Jalur Pelarian 7 Tahanan Rutan Salemba, Lewat Gorong-Gorong Sempit Tembus Perumahan Minim CCTV
Cara tujuh tahanan Rutan Salemba kabur terbongkar. Mereka kabur dengan memotong teralis besi penjara.
Sebanyak tujuh tahanan dan narapidana kabur dari rumah tahanan (Rutan) Kelas I Salemba, Jakarta Pusat. Salah satu tahanan yang kabur adalah seorang gembong narkoba jaringan Malaysia-Medan-Aceh-Jakarta yakni Murtala Ilyas.
Cara mereka kabur dari penjara terbongkar. Mereka kabur dengan memotong teralis besi penjara. Lalu dengan memanfaatkan sisa kain sarung, mereka memanjat dan menyusuri sebuah gorong-gorong dekat rutan.
Gorong-gorong sempit, pengap dan berbau mereka lewati jadi jalur pelarian. Gorong-gorong itu tembus ke area perkomplekan di Jalan Percetakan Negara IX, Rawasari, Jakarta Pusat.
Bila menelusuri lebih jauh, sepanjang jalan 120 meter samping rutan Salemba di jalan Percetakan Negara IX, memang hanya ada 1 gorong-gorong saja yang terhubung ke rutan. Diseberang gorong-gorong itu juga berdiri sebuah Pos Kamling RW 04.
Effendi (61), petugas siskamling yang malam itu berjaga menceritakan sedang bertugas bersama ketiga temannya. Mereka berjaga sejak pukul 23.00 WIB hingga pagi hari pukul 05.30 WIB.
"Saya lagi salat subuh, terus temen saya keliling satu terus tinggal temen saya jaga di mari (di pos kamling), kemungkinan apa dia kagak ini, kagak ngeliat kaga tau," kata Effendi (61) kepada wartawan.
Malam hari Senin (11/11) sebelum kejadian, suasana dingin menyelimuti. Apalagi sore hari itu habis turun hujan. Suasana sekitar Rutan Salemba menjadi sepi.
Ada tiang-tiang lampu jalan setiap 5 meter berjejer dengan lampu putih yang menyorot ke bawah. Ada satu lampu kecil menyorot dari dekat pos RW yang mengarah langsung ke arah gorong-gorong.
"Karena hujan kan di sini sepi nih, kalau hujan, dari abis jam 5 (sore) ke jam 8 (malam) kan sepi kaga ada orang, kita belum jaga," cerita Effendi.
Penjagaan di area kompleks itu tergolong ketat. Bila ada kendaraan melintas di atas pukul 23.00, harus terlebih dahulu meminta izin kepada sekuriti agar dibukakan portal jalan.
Kompleks Minim CCTV
Hanya saja, situasi kompleknya sepi dan jarang ada kendaraan yang melintas. Effendi bersama dua rekannya sudah memiliki tugas masing-masing. Ada yang berjaga di pos, ada pula yang berkeliling kompleks.
Ditambah lagi, di beberapa rumah sepanjang jalan itu, minim terpasang kamera pengawas. Anggota polisi juga menanyakan soal CCTV di sekitar kompleks.
Hingga pada pagi harinya Selasa (12/11), rombongan petugas rutan sedang mengecek sebuah gorong-gorong dengan kondisi tralis besi sudah bengkok.
Segelintir cerita yang didengarnya ada tujuh orang tahanan yang kabur dengan cara memotong besi ruang tahanan dan tralis di gorong-gorong itu.
"Kemungkinan yang udah digergaji situ kali (oleh tujuh narapidana)," ucap dia sambil menujuk ke arah gorong-gorong.
Berselang sehari setelah kejadian itu, tralis yang ada di gorong-gorong tersebut sudah ditambal dengan tralis baru, namun sisa besi-besi yang bengkok yang dijadikan manfaat ketujuh tahanan itu kabur masih terlihat jelas.
Tahanan Manfaatkan Blank Spot CCTV Rutan
Komisi 13 RI melakukan sidak di rumah tahanan (Rutan) Salemba kelas I usai insiden ketujuh tahanan berhasil kabur.
Usai sidak, Komisi 13 mendapatkan beberapa fakta dari kondisi Rutan Salemba.Ketua Komisi 13 DPR RI, Willy Aditya mengatakan, ketujuh tahanan itu memanfaatkan titik buta CCTV alias 'Blank Spot' pada saat kabur.
Di saat yang bersamaan juga pada saat kejadian, didapatkan fakta beberapa CCTV di rutan tidak berfungsi.
"Kita juga mendapat laporan beberapa CCTV itu tidak aktif, apalagi yang dibelakang tempat cabutnya itu," ujar Willy di Rutan Salemba, Jakarta Pusat, Kamis (14/11).
"Jadi loncat itu terus disana Blank Spot, tadi kita juga sempat masuk ke dalam ternyata sudah diperbaiki itu (CCTV)," Willy menambahkan.
Willy menyebut saat ini pihak kepolisian dan juga pihak BNN juga telah dilibatkan untuk memburu ketujuh tahanan itu.Di satu sisi, pasca kejadian ini, DPR akan meminta keterangan mulai dari data CCTV hingga profil dari ketujuh tahanan yang berhasil meloloskan diri.
"Nah yang piket juga sama, siapa yang piket hari itu dan yang piket seminggu sebelum itu. Karutannya nanti kita minta alasannya cuti apa, kapan mengajukan cutinya. Tapi ini kan materi-materi pendalaman," lugas Willy.
Willy kemudian menambahkan atas kejadian akan jadi bahan dalam pembahasan di meja parlemen perihal kondisi sejumlah rutan yang ada beberapa wilayah.
"Ini menjadi spirit di Komisi 13 dan Kementerian Imipas (Imigrasi dan Pemasyarakatan), dan ini juga menjadi pesan Pak Presiden. Hukum jangan hanya tumpul ke atas, tajam ke bawah, tapi ke semua lini, gitu," tutupnya.