Kisah Nur Hasan, Sang Petapa Gagal dari Puncak Muria
Merdeka.com - Namanya Nur Hasan, masih berusia muda, yakni 35 tahun. Pria asal Jepara mencoba bertahan sebagai petapa yang menjalani laku batin selama 40 hari di puncak Songolikur, Gunung Muria. Namun baru memasuki hari ke 21 ia harus dijemput tim SAR dari pertapaannya.
Nur Hasan bertapa dengan menempati gubuk kecil berukuran 2 x 1 meter. Ia ingin bertapa untuk mendapatkan ketentraman batin.
Keberadaan sang petapa ini sudah diketahui warga sejak awal. Karena banyak yang menjalani laku spiritual di Puncak Songolikur, maka warga merasa biasa saja. Hanya saja setelah beberapa hari warga menemukan bahwa Hasan masih bertahan, maka ia disarankan turun.
-
Siapa yang bertapa di gunung? Banyak pula yang menjadi pertapa atau asketis yang meninggalkan kehidupan duniawi dan mengabdikan diri kepada Tuhan.
-
Siapa yang pernah bertapa di Bukit Pertapaan? Mengutip E-Journal Unair, beberapa tokoh masa silam yang pernah bertapa di sini yakni Dewi Kilisuci; Nyai Gadhung Melati, Istri Kebo Kanigoro; dan Dewi Rayung Wulan, istri Adipati Aryo Blitar 1.
-
Bagaimana cara orang bertapa di gunung? Mereka berharap dapat memperoleh petunjuk, kebijaksanaan, atau pencerahan dari semesta. Mereka melakukan berbagai ibadah, meditasi, atau ritual di gunung.
-
Dimana gunung dipakai untuk bertapa? Indonesia memiliki banyak gunung yang menyimpan cerita dan keunikan tersendiri.
-
Kenapa orang bertapa di gunung? Beberapa di antaranya bahkan menjadi tempat bertapa bagi orang-orang yang mencari berkah, hikmah, atau ilmu.
Menurut Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jepara, Arwin Noor Isdiyanto, warga memang sempat meminta Nur Hasan turun.
"Sudah lebih dari 3 pekan berada di kawasan Puncak Gunung Muria. Pria ini menyatakan dirinya tengah menjalani laku batin," kata Arwin, Selasa (4/6).
Warga kemudian melapor ke BPBD Jepara. Satu tim diturunkan untuk memeriksa Nur Hasan. Saat diperiksa, ternyata ia tidak membawa perbekalan.
"Kami putuskan untuk menurunkan secara paksa dengan ditandu. Itu sudah malam ke 21," terang Arwin.
Nur Hasan mengaku bahwa dia ingin menguji kesaktiannya dengan tidak makan dan minum. Namun kondisi badannya lemas, dan akhirnya ia diikat dengan kain sarung agar memudahkan tim SAR menggendong sang petapa.
"Ia kami turunkan masih lengkap mengenakan peci hitam dan celana panjang yang dikenakan pria asal Desa Srikandang itu," beber Arwin.
Saat diturunkan, badan Nur Hasan kelihatan sangat kurus dan lemah. Ditanya petugas SAR, Nur Hasan tak bisa diajak berkomunikasi dengan baik.
"Namun kalau melihat dari kondisi tempat ditemukannya, ia jelas tidak melengkapi diri dengan perlengkapan dan perbekalan yang cukup karena niatnya memang ingin jadi petapa," kata Arwin.
Hingga kini belum diketahui pasti motivasi Nur Hasan bertapa di gunung Muria itu. Penjelasan awal hanya menyebutkan bahwa ia mengaku punya nazar untuk menyepi di puncak Muria sampai 40 hari.
Proses evakuasi melibatkan 15 petugas SAR gabungan. Ia ditemukan pada Sabtu (01/06) malam jam 20.50 WIB. Begitu ditemukan sang pertapa ini langsung diperiksa kesehatannya.
"Kondisinya mengkhawatirkan," kata Arwin.
Sementara itu, menurut Setyanto salah satu relawan yang ikut mengevakuasi mengatakan bahwa setelah turun sang pertapa langsung dibawa ke Desa Tempur, Keling, Jepara. Secara bergantian, ia dipapah oleh petugas SAR gabungan.
"Kondisinya lemah sekali karena kurang asupan makanan dan cuaca yang dingin di kawasan puncak. Saat ditemukan ia sedang tidur karena lemas. Ia dibangunkan dan diberi makanan sebelum diajak turun ke Tempur," kata Setyanto.
Nur Hasan diperiksa di Puskesmas Keling jam 02.00 WIB dinihari. Di sana ia sudah ditunggu Mukaromah, ibunda sang pertapa.
Melihat kondisi fisiknya, ia diminta untuk rawat inap, namun menolak. Kini sang pertapa yang gagal itu sudah berada di rumahnya di Dukuh Krajan Tengah, Desa Srikandang, Bangsri, Jepara ditemani ibu dan saudara-saudaranya. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mustari menjelaskan kejadian berawal saat korban bersama delapan rekannya melakukan pendakian ke Gunung Sibayak melalui jalur wisata pada pukul 19.25 WIB
Baca SelengkapnyaNolianus menceritakan detik-detik sebelum terjadi letusan.
Baca SelengkapnyaHingga kini, masih banyak orang yang melakukan pertapaan di sana.
Baca SelengkapnyaEmpat pendaki yang sempat dikabarkan tersesat di Gunung Sanghyang, Kabupaten Tabanan, Bali, akhirnya ditemukan dalam keadaan selamat.
Baca SelengkapnyaJacinto traveling dengan membawa bekal seadanya. Dia juga tidak membawa tenda untuk menginap.
Baca SelengkapnyaAda 1.015 pendaki di Gunung Bawakaraeng. Jumlah tersebut diprediksi akan terus bertambah.
Baca SelengkapnyaBelasan pendaki tersebut merupakan jemaah Majelis Buni Kasih.
Baca SelengkapnyaAnas menjelaskan bahwa saat itu korban diketahui melakukan pendakian bersama beberapa orang rekannya
Baca SelengkapnyaKarena erupsi, Ridho bersama dua teman lainnya pun terpisah dari rombongan.
Baca SelengkapnyaPadahal, di hari ini ada larangan pendakian ke Gunung Agung karena ada upacara keagamaan "Ida Batara Turun Kabeh".
Baca SelengkapnyaEvakuasi dimulai pada tanggal 18 Agustus pukul 13.00 WIB, dari pintu rimba menuju Shelter satu dan berakhir pukul 19.00 WIB di Shelter tiga.
Baca Selengkapnyahipotermia menyebabkan otot kaki kiri Gigih kaku sehingga tidak bisa berjalan saat menuruni medan terjal
Baca Selengkapnya