Kisah Pilu Satu Keluarga di Lebak Banten Alami Kebutaan, Penyebabnya Masih Misterius
Satu keluarga di Lebak, Banten mengalami kebutaan total dan penyebabnya masih belum diketahui
Gejala awalnya sakit kepala parah juga diikuti dengan mata berair dan pandangan kabur
Kisah Pilu Satu Keluarga di Lebak Banten Alami Kebutaan, Penyebabnya Masih Misterius
Rusmani (70) bersama lima anaknya tidak bisa lagi melihat karena mengalami kebutaan. Penyebab Kebutaan satu keluarga di Kabupaten Lebak, Banten, masih menjadi misteri.
Wina (65) ibu dari keluarga yang terkena musibah kebutaan, mengatakan awalnya gejala kebutaan itu menimpa pada suaminya Rusmani (70) tahun 2010, kemudian tahun 2011 anak pertama Rohimi (50).
Selanjutnya, Hindun (40) dan Maesaroh (35) 2014 dan 2015, juga Kokom (27) 2018 dan terakhir Junaedi tahun (34) 2020. Sedangkan, tiga anaknya yang lain Maryati (45) Jajuli (38) dan Siti (30) tidak mengalami kebutaan.
"Semua gejala kebutaan yang menimpa suami dan lima anak saya itu belum diketahui penyebab penyakitnya, namun diawali kepala pusing," kata Wina, Minggu, (29/10).
Saat ini, kelima anaknya itu juga sudah membangun rumah tangga masing-masing. Dengan kondisi saat ini mereka tidak bisa bekerja. Karena itu dia sangat berharap bantuan untuk memehuhi kebutahan keluarganya.
"Kami tentu kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga, karena pendapatan usaha buruh di kebun tidak menentu. Namun, beruntung terbantu untuk ketersediaan pangan melalui program keluarga harapan (PKH) yang digulirkan pemerintah,"
kata Wina, dikutip Antara.
merdeka.com
Kemungkinan besar penyakit kebutaan yang menimpa suami dan lima anaknya itu cukup permanen dan tidak bisa diobati, karena sudah menjalani pengobatan di RSUD Adjidarmo Rangkasbitung, namun tidak ada perubahan."Kami kini pasrah dengan kondisi seperti itu dan setiap hari kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangan, bahkan terkadang makan nasi dengan daun melinjo dan daun singkong sebagai lauk pauknya," katanya menjelaskan.
Bahkan, Hindun dilakukan operasi mata di RSCM Jakarta, namun tidak sembuh penglihatan itu.
"Kami berterima kasih juga kepada pemerintah daerah yang bisa menjalani pengobatan di rumah sakit, namun tidak sembuh dengan alasan sudah menyerang bagian saraf," sambungnya.
Gejala Awalnya
Rohimi mengatakan gejala awal yang dirasakan adalah sakit kepala cukup parah tahun 2010 saat bekerja di Jakarta, juga terkadang jika kepala pusing dibenturkan ke tembok tidak terasa sakit. Namun, pada tahun 2011 tidak bisa melihat hingga sekarang.
"Selain kepala sakit parah juga diikuti dengan mata berair dan pandangan kabur," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak dr Firman Rahmatullah mengatakan pihaknya sudah membawa ke rumah sakit hingga operasi mata di RSCM Jakarta, namun kini semua berada di Kampung Cipasung Warunggunung.
"Memang, insiden kejadian itu terasa berbeda waktu dan tempat," katanya.