Keluh kesah preman Batres bersamurai setelah dibekuk polisi
Merdeka.com - Satuan Reserse Kriminal Polsek Koja menangkap dua komplotan preman yang sering meresahkan warga di wilayah Koja, Jakarta Utara. Para pelaku kerap melukai para korban dengan senjata tajam, seperti samurai.
"Mereka terlibat banyak kasus sejak November 2013. Selain tawuran, mereka menjarah toko dan merampas, juga melakukan perusakan seperti di warnet," kata Kapolsek Koja Kompol Simangunsong di Polsek Koja, Jakarta Utara, Jakarta, Rabu (12/3).
Namun, keganasan para pelaku saat bertarung ternyata menciut saat ditangkap polisi. Bahkan, beberapa di antaranya sempat berkeluh kesah dan menangis setelah diciduk petugas. Mereka tak lain adalah kelompok dari Bajingan Stress (Batres).
-
Apa yang dilakukan preman tersebut? Saat mengemudi, dia dikejutkan lantaran sang preman mengaku terserempet. Seketika, ada adu mulut terjadi. Bahkan, sang preman mengaku memiliki KTA Polri.
-
Bagaimana preman itu bereaksi? 'Pakai ditunjuk-tunjuk, seram banget gue tremor. Tapi papi masih ladenin karena tahu kita benar dan tidak melanggar apa-apa,' lanjutnya.
-
Mengapa preman itu menantang ke Polsek? Saat diajak, sang preman justru menantang. 'Diarahin papi ke Polsek Palmerah supaya masalah kelar,' imbuhnya. Bahkan, dia mengaku jika memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) Polri.
-
Siapa yang berhadapan dengan preman? Seorang wanita berhadapan dengan aksi preman di kawasan Palmerah, Jakarta Barat.
-
Siapa pelaku penganiayaan? Viral Remaja Pukuli Bocah Lalu Mengaku sebagai Keponakan Mayor Jendera Sekelompok remaja tmenganiaya dan mencaci bocah di Bandung, Jawa Barat.
-
Mengapa preman itu berubah? Akhirnya, preman tersebut merasa malu atas kekalahannya, mengakui kesalahannya, dan menyatakan keinginannya untuk belajar kepada Sunan Drajat.
Apa saja keluh kesah mereka? Berikut rangkuman merdeka.com tentang preman Batres:
Agil menangis dan khawatir kondisi sang Ibu
Agil (19), salah satu preman Batres tampak menunduk saat ditemui di Kantor Polsek Jakarta Utara. Dia tampak berkaca-kaca lantas tangis pun tumpah dari pelupuk matanya.Agil menangis lantaran ingat sang Ibundanya yang sedih jika mengetahui dirinya ditahan."Ibu lihat saya masuk (penjara) nangis, minta saya berubah. Saya jadi ikut nangis," ungkap Agil, preman yang lengan, punggung dan dadanya dipenuhi tato.Sambil menahan tangis dia berjanji akan berubah. "Saya mau kerja apa saja sekarang," ujarnya sedih.
Febri bingung istrinya tengah hamil tua
Febri (19), anggota kelompok Batres (Bajingan Stress) tak menyangka jika tindakan kriminal akan membuatnya mendekam di penjara maksimal selama lima tahun. Yang menjadi pikirannya sekarang adalah siapa yang akan mengurus kelahiran anak keduanya nanti."Sekarang bingung, istri saya sudah hamil tua, dikit lagi mau ngelahirin. Paling nanti saya minta tolong orangtua," kata Febri kepada merdeka.com saat ditemui di Mapolsektro Koja, Kamis (13/3).Febri pun sangat menyesal tidak bisa melihat anaknya disaat istrinya melahirkan nanti."Palingan saya enggak bisa lihat pas anak kedua saya lahir," lanjutnya.Dia mengaku selama ini bekerja sebagai karyawan cleaning service di sebuah mal di Jakarta Utara. Meski berpenghasilan sedikit, namun dia masih bisa menafkahi anak dan istrinya yang sekarang sedang hamil.
Uang rampokan diberikan kepada Ibu
Mayoritas komplotan preman Batres merupakan pengangguran. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, para pemuda yang cuma lulusan SMP itu menempuh jalan pintas dengan memalak warga Koja.Gerombolan bandit ini terkenal kejam ketika beraksi. Jika warga enggan memberi uang, mereka tak segan melukai dengan senjata tajam seperti pedang, samurai dan celurit. "Uangnya buat kasih ibu. Biasanya 50 atau 100 ribu. Ibu saya cuma pembantu rumah tangga, bapak sudah enggak ada. Adik ada tiga, SMA, SMP sama TK," ungkap Agil kepada merdeka.com di Polsek Koja, Jakarta Utara, Rabu (12/3).Hal yang sama juga dikatakan Febri. Walaupun baru ikut geng Batres selama setahun, dia juga kerap memberi uang kepada keluarga yang ekonominya terbatas."Buat bantu-bantu keluarga. Bapak sama kakak-kakak saya kerja semuanya jadi petugas kebersihan," terang Agil.
Febri punya mimpi ingin jadi pemain bola seperti Bambang Pamungkas
Febri, anggota preman Batres menceritakan mimpinya menjadi pemain bola. "Saya mau jadi kayak Bambang Pamungkas, saya mau jadi pesepak bola dulu," ucapnya mantap.Tetapi siapa yang menduga, akibat salah pergaulan, Febri jadi gelap mata. Dengan sebilah parang merah, banyak korban yang kerap terluka ulahnya."Saya enggak bisa main parang, enggak kena juga kalau pukul orang," aku pria yang baru masuk geng setahun yang lalu.Tetapi penyesalan Febri hanyalah tinggal penyesalan. Korban Febri dan kawan-kawannya telah melapor ke polisi. Febri juga dikabarkan pernah membacok Tomi, musuh gengnya sampai jarinya putus.
Ibunda syok dan tak pernah jenguk
Ternyata ini kali kedua Febri berurusan dengan polisi. Dia bahkan membuat ibunya syok hingga pingsan.Tahu membuat ibunya seperti itu, anak ketiga dari empat bersaudara itu berjanji akan berubah. Namun, Febri justru mengulangi perbuatannya lagi."Ibu dua kali pingsan dan sekarang enggak pernah jenguk," kata dia kepada merdeka.com di Polsek Koja, Jakarta Utara, Rabu (12/3).Padahal Febri mengaku sempat akan berubah dengan bekerja. Dia mengikuti profesi sang Bapak dengan menjadi petugas kebersihan."Saya akan ikutin Bapak saja jadi petugas kebersihan. Kakak saya semua juga kerja itu," kata pria yang sekolah sampai SMP ini. (mdk/did)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Peristiwa itu bermula dari klaim polisi yang mengenakan pakaian preman sedang melakukan razia.
Baca SelengkapnyaSeorang pria tewas seusai terlibat perkelahian di Pasar Baru Bekasi, Jalan Ir H Juanda, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Rabu (27/12) pagi.
Baca SelengkapnyaPelaku pun diamankan polisi yang sedang menggelar Operasi Patuh Lodaya 2024.
Baca SelengkapnyaNasib nahas dialami seorang anggota Brimob Polda Kepri setelah terkena busur panah saat mengamankan penggusuran pemukiman ilegal di Batam, Kepulauan Riau.
Baca SelengkapnyaPelaku ditangkap pada Jumat (28/7) dini hari di sebuah rumah di kecamatan Batujaya setelah pelariannya selama 10 hari.
Baca SelengkapnyaJPU sebelumnya menuntut Dadang Buaya dengan hukuman penjara selama tiga tahun.
Baca SelengkapnyaSi maling tampak panik karena gagal mencuri motor. Dia lantas menodongkan benda berbentuk pistol ke arah warga.
Baca SelengkapnyaSadis, Preman Tebas Jari Nelayan Makassar hingga Putus Gara-Gara Tak Diberi Jatah Ikan
Baca SelengkapnyaPolisi berjanji menindak tegas pelaku yang menyerang para pedagang hingga merusak kios pada Minggu (24/9) sore tersebut.
Baca SelengkapnyaKorban pertama jadi sasarannya adalah mertua laki-laki yang duduk istirahat.
Baca SelengkapnyaTersangka ditembak karena melawan ketika diminta menunjukkan lokasi pelaku lain.
Baca SelengkapnyaPelaku mengajak teman-temannya untuk memukuli korban.
Baca Selengkapnya