Ini Akhir Dramatis Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya
Merdeka.com - Tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby menjadi alasan Pasukan Inggris untuk menggempur habis-habisan Kota Surabaya. Walau sebenarnya belum jelas, siapa yang membunuh Mallaby.
Baca: Siapa yang bunuh Brigjen Mallaby?
Tanggal 1 November 1945, 1.500 Marinir Inggris dari Jakarta mendarat di Surabaya. Lalu 3 November, mendarat sekitar 24.000 prajurit dari Divisi ke-5 dari Malaya.
-
Bagaimana cara merayakan semangat kemerdekaan? Rayakan semangat kemerdekaan dan hargai pengorbanan para pahlawan kita yang gagah berani.
-
Apa simbol perjuangan rakyat Indonesia? Bambu runcing adalah simbol perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah.
-
Bagaimana cara menunjukkan semangat kemerdekaan? Dalam setiap langkah kita, semangat kemerdekaan harus terpatri. Mari wujudkan cita-cita bangsa untuk Indonesia yang lebih baik. Selamat HUT RI!
-
Siapa yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia? Mari kita hormati para pemberani yang telah berjuang untuk kemerdekaan kita. Selamat Hari Kemerdekaan 17 Agustus!
-
Bagaimana cara puisi 17 Agustus menyampaikan semangat perjuangan? Dengan menggunakan kata-kata sederhana namun bermakna, puisi-puisi ini berhasil menangkap esensi dari perjuangan, pengorbanan, dan kebebasan.
-
Siapa yang berjuang untuk kemerdekaan? Pahlawan Indonesia telah berjuang mempertaruhkan jiwa, raga serta hartanya untuk kemerdekaan Indonesia.
Kedua pasukan ini bukan pasukan sembarangan. Pasukan Marinir Inggris dikenal sebagai pasukan elite. Sementara Divisi ke-5 adalah tentara yang mengalahkan Marsekal Rommel dalam pertempuran di El Alamein. Ditambah lagi sisa pasukan Brigade-49, total pasukan Inggris mencapai 30.000 personel.
Inggris juga mengerahkan sejumlah kapal perang untuk membombardir Kota Surabaya dari laut. Mereka juga diperkuat puluhan tank ringan Stuart dan tank berat Sherman. Artileri Inggris mengandalkan meriam 15 pon dan howitzer 15 pound.
Tak cuma itu, 20 pesawat tempur Mosquito dan 12 pesawat pemburu P-4 Thunderbolt yang mengangkut bom 250 kg juga dikerahkan untuk menghajar Surabaya.
Semua kekuatan itu dikerahkan untuk menghadapi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), yang baru berdiri beberapa hari. Dibantu para laskar bersenjata apa adanya dan rakyat yang cuma bersenjata tajam. Mereka yang rela bertempur habis-habisan karena tak sudi dijajah kembali. Orang-orang yang menolak menyerahkan senjata dan berjalan dengan tangan di atas kepala sebagai tanda takluk pada Inggris.
Ada sekitar 20.000 anggota TKR dan laskar bersenjata. Ditambah sukarelawan rakyat yang mencapai 100.000 orang.
"Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!" teriak Bung Tomo membakar semangat rakyat Surabaya.
Mati-matian mempertahankan Surabaya
Tanggal 10 November 1945 tepat pukul 06.00 WIB, meriam-meriam kapal perang Inggris di pelabuhan mulai menembakkan meriam-meriamnya. Dari udara, kapal tempur Inggris terus menjatuhkan bom dan membombardir Surabaya dengan senapan mesin. Serangan ini berlangsung dari pagi sampai malam.
Ribuan rakyat tak berdosa ikut jadi korban. Kampung-kampung tak luput dari sasaran bom. Surabaya hancur lebur. Di Pasar Turi saja ratusan orang yang mau berbelanja tewas. Demikian ditulis Batara Hutagalung dalam buku Surabaya 10 November 1945.
Keesokan harinya, pasukan infanteri Inggris merangsek maju dilindungi tank dan tembakan mortir. Mereka menduduki Kampung Semampir dan Kebalen pada pagi harinya.
Residen dan wali kota Surabaya meminta rakyat untuk mengungsi ke luar kota hari itu juga untuk menghindari bertambahnya korban. Tak kurang dari 100.000 rakyat Surabaya meninggalkan kota itu hanya dengan pakaian di badan, tanpa membawa apa-apa.
Pertempuran berlangsung sengit dari jalan ke jalan. Dari rumah ke rumah. Dari satu kubu pertahanan rakyat ke kubu lainnya. Rakyat Surabaya menerjang tank dengan senjata seadanya. Mereka tak takut mati. Sementara TKR dan laskar memberikan perlawanan lebih terorganisir. Tentara Inggris diperas habis-habisan. Inilah pertempuran terberat yang mereka rasakan. Sampai ada istilah neraka di Timur Jawa.
Mayat bergelimpangan di mana-mana. Surabaya dipenuhi ledakan, rentetan tembakan dan asap.
Pertempuran terakhir di Gunungsari
Hari demi hari pertempuran terus berlangsung sengit. Pasukan Inggris yang berpengalaman dan terlatih ditambah aneka senjata berat, mulai menunjukkan keunggulan. Mereka bergerak maju mendesak pejuang.Tanggal 28 November, pertempuran hebat terjadi di daerah Gunungsari. Inilah kubu terakhir pertahanan para pejuang di Surabaya. Sebelumnya Inggris telah menghancurkan depot gudang senjata Jepang di Surabaya yang digunakan para pejuang. âPasukan Indonesia hanya bisa diusir dari Surabaya setelah pengeboman artileri dan penembakan meriam dari kapal perang secara besar-besaran dan 21 hari pertempuran yang sengit,â kata Mayor R.B. Houston, seorang perwira Batalyon Gurkha Rifles ke-10 dalam buku What Happened in Java; History of the 23Â Division.Jika dihitung, pertempuran berlangsung lebih dari 28 hari. Padahal Inggris pernah jumawa, yakin akan menaklukkan Surabaya kurang dari tiga hari.Para pejuang bergerak mundur ke luar kota Surabaya. Membangun basis perlawanan di Sidoarjo, Gresik, dan daerah-daerah sekitarnya. Namun sejumlah gerilyawan terus berada di dalam kota Surabaya, meneror tentara Inggris dengan aksi sporadis dan penembak jitu. Tembak menembak sejatinya tak pernah benar-benar berhenti di Surabaya.Tak ada angka pasti soal jumlah korban. Diperkirakan 600 lebih prajurit Inggris tewas di sana. Sementara dari pihak Indonesia ada 16.000 rakyat dan pejuang gugur.
Inggris dibuat kapok
Walau pejuang dipukul mundur, pertempuran Surabaya memiliki arti penting bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Aksi melawan pasukan Inggris kemudian terjadi di mana-mana. Pertempuran besar pecah di Bojong Kokosan, Sukabumi, Jawa Barat tanggal 9 Desember 1945. 12-15 Desember Kolonel Soedirman memimpin pasukan mengalahkan tentara Inggris di Ambarawa. Begitu juga aksi Bandung Lautan Api tanggal 23 Maret 1946.Inggris sadar, tak ada gunanya terus berada di Indonesia. Mereka tak mau terus diperalat Belanda yang membonceng di belakang mereka dengan maksud menguasai kembali Indonesia. Banyak tentara mereka, terutama pasukan Gurkha yang muak harus berperang di Surabaya.âUntuk apa kita di sini,â kata mereka tak mengerti.Tahun 1946, tentara Inggris terakhir meninggalkan Indonesia. Mereka sadar, membiarkan pasukannya tinggal lebih lama ibarat bunuh diri. Nasionalisme Indonesia bukan omong kosong.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Said mengingat lagi pada 10 November 1945 lalu yang dikenal sebagai Pertempuran Surabaya menjadi puncak perlawanan rakyat Indonesia.
Baca SelengkapnyaMemperingati Hari Pahlawan adalah salah satu cara menghargai jasa para Pahlawan. Namun apa itu Hari Pahlawan?
Baca SelengkapnyaPertempuran 10 November 1945 di Surabaya tak bisa dilepaskan dari keberadaan kereta api.
Baca SelengkapnyaTanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan.
Baca SelengkapnyaSaat para pemuda menantangnya untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, Sukarno menolaknya. Dia memilih tanggal 17 Agustus. Apa makna di baliknya?
Baca SelengkapnyaSerangan yang berlangsung selama 4 hari berturut-turut di Solo ini berhasil menyatukan seluruh elemen masyarakat melawan gempuran pasukan penjajah.
Baca SelengkapnyaTepat hari ini, 20 Oktober pada 1945 silam, terjadi pertempuran besar setelah kemerdekaan Indonesia yang disebut Pertempuran Ambarawa.
Baca SelengkapnyaApa tujuan para pemuda menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok?
Baca SelengkapnyaBetapa seramnya peristiwa itu, hingga memunculkan duka lantaran sosok heroiknya berakhir tragis. Toha bersama beberapa pasukan kemerdekaan didapati gugur
Baca SelengkapnyaGubernur Suryo melobi penjajah agar tak sewenang-wenang pada rakyat Jawa Timur. Perjuangannya mengharukan.
Baca SelengkapnyaSetelah melewati pertarungan yang sengit, pada akhirnya Kota Purwokerto berhasil dikuasai Belanda.
Baca SelengkapnyaDini hari tanggal 16 Agustus 1945, para pemuda menculik Sukarno-Hatta. Kedua pemimpin ini dibawa ke Rengasdengklok. Ini kesaksian Fatmawati soal peristiwa itu.
Baca Selengkapnya