JK: Penyerang brimob di Masjid Falatehan bukan Islam yang benar
Merdeka.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyesalkan penyerangan dua anggota Brigade Mobil (Brimob) di Masjid Falatehan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (30/6). Menurutnya, pelaku tidak memahami Islam dengan benar.
"Dia sama-sama salat, tiba-tiba dia tikam. Kalau dia Islam betul, masa orang ditikam. Jadi bukan Islam yang benar," kata JK di Kantor Wakil Presiden Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Selasa (4/6).
Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) ini menuturkan, pelaku sengaja menyerang polisi karena dinilai membatasi pergerakan mereka. Apalagi belakangan polisi kerap menangkap pelaku teror di Tanah Air.
-
Kenapa Polisi diserang? Polisi diserang karena tersangkameronta dan berteriak sehingga mengundang perhatian orang-orang di sekelilingnya. 'Itu bukan orang tidak dikenal itu, keluarga tersangka (yang menyerang). Ditangkap di rumah, kemudian dibawa, diborgol teriak-teriak dia. Begitu ceritanya,' kata dia.
-
Siapa pelakunya? Orang ke-3 : 'Seperti biasa saya menjemput anak saya pulang sekolah sekitar jam tersebut'Karena 22 jam sebelum 5 April 2010 adalah jam 1 siang 4 april 2010 (hari minggu)
-
Siapa yang terdampak kecanduan internet? 'Temuan dari penelitian kami menunjukkan bahwa ini dapat menyebabkan perubahan perilaku dan perkembangan yang berpotensi negatif yang dapat memengaruhi kehidupan remaja. Misalnya, mereka mungkin kesulitan mempertahankan hubungan dan aktivitas sosial, berbohong tentang aktivitas online, serta mengalami pola makan yang tidak teratur dan gangguan tidur,' tambah Chang.
-
Bagaimana kejahatan siber dilakukan? Di balik layar monitor, para pelaku kejahatan siber beroperasi dengan kecanggihan yang semakin meningkat, menggunakan berbagai teknik seperti phising, malware, dan social engineering untuk mencuri data berharga atau merusak infrastruktur digital.
-
Bagaimana cara pelaku melancarkan aksinya? Untuk memuluskan aksinya, NUG, HS, dan DK melakukan panggilan darurat ke Mako Damkar Induk Sleman.
Aksi penyerangan terhadap polisi, lanjut dia, tidak lepas dari pengaruh internet. Sebab, para pelaku terdorong melakukan aksi teror setelah belajar dari internet.
"Teknologi juga itu membuat menyebabkan orang radikal. Itu tandanya lone wolf itu. Karena yang mengajarkan itu bukan orang. Mereka membaca di internet dan sebagainya," ucap dia.
"Teknologi juga ada radikalismenya di dalam kan, di samping ada yang baik, ada pengajaran, pelajaran, ada juga porno, ada juga radikalisme. Jadi sampah masuk sampah keluar," sambungnya.
Guna mengantisipasi bertambahnya pelaku teror akibat teknologi, pemerintah menugaskan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara untuk mendelete (menghapus) dan memblokir situs yang berbau radikal. Di samping itu, pemerintah mendorong warga untuk fokus pada pekerjaan sehingga tidak mudah terpengaruh teknologi.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tim Densus 88 Polri sedang mengusut proses rekrutmen jaringan terorisme melalui media sosial.
Baca SelengkapnyaPasca kericuhan di Inggris banyak warganya justru menjadi penasaran dan tertarik dengan Islam.
Baca SelengkapnyaJamaah Islamiyah Umumkan Bubarkan Diri, Akan Patuh Pada NKRI
Baca SelengkapnyaMeski begitu, ia memastikan hingga kini belum ada peningkatan eskalasi ancaman teroris di Indonesia.
Baca SelengkapnyaKasus pegawai KAI ini menjadi sorotan Densus 88 karena meski ISIS bubar, tapi pendukungnya masih ada
Baca SelengkapnyaPelaku merupakan anggota kelompok Daulah Islamiyah yang masih terafiliasi dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Baca SelengkapnyaPerdebatan tentang urgensi mendirikan negara Islam sudah selesai ketika pendiri bangsa sepakat dengan format Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Baca SelengkapnyaDensus 88 mengungkapkan awal mula terduga teroris remaja berinisial HOK terpapar ideologi ISIS hingga berujung keinginan melakukan bom bunuh diri
Baca SelengkapnyaKetiga terduga teroris ditangkap berinisial BI, ST dan SQ.
Baca SelengkapnyaTerduga teroris ini berencana melakukan bom bunuh diri di rumah ibadah.
Baca SelengkapnyaJenderal Sigit mengatakan saat ini gerakan terorisme menjadi lebih berbahaya karena bergabung dengan jaringan narkoba atau narkotika.
Baca SelengkapnyaKetiga terduga pelaku teroris merupakan jaringan Anshor Daulah yang beroperasi di Jawa Tengah.
Baca Selengkapnya