Keluarga mahasiswa tewas saat Diksar Mapala UII tempuh jalur hukum
Merdeka.com - Keluarga Syait Asyam, mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta yang meninggal saat mengikuti pendidikan dasar mahasiswa pencinta alam (diksar mapala) UII akan menempuh jalur hukum. Jalur hukum ini ditempuh keluarga Asyam untuk menyelesaikan tersebut.
"Pihak keluarga telah melaporkan kasus tersebut ke Polres Karanganyar, Jawa Tengah. Laporan beberapa saat setelah Asyam meninggal. Laporan juga mencantumkan hasil autopsi yang sempat dilakukan di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta," ujar Ibunda Asyam, Sri Handayani, Senin (23/1).
Sri menceritakan bahwa dari hasil autopsi ada luka di paru-paru. Luka itu menurut dokter menjadi penyebab Asyam sesak nafas.
-
Siapa mahasiswa yang tewas di Bali? Mahasiswa asal Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Aldi Sahilatua Nababan (23) ditemukan tewas di kamar indekosnya di Bali.
-
Bagaimana cara keluarga itu dibunuh? Terdapat 15 kerangka perempuan, anak-anak, dan pemuda yang tewas akibat pukulan kuat di kepala. Semua mayat pada lokasi ini memiliki tanda bekas pukulan di tengkorak mereka, ini menunjukan pada masanya mayat-mayat tersebut dibunuh secara brutal.
-
Dimana keluarga itu dimakamkan? Ketiga anggota keluarga itu ditemukan di sebuah lubang kubur berisi 15 jasad di bagian tengah Kota Yaroslavl.
-
Siapa yang membunuh mahasiswi itu? 'Kita segera gelar perkara. Yang pasti pelaku sudah kita amankan,' kata Kasat Reskrim Polresta Bogor Kota Kompol Rizka Fadhila, Selasa (12/12). Berdasarkan informasi dihimpun, tersangka pelaku berinisial D. Dia merupakan mantan pacar korban.
-
Bagaimana korban meninggal? 'Dalam proses dari Lampung ke Jakarta ini (korban) pendarahan hebat. Pelaku juga mengetahui bahwa si korban sedang pendarahan. Pelaku ini mengetahui bahwa korban sedang pendarahan hebat, namun dibiarkan saja, sehingga korban kehabisan darah dan meregang nyawa,' kata dia.
-
Bagaimana mahasiswa di Sleman tewas gantung diri? Sang ayah pada mulanya datang ke kos korban untuk mengantar makanan pukul 09.00. Sampai di kos, ayah korban mengetuk pintu, namun tidak dibuka oleh anaknya. Ayah korban meninggalkan makanan yang dibawanya di meja depan kamar korban. Selesai kerja, sang ayah kembali ke kosan anaknya pukul 11.30 WIB. Namun pintu kosan korban masih tertutup. Sang ayah mulai curiga karena tak ada tanggapan saat pintu diketuk. Ia kemudian memanggil pemilik kos untuk meminta kunci cadangan, namun pintu tetap tidak bisa dibuka. Keduanya kemudian berinisiatif melepas engsel jendela kamar korban. Saat berhasil masuk, korban sudah ditemukan tergantung di pojokan kamar kos.
"Asyam saat di RS Bethesda sempat menceritakan siapa yang melakukan kekerasan. Asyam mengatakan disabet pakai rotan 10 kali. (Keluarga) telah ditanya juga (oleh) kepolisian," terang Sri di rumah duka, Jetis, Caturharjo, Sleman.
Sri menuturkan bahwa dirinya sempat memeroleh informasi dari beberapa teman putra tunggalnya bahwa Asyam menjadi salah seorang yang mendapat luka cukup parah hingga akhirnya meninggal. Beberapa teman Asyam yang mengikuti Diksar Mapala pun ada beberapa yang mengalami luka.
"Asyam katanya mau mengundurkan diri (di tengah kegiatan), tapi diilarang. Asyam lukanya lebih parah dari teman lainnya bukan karena melawan, tapi karena mengundurkan diri," ungkap Sri.
Sebelum meninggal, lanjut Sri, Asyam sempat menceritakan kepadanya bahwa tiga hari pertama acara diksar, kondisi Asyam dalam kondisi baik. Kekerasan diduga terjadi setelah tiga hari itu.
"Asyam mendaki gunung ya baru kali ini. Tapi itu bukan masalah. Asyam memiliki mobilitas tinggi. Asyam juga tidak memunyai riwayat penyakit khusus," ucap Sri.
Terpisah, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UII, Abdul Jalil mempersilakan keluarga menempuh jalur hukum. Menurutnya, pihak kampus juga sedang melakukan proses investigasi melalui tim yang dibentuk.
"Proses eksternal (kampus) tidak mempengaruhi proses internal. Keputusan eksternal bisa saja menjadi pertimbangan putusan internal. Kami menghormati langkah keluarga karena itu hak warga negara," tutur Abdul
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Asyam merupakan salah satu mahasiswa UII yang meninggal usai mengikuti acara pendidikan dasar atau The Great Camping (GC), yang digelar Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) UII di Gunung Lawu Lereng Selatan, Tawangmangu, Jawa Tengah. Asyam tewas setelah sempat dirawat di RS Bethesda, Sabtu (21/1). Selain Asyam, Muhammad Fadhli, mahasiswa Teknik Elektro UII, asal Batam, juga tewas dalam perjalanan menuju RSUD Karanganyar, Jumat (20/1).
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keluarga meminta pihak kepolisian mengusut tuntas tragedi tewasnya korban yang secara tak wajar.
Baca SelengkapnyaHal itu disampaikan perwakilan keluarga usai menemani pemeriksaan Ibunda Imam Masykur, Fauziah di Polda Metro Jaya.
Baca SelengkapnyaIsak tangis mewarnai pemakaman Muhammad Naufal Zidan alias MNZ (19) yang dibunuh seniornya, Altafasalya Ardnika Basya alias AAB (23).
Baca SelengkapnyaKeluarga korban ingin bertemu langsung dengan Panglima TNI, Laksamana Yudo Margono.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, tidak ada keluarga yang bisa menerima jika ada anggota keluarganya diperlakukan seperti MNZ.
Baca SelengkapnyaKorban dibunuh dan bagian tubuh potong oleh dua pelaku yang telah ditangkap polisi.
Baca SelengkapnyaSaat pemakaman, turut hadir juga perwakilan dari kampus Universitas Indonesia (UI) dan sejumlah rekan-rekam korban.
Baca SelengkapnyaMahasiswa Fakultas Sastra Rusia Ditemukan Tewas Bersimbah Darah, Begini Reaksi UI
Baca SelengkapnyaMahasiswi Universitas Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya tewas saat mengejar penjambret yang merampas tasnya.
Baca SelengkapnyaSopir angkutan umum di Kota Tasikmalaya berinisial YS (48) meninggal dunia usai dianiaya DP (34) dan YR (29)
Baca SelengkapnyaPanglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono memastikan proses hukum terhadap anggotanya yang melakukan pelanggaran tindak pidana.
Baca SelengkapnyaKeluarga mendapatkan kabar Imam dianiaya dan dimasukkan ke dalam mobil oleh pelaku diduga Paspampres.
Baca Selengkapnya