Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah RPKAD rebut RRI cuma 20 menit dari tangan PKI

Kisah RPKAD rebut RRI cuma 20 menit dari tangan PKI Penggalan film G 30 S/PKI. ©2012 Merdeka.com

Merdeka.com - Komandan Tjakrabirawa Letnan Kolonel Untung Syamsuri memimpin pasukan untuk menculik seluruh perwira tinggi Angkatan Darat. Penculikan ini berlangsung pada malam hari. Jenderal Ahmad Yani, Abdul Haris Nasution dan 8 jenderal lainnya menjadi target utama untuk dibungkam.

Sehari setelah peristiwa penculikan berlangsung, Untung memerintahkan sejumlah pasukan bernama 'Divisi Ampera' untuk menguasai Radio Republik Indonesia (RRI). Lewat media inilah Untung mengumumkan pengambilalihan kekuasaan sekaligus membentuk 'Dewan Revolusi' menggantikan 'Dewan Jenderal'.

Tindakan yang dilakukan Untung ini tak hanya membingungkan rakyat, seluruh petinggi militer juga terkejut mendengar berita tersebut. Tak ingin berlama-lama, Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), Kolonel Sarwo Edhie Wibowo bergerak cepat. Dia meminta pasukannya menyerbu RRI dan merebutnya dari tangan Untung.

Kedua belah pihak memandang RRI memiliki posisi yang sangat penting. Untung yang merupakan pemimpin dari gerakan revolusi memandang RRI dapat menggerakkan seluruh simpatisan PKI di Indonesia agar mendukung upaya mereka merebut kekuasaan. Bagi TNI, RRI bisa memecah belah konsentrasi pasukan pemberontak.

Untuk merebut RRI, Kolonel Sarwo Edhie menunjuk Letnan Dua Sintong Panjaitan sebagai komandan pasukan. Dalam waktu singkat, Sintong memenuhi perintah tersebut dan berhasil mengumpulkan pasukan. Sebelumnya, Sarwo Edhie mengungkapkan dapat merebut RRI hanya dalam waktu 20 menit.

Saat matahari mulai terbenam, pasukan mulai bergerak menuju lokasi yang ditentukan. Di saat bersamaan, beberapa pasukan yang sempat berjaga di Monas sudah ditarik kembali ke markasnya masing-masing. Kondisi ini membuat RPKAD lebih mudah bergerak.

Mereka bergerak dari Markas Komando Strategis Angkatan Darat (Makostrad) menuju RRI dengan berjalan kaki. Pasukan ini dibagi tiga, ada yang bergerak lurus, ada pula yang bergerak mengitari bagian selatan maupun utara Monas.

Setelah tiba di gerbang, pasukan RPKAD mengintai keadaan di luar RRI. Mereka menemukan sejumlah orang berjaga di depan.

Salah satu peleton yang bergerak untuk merebut RRI mulai melepaskan tiga kali tembakan. Tindakan ini ternyata efektif untuk mengusir pasukan ilegal tersebut. Mereka lari tunggang langgang saat mendengarnya dan meninggalkan tugasnya. Alhasil, perebutan RRI berlangsung tanpa perlawanan.

Setelah dirasa aman, pasukan mulai memasuki gedung satu per satu. Mereka memeriksa bagian per bagian ruangan, serta membebaskan karyawan yang disandera kelompok Untung. Lalu, Letda Sintong melaporkan keberhasilannya kepada Lettu Feisal Tanjung.

Tapi masalah belum selesai. Kolonel Sarwo Edhie rupanya tak percaya dengan laporan yang disampaikan Sintong selaku komandan. Dia meminta Sintong kembali mengecek seluruh gedung.

"Apa? RRI sudah diduduki? Coba kamu periksa seluruh ruangan dulu. Itu aktivitas mereka masih di dalam!" tegas Sarwo Edhie, seperti dikutip dari buku 'Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando', karya Hendro Subroto terbitan Kompas Gramedia.

Perintah ini membuatnya bingung, apalagi dia sudah memeriksa seluruh bagian dan tak menemukan satu pun tempat yang masih beroperasi. Setelah yakin, dia kembali melaporkannya. Namun jawaban yang diterima tetap sama.

"Laporanmu tidak benar. Kamu bersihkan dulu sampai bersih. Jangan buru-buru kamu lapor. Tangkap dulu semua orang yang ada di situ," sahut Sarwo Edhie menjawab laporan Sintong.

Tidak lama, Sintong baru menyadari pengumuman yang masih terus mengudara itu berasal dari tape recorder. Kaset tersebut terus berputar meski tak ada yang mengoperasikannya. Demi menghentikannya, dia sempat ingin merusaknya dengan memukulkan popor senjata, namun tindakan ini segera dicegah salah satu karyawan dan menekan tombol off.

Segera setelah RRI diduduki, Kepala Pusat Penerangan TNI Angkatan Darat Brigadir Jenderal Ibnu Subroto mulai menyiarkan pengumuman lanjutan. Dia membacakan pesan yang ditulis Mayor Jenderal Soeharto selaku perwira tinggi satu-satunya di TNI.

Setelah pembacaan selesai, rupanya temuan tape recorder yang berisi siaran propaganda dari PKI menggelitik seorang perwira senior menyindir Sintong. "Ah kampungan kamu. Masak kamu tidak tahu kalau siaran G30S/PKI itu berasal dari tape recorder?"

Mendengar itu, komandan peleton Sintong langsung menjawab dengan nada bercanda. "Ya, tadi saya mendapat perintah untuk menangkap orangnya," jawabnya disambut tawa.

Keberhasilan ini telah membalikkan keadaan. Letkol Untung yang semula berada di atas angin mulai terdesak. Seluruh tentara yang sempat terjebak kembali ke kesatuannya masing-masing. Dalam waktu singkat, seluruh upaya kup berhasil diredakan.

(mdk/rhm)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pasukan Pembawa Maut dari Lubang Buaya di Pagi Buta 1 Oktober 1965
Pasukan Pembawa Maut dari Lubang Buaya di Pagi Buta 1 Oktober 1965

1 Oktober 1965, pukul 03.00 WIB, belasan truk dan bus meninggalkan Lubang Buaya. Mereka meluncur ke Pusat Kota Jakarta untuk menculik tujuh Jenderal TNI.

Baca Selengkapnya
Tokoh PKI Tak Mempan Ditembak, ini Yang Dilakukan TNI
Tokoh PKI Tak Mempan Ditembak, ini Yang Dilakukan TNI

TNI versus Tokoh PKI Kebal Peluru, apa yang dilakukan untuk melawan PKI?

Baca Selengkapnya
Pasukan Elite Baret Merah Buru & Tumpas Gerombolan PKI Kolonel Sahirman di Gunung Merapi-Merbabu
Pasukan Elite Baret Merah Buru & Tumpas Gerombolan PKI Kolonel Sahirman di Gunung Merapi-Merbabu

Kolonel Sahirman dan sejumlah pimpinan PKI Jawa Tengah melarikan diri setelah G30S/PKI gagal.

Baca Selengkapnya
Potret Lawas Letkol Untung Komandan Tjakrabirawa Pemimpin G30S PKI Ditangkap di Tegal, Nyamar Jadi Warga Biasa
Potret Lawas Letkol Untung Komandan Tjakrabirawa Pemimpin G30S PKI Ditangkap di Tegal, Nyamar Jadi Warga Biasa

Berikut potret pentolan Pasukan Tjakrabirawa yang memimpin G30S PKI ketika ditangkap di Tegal.

Baca Selengkapnya
Saat Sukarno Kesal Karena Diculik Para Pemuda ke Rengasdengklok
Saat Sukarno Kesal Karena Diculik Para Pemuda ke Rengasdengklok

Apa tujuan para pemuda menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok?

Baca Selengkapnya
Susu Tertinggal & Kesaksian Istri Bung Karno Tentang Penculikan ke Rengasdengklok
Susu Tertinggal & Kesaksian Istri Bung Karno Tentang Penculikan ke Rengasdengklok

Dini hari tanggal 16 Agustus 1945, para pemuda menculik Sukarno-Hatta. Kedua pemimpin ini dibawa ke Rengasdengklok. Ini kesaksian Fatmawati soal peristiwa itu.

Baca Selengkapnya
Sejarah Medan Area, Pertempuran Pemuda Indonesia Melawan Sekutu Pasca Kemerdekaan
Sejarah Medan Area, Pertempuran Pemuda Indonesia Melawan Sekutu Pasca Kemerdekaan

Konflik bermula ketika seorang penghuni hotel merampas dan menginjak-injak lencana merah putih yang dipakai oleh pemuda Indonesia.

Baca Selengkapnya
Pemberontakan Silungkang, Bentuk Protes Eksploitasi Kolonial di Kalangan Warga Sumatra Barat
Pemberontakan Silungkang, Bentuk Protes Eksploitasi Kolonial di Kalangan Warga Sumatra Barat

Perlawanan yang dilakukan kaum PKI terhadap pemerintah Hindia Belanda ini pecah di Minangkabau atau tepatnya di daerah Silungkang dekat tambang Sawahlunto.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sosok Kolonel Ahmad Husein, Pimpinan Militer yang Membentuk PRRI di Kota Padang
Mengenal Sosok Kolonel Ahmad Husein, Pimpinan Militer yang Membentuk PRRI di Kota Padang

Pejuang asal Padang ini pencetus lahirnya pemberontakan untuk mengkritik pemerintahan rezim Soekarno yang dianggap inkonstitusional.

Baca Selengkapnya
Peristiwa Padang Area, Perjuangan Rakyat Padang Melawan Sekutu dalam Mempertahankan Kemerdekaan
Peristiwa Padang Area, Perjuangan Rakyat Padang Melawan Sekutu dalam Mempertahankan Kemerdekaan

Di Kota Padang, terjadi peristiwa bersejarah pada 27 November 1945 di sebuah sekolah bernama Sekolah Teknik Simpang Haru.

Baca Selengkapnya