juga hadir mahasiswa lainnya dari berbagai universitas di Jakarta.
Baca Selengkapnya