Kongres Nasional Sama-Bajau 2024 Resmi Ditutup: Mewujudkan Masa Depan Berkelanjutan untuk Budaya Bahari
Kongres menjadi tonggak penting dalam upaya menyatukan masyarakat Suku Sama-Bajau yang tersebar di 14 provinsi di Indonesia.
Kongres Nasional Sama-Bajau 2024 selesai digelar. Kegiatan yang diikuti komunitas Sama-Bajau dari seluruh Indonesia dan perwakilan Asia Tenggara bertujuan untuk mendiskusikan dan menginisiasi kolaborasi pemajuan kebudayaan maritim, pelestarian lingkungan pesisir, dan penguatan identitas suku laut.
Mengambil tema 'Sama-Bajau dan Orang Sulawesi: Budaya Bahari dan Pangan Laut' kongres yang digelar di Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah ini menjadi tonggak penting dalam upaya menyatukan masyarakat Suku Sama-Bajau yang tersebar di 14 provinsi di Indonesia. Sekaligus membuka ruang kolaborasi lintas negara dalam melestarikan budaya maritim dan lingkungan pesisir.
Kongres yang difasilitasi Kementerian Kebudayaan dan melibatkan BRIN ini juga dihadiri komunitas Sama-Bajau, akademisi, peneliti, NGO dalam dan luar negeri, serta tokoh-tokoh dari Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.
Staf Ahli Bupati Banggai, Amin Jumain mengatakan melalui Kongres Nasional Sama-Bajau 2024, masyarakat Sama-Bajau dan seluruh pemangku kepentingan berhasil menyusun langkah-langkah strategis untuk melestarikan budaya bahari dan meningkatkan kesejahteraan komunitas.
"Acara ini menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dan lintas negara dalam menjaga warisan budaya dan lingkungan yang menjadi jantung kehidupan masyarakat pesisir,” kata Amin.
Berikut Hasil Kongres Sama-Bajau 2024:
1. Deklarasi Luwuk: Kongres menghasilkan Deklarasi Luwuk sebagai komitmen bersama untuk:
- Melestarikan tradisi dan identitas budaya Suku Sama-Bajau.
- Mengoptimalkan pemanfaatan budaya maritim Bajau untuk meningkatan konektivitas di Nusantara, peningkatan ketahanan pangan dengan produksi perikanan tangkap dan budidaya, serta meningkatkan tata Kelola pesisir/perikanan yang berkelanjutan dan berkeadilan
- Mendorong advokasi isu-isu diskriminasi, marginalisasi, serta pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan lingkungan pesisir dan kelestarian laut.
2. Peningkatan Kolaborasi Lintas Negara, khususnya negara-negara di Asia Tenggara, untuk penghargaan, penguatan Budaya Bajau sebagai shared intangible culture.
Para peserta menyepakati penguatan kerja sama antara komunitas Sama-Bajau dan berbagai pemangku kepentingan di Tingkat nasional dan regional Asia Tenggara. Kolaborasi ini mencakup:
• Penguatan jaringan komunikasi berkelanjutan.
• Program kerja bersama di bidang pendidikan berbasis budaya dan mata pencaharian berkelanjutan.
• Inisiatif untuk mendorong pengakuan budaya Sama-Bajau sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO.
Kongres ini juga menampilkan sesi-sesi diskusi yang produktif, antara lain membahas:
• Identitas Suku Sama-Bajau dan tantangan dalam era modernisasi.
• Keberlanjutan Ekosistem Laut sebagai sumber kehidupan komunitas pesisir.
• Potensi Pangan Laut dalam kerangka budaya bahari Nusantara dan Asia Tenggara.
Dalam rangkaian acara, peserta kongres mengunjungi pemukiman Suku Sama-Bajau di Kampung Jayabakti untuk melihat langsung kehidupan sehari-hari dan mempererat ikatan kekeluargaan yang telah lama tercerai-berai. Kongres ini turut dihadiri peneliti asing dari Australia dan Denmark, menunjukkan perhatian dunia terhadap budaya maritim Indonesia.
Gubernur Sulawesi Tengah, Rusdi Mastura, yang membuka acara secara daring menyampaikan harapan agar kongres ini dapat menjadi inspirasi dalam upaya perlindungan budaya berkelanjutan serta menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi oleh komunitas.